BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manajemen suatu perusahaan peternakan sapi perah
penting untuk diketahui oleh orang-orang yang berkecimpung dalam dunia
peternakan khususnya peternakan sapi perah. Manajemen sebagai pedoman agar
tidak terjadi kerugian baik secara materi maupun kerugian secara genetik dan
agar terciptanya sebuah usaha peternakan yang efektif dan efisien. Susu sebagai
hasil utama dari ternak perah khususnya sapi perah dihasilkan melalui suatu
peternakan sapi perah. Kualitas dan kuantitas serta kontinuitas produksi susu dari suatu perusahaan peternakan sapi
perah sangat penting untuk menjamin kelangsungan produksi dari peternakan sapi
perah.
PT. Ultra Peternakan Bandung Selatan merupakan
salah satu produsen susu dalam kemasan siap minum yang sukses di Indonesia.
Perusahaan ini awalnya merupakan industri rumah tangga yang didirikan pada
tahun 1958 yang hanya memproduksi susu. Pada tahun 1971, PT. Ultra memasuki tahap pertumbuhan pesat sejalan
dengan perubahannya menjadi PT. Ultra Peternakan Bandung Selatan, Jawa Barat.
PT. Ultra merupakan perusahaan pertama dan terbesar di Indonesia yang
menghasilkan produk-produk susu, teh, minuman lainnya, dan makanan dalam
kemasan aseptik.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum kegiatan On Farm mahasiswa antara lain :
1.2.1.1 Agar mahasiswa memperoleh pengalaman yang
berharga dengan mengenali
kegiatan-kegiatan yang ada di peternakan UPBS.
1.2.1.2
Agar
mahasiswa memperoleh berbagai informasi akan penelitian bidang peternakan
dengan memperhatikan efisiensi dan keefektifan hasil penelitian dalam
penerapanya di masyarakat.
1.2.1.3
Mengetahui teknologi yg digunakan dalam pemeliharaan
sapi perah
1.2.1.4
Mengikuti
semua kegiatan yang bersifat rutin, insidental dan pendukung selama berada di
lokasi Praktik Kerja
1.2.2.3
Mengetahui
secara umum kondisi terbaru serta pengembangan peternakan UPBS serta
pemanfaatan hasil-hasil penelitianya.
1.2.2.4
Meningkatkan
pemahaman keilmuan mahasiswa akan hasil suatu penelitian untuk dapat diterapkan
pada masyarakat secara baik dan benar.
1.2.2.5
Mengenalkan
budaya kerja industri atau usaha serta mendapatkan informasi dan pengetahuan
baru dalam bidang ilmu peternakan.
1.2.2 Tujuan khusus On Farm
Tujuan
khusus dilaksanakan kegiatan On Farm
Mahasiswa :
1.2.2.1 untuk meningkatkan pemahaman
antara teori dan aplikasi keilmuan bidang peternakan terkait hasil-hasil
penelitian yang secara umum dan khusus diterapkan di masyarakat.
1.2.2.2 mengaplikasikan ilmu dalam magang
1.2.2.3 melalui kegiatan magang ini
mahasiswa akan memperoleh keterampilan
1.2.2.4 Memacu motivasi mahasiswa yang berminat menjadi calon tenaga kerja yang
handal dan siap kerja.
1.2.2.5 menambah wawasan dan
pengalaman kerja
1.2.2.6 dapat mempelajari penanganan dan pengolahan
limbah yang diterapkan di perusahaan tempat magang
1.2.2.7 mempelajari merumuskan dan
memecahkan permasalahan yang ada di peternakan PT UPBS, Pangalengan Jawa Barat.
Tujuan
akhir kegiatan ini akan memberikan dampak terhadap aspek-aspek yang berkaitan
dengan pengembangan sikap dan dapat melatih kepekaan mengidentifikasi
permasalahan dan mencari alternatif solusi, guna meningkatkan kemampuan
intelektual mahasiswa.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sapi Perah
Secara
garis besar, bangsa-bangsa sapi (Bos)
yang terdapat di dunia ada dua, yaitu (1) kelompok yang berasal dari sapi Zebu
(Bos Indicus) atau jenis sapi yang
berpunuk, yang berasal dan tersebar di daerah tropis serta (2) kelompok dari Bos primigenius, yang tersebar di daerah
sub tropis atau lebih dikenal dengan Bos
Taurus. Jenis sapi perah yang unggul dan paling banyak dipelihara adalah
sapi Shorthorn (dari Inggris), Friesian Holstein (dari Belanda).
Jersey (dari selat Channel antara Inggris dan Perancis), Brown Swiss (dari Switzerland), Red
Danish (dari Denmark) dan Drought
master (dari Australia). Pada peternakan UPBS sapi perah yang diternakan
adalah sapi Friesian Holstein dan Cross Friesian Holstein dengan Jersey.
2.1.1 Friesh Holstein
Berasal
dari negeri Belanda dan saat ini merupakan bangsa sapi perah terbesar yaitu 90%
dari jumlah total sapi perah yang ada di dunia. Sapi ini merupakan bangsa sapi
besar (keturunan Eropa), pertama kali diperkenalkan pada awal tahun 1600. FH
cukup baik beradaptasi pada segala lingkungan dan memproduksi susu dalam jumah
besar. Rata-rata produksi susunya mencapai lebih dari 19.000 lbs dengan
kandungan lemak 3,7%. Produksi terbesar dari bangsa sapi perah FH ini pernah
tercatat melebihi 60.000 lbs dalam 365 hari. Itu artinya lebih dari 20 galon
per hari (Lestari. , 2006).
2.1.2 Jersey
Bangsa
sapi ini berasal dari kepulauan Inggris, Jersey,
pertama kali diperkenalkan pada awal tahun 1800 an. Secara fisik Jersey adalah bangsa sapi perah terkecil
dan memproduksi susu dalam jumlah terkecil dibandingkan breed yang lain. Namun demikian sapi ini tetap berharga karena
kandungan lemak susunya yang tinggi yang sangat dibutuhkan untuk pembuatan
mentega. Rata-rata
produksi susunya adalah 13.400 lbs dengan kandungan lemak 4,7 % (Lestari. ,
2006).
2.1.3 Cross FH dengan Jersey
Pada
dasarnya sapi FH memiliki sifat yang jinak, memiliki produksi tinggi dan kadar
lemak susunya rendah serta daya konsumsinya aman. Sedangkan Jersey memiliki kadar lemak tinggi
yang biasa dipakai untuk pembuatan
butter maupun keju. Perlakuan kawin silang ini diinginkan keseimbangan hasil
yang lebih baik.
2.2 Manajemen Pemeliharaan
Tata
laksana pemeliharaan dalam suatu peternakan memegang peranan penting karena
keberhasilan suatu usaha peternakan tersebut sangat dipengaruhi oleh baik
tidaknya tata laksana pemeliharaan. Syarief dan Sumoprastowo (1995) menambahkan bahwa hal yang
harus mendapat perhatian dalam pemeliharaan adalah kebersihan kandang dan
peralatan, pengaturan pemberian ransum dan air minum serta penjagaan kebersihan
kandang dan peralatan, pengaturan pemberian ransum dan air minum serta
penjagaan kebersihan sapi. Manajemen pemeliharaan sapi perah terdiri atas
pemeliharaan pedet, dara, bunting, laktasi dan kering kandang (Putra, 2004)
2.2.1 Manajemen Pedet
Pedet
yang baru lahir tersebut dikeringkan atau membiarkan induk menjilatinya
sehingga pedet tidak kedinginan apabila cuaca dalam keadaan dingin (Blakely dan
Bade, 1998). Menurut Williamson dan Panye (1993), pedet yang baru lahir
perlu disiapkan kandang dengan memberikan alas berupa jerami kering atau serbuk
gergaji.
Blakely
dan Bade (1998) menyatakan bahwa pedet sapi perah disapih pada umur 3-4 bulan,
tergantung dari kondisi pedet. Cara penyapihan pedet sedikit demi sedikit susu
yang diberikan dikurangi. Sebaliknya, pemberian konsentrat dan hijauan
ditingkatkan sampai pada saatnya pedet itu disapih sehingga terbiasa dan tidak
mengalami stress (Putra, 2004).
Kolostrum
merupakan susu pertama yang diproduksi oleh induk sekitar hari 5-7 setelah
melahirkan dan sangat penting bagi pedet karena kandungan nutrisi yang
terkandung dalam kolostrum sangat tinggi dan terdapat antibodi yang dapat
mencegah timbulnya penyakit. Kandang
pedet harus tersedia tempat pakan dan air minum dan berukuran 1,5 x 2 m. Alas
kandang diberi jerami dan sering diganti. Sebelumnya biarkan kandang itu kosong
2-7 hari sebelum pedet dimasukkan (Santosa, 1995). Saat sapi lahir hanya
abomasum yang telah berfungsi, kapasitas abomasum sekitar 60 % dan menjadi 8%
bila nantinya telah dewasa. Sebaliknya untuk rumen semula 25 % berubah menjadi
80% saat dewasa (Imron, 2009).
2.2.2 Manajemen Sapi Dara
Sapi
dara adalah sapi pada masa antara lepas sapih sampai laktasi pertama kali yaitu
berkisar antara umur 12 minggu sampai dengan 2 tahun (Ensminger, 1971). Setelah
berumur 3 bulan sapi dara sebaiknya ditempatkan di dalam kandang kelompok yang
berjumlah antara 3-4 ekor, dengan jenis kelamin, umur dan berat badan yang
seragam (Soetarno, 2003). Kekurangan pemeliharaan atau perawatan dimasa
pertumbuhan akan menyebabkan sapi sulit bunting bila dikawinkan, kesulitan
dalam melahirkan (distokia) yang
pertama kalinya, pedet yang dilahirkan kecil dan lemah dan produksi susunya
rendah. Tujuan pemeliharaan sapi dara yaitu untuk mengganti induk “replacement” untuk sapi perah yang
mempunyai kemampuan produksi rendah serta untuk pengembangan usaha (Siregar,
1993).
Pemeliharaan
sapi dara yang baik serta pemberian ransum yang berkualitas baik pula sapi dara
akan terus tumbuh sampai umur 4-5 tahun, bila sapi tidak cukup diberi ransum
ditinjau dari kualitas dan kuantitasnya akan terjadi sebagai berikut : 1). Pada
waktu sapi perah beranak pertama kali besar badannya tidak akan mencapai ukuran
normal, 2). Kelahiran pertama kali pada umur 3 tahun adalah termasuk terlambat,
3). Produksi cenderung rendah tidak sesuai dengan yang diharapkan . Sapi perah dara dapat
dikawinkan pertama kali pada umur 15 bulan (Williamsom dan Payne, 1993). Sapi
dara mampu mencerna serat kasar tinggi, sedangkan penambahan pakan penguat
hanya sebagai pelengkap zat-zat gizi yang terkandung dalam hijauan. Pakan
sebaiknya diberikan 2-3 kali sehari. Sapi perah dara dikawinkan tergantung dari
umur dan besar tubuhnya (Siregar, 1993).
Sapi-sapi
harus selalu bersih setiap kali akan diperah, terutama bagian daerah lipatan
paha sampai bagian belakang tubuh sapi perah dan sebaiknya dimandikan
sekurang-kurangnya satu kali sehari (Syarief dan Sumoprastowo, 1985). Hal ini diperkuat dengan
pendapat Muljana (1995)
yang menyatakan bahwa sapi sebaiknya dimandikan setiap hari dan pembersihan
kotoran yang menempel dikulit. Sanitasi dilakukan setiap 2 kali sehari setiap
pagi dan sore dengan tujuan menjaga kebersihan kandang karena berhubungan
dengan kesehatan ternak.
2.2.3 Manajemen Sapi Laktasi.
Manajemen
perawatan sapi laktasi bertujuan untuk memperoleh produksi susu yang bagus dan
optimal (Prihadi, 1996). Sapi laktasi perlu mendapatkan perawatan badan secara
rutin, sebab setiap saat diperhatikan sanitasinya, ransum/pakan yang diberikan
dan produksi yang dihasilkan. Pembersihan kandang dan ternak harus dilakukan
secara rutin.
Pakan
sapi perah laktasi terbagi menjadi dua golongan yaitu pakan kasar dan pakan
penguat atau konsentrat (Syarief dan Sumoprastowo, 1991). Pemberian konsentrat lebih
dari 60 % banyak mendatangkan kerugian dibanding dengan keuntungan. Lebih
lanjut dijelaskan bahwa bahan pakan konsentrat mengandung serat kasar rendah
dan sifatnya mudah dicerna. Kadar serat kasar yang terlalu tinggi menyebakan
ransum sulit untuk dicerna, sebaliknya jika kadar serat kasar rendah
mengakibatkan kadar lemak susu menjadi lebih rendah dan menyebabkan gangguan
pencernaan (Prihadi, 1996). Umur dewasa kelamin sapi yaitu 12-17 bulan (Blakely dan Bade, 1998).
Umur
dewasa kelamin pada sapi perah bervariasi karena dipengaruhi faktor ras,
keadaan lingkungan dan terutama pemberian pakan (Putra, 2004). Sapi perah
laktasi yang terinfeksi mastitis bakterial mula-mula ditandai dengan perubahan
susu. Susu berubah menjadi encer dan pecah menggunakan uji alkohol, susu
bergumpal dan kadang-kadang bercampur darah atau nanah. Penyebab mastitis
bakterial diantaranya adalah ambing yang tidak terpelihara kebersihanya,
perlakuan pemerahan atau tangan pemerah yang terkontaminasi (Siregar, 1993).
2.3 Manajemen Pakan
Pada
peternakan modern, sapi perah dapat memproduksi 15.000 kg susu/laktasi atau 50
kg susu/hari. Hal ini sangat memerlukan nutrisi dan manajemen yang efektif. Di
Amerika hal ini dapat dicapai melalui penggunaan campuran hijauan, biji-bijian
dan mineral yang disebut total mixed
ration (TMR) yang seimbang untuk kebutuhan memproduksi susu dan
pemeliharaan tubuh. Bila input pakan tidak cukup maka sapi akan memobilisasi
cadangan tubuhnya untuk produksi susu dan akan kehilangan berat badan serta kondisi tubuhnnya.
Untuk memproduksi 40 kg susu per hari seekor sapi memerlukan 2,5 kali energi
untuk produksi susunya daripada yang dia butuhkan untuk pemeliharaan tubuhnya.
Ransum harus mengandung keseimbangan yang benar dari protein, energi, hijauan
dan mineral (Lestari. , 2006).
Kebutuhan
bahan kering (BK) untuk sapi laktasi adalah 2-4% bobot badan. BK pakan
berfungsi sebagai pengisi lambung dan merangsang dinding saluran untuk
menggiatkan pembentukan enzim di dalam tubuh ternak. Kebutuhan BK ternak akan
meningkat sesuai dengan bertambahnya produksi susu (Williamsom dan Payne,
1993). Pakan konsentrat merupakan komposisi pakan yang dilengkapi kebutuhan
nutrisi utama, mengandung protein lebih dari 20% dan serat kasar kurang dari
18%, energi tinggi berperan sebagai penutup kekurangan zat makanan di dalam
pakan keseluruhannya (Ensminger, 1971).
Konsentrat
mengandung serat kasar rendah dan bersifat mudah dicerna, tersusun dari
biji-bijian dan hasil dari pengolahan suatu industri pertanian. Konsentrat
berfungsi sebagai suplai energi tambahan dan protein, lebih lanjut dijelaskan
bahwa protein ransum bervariasi langsung dengan kandungan protein hijauannya,
dimana campuran konsentrat dari bahan pakan protein dan energi kandungannya
berfariasi antara 12% dan 18% PK. Pemberian konsentrat dilakukan dua kali
sehari sebelum pemerahan (Prihadi, 1996). Menurut Syarief dan Sumoprastowo
(1985) jumlah air minum yang diberikan pada sapi perah laktasi sebaiknya adalah
adlibitum karena tidak akan menimbulkan efek negatif bahkan dapat meningkatkan
produksi air susu.
2.4 Manajemen Kandang
Kandang
merupakan bagian dari system
pemeliharaan sapi perah. Direktur Jenderal Peternakan mengeluarkan SK Dirjenak
No. 776/kpts/DJP/Deptan/1982. Surat keputusan ini mengatur syarat-syarat teknis
perusahaan peternakan sapi perah. Ketentuan yang berkaitan dengan kandang
terlihat sebagai berikut :
2.4.1 Lokasi
Lokasi
peternakan sapi perah tidak bertentangan
dengan ketertiban dan kepentingan umum setempat, tidak terletak di pusat kota
dan pemukiman penduduk dengan jarak sekurang-kurangnya 250 m dari pemukian
penduduk, ketinggian lokasi terhadap wilayah sekitarnya harus memperhatikan
lingkungan atau topografi sedemikian rupa sehingga kotoran dan sisa-sisa
perusahaan tidak mencemari wilayah disekitar perusahaan.
Perusahaan
sapi perah tidak boleh berjarak kurang dari 250 m dengan perusahaan sapi perah
lain atau sekurang-kurangnya 50 m apabila merupakan satu kelompok usaha atau
koperasi dan pembinaan dan pengendalian kesehatan ternak dilakukan secara
bersama. Perusahaan sapi perah harus diberi pagar keliling yang rapat
sekurang-kurangnya setinggi 1,75 m di atas tanah dan pagar tersebut
sekurang-kurangnya 5 m dari kandang terluar.
2.4.2 Tata Letak Bangunan
Perusahaan
peternakan sapi perah wajib memiliki beberapa bangunan yang sesuai dengan
kegiatan usahanya seperti memiliki bangunan kandang untuk anak induk, beranak,
isolasi, karantina dan kandang pengobatan. Perusahaan harus mempunyai gudang
pakan dan peralatan. Perusahaan harus membangun kamar susu dan laboratorium
kecil. Perusahaan harus menyediakan instalasi air bersih.
Perusahaan
harus membangun kandang dengan memperhatikan dan memenuhi persyaratan, seperti
kandang memenuhi daya tampung, antara lain luas lantai yang tidak termasuk
jalur jalan dan selokan kandang sekurang-kurangnya 2 x 1,5 m2tiap
ekor dewasa. Ventilasi dan pertukaran udara di dalam kandang harus terjamin.
Udara segar dapat masuk leluasa ke dalam kandang dan sebaliknya udara kotor
harus dapat keluar dari kandang. Bangunan kandang mengikuti persyaratan teknis,
ekonomis dan permanen atau semi permanen. Lantai kandang terbuat dari beton
atau kayu yang tidak licin. Lantai miring ke arah saluran pembuangan yang mudah
dibersihkan.
Jarak
antara dua bangunan kandang sekurang-kuranngnya 6 m dihitung masing-masing dari
tepi atap kandang. Bangunan kandang
induk harus terpisah dari aspi anak.
Perusahaan harus menyediakan kandang untuk beranakan yang terpisah dari kandang
lainya atau dibatasi dinding tembok.
Menurut
kontruksinya kandang sapi perah dapat dibedakan menjadi dua yaitu kandang
tunggal yang terdiri satu baris dan kandang ganda yang terdiri dari dua baris
yang saling berhadapan (Head to Head) atau berlawanan (Tail to Tail). Tipe kandang Head to Head dirancang dengan satu gang
bertujuan agar mempermudah saat memberi pakan dan efisien waktu, sedangkan tipe
kandang Tail to Tail terdapat 2 gang
dengan tujuan untuk memprmudah saat membersihkan feses.
Kandang
sapi perah dapat dibedakan menjadi dua tipe, yakni Kandang Tipe Tunggal
kontruksi kandang tipe ini memiliki bentuk atap tunggal atau terdiri dari satu
baris kandang. Dengan demikian sapi yang ditempatkan di kandangn ini mengikuti
bentuk atap yang hanya satu baris. Kandang Tipe Ganda kontruksi kandang tipe
ini memiliki bentuk atap ganda atau baris yang posisinya dapat saling
berhadapan, maka antara kedua baris yang posisinya dapat saling berhadapan,
maka antara kedua baris kandang tersebut harus diberi gang sebagai jalan pada
saat memberi ataupun pada saat melakukan pengawasan dan lain sebagainya.
Sedangkan sapi yang ditempatkan saling bertolak belakang, maka di hadapan sapi
harus disediakan gang. Dengan demikian untuk sapi yang ditempatkan saling
bertolak belakang jumlah hanya ada dua baris yang fungsinya sama seperti gang
yang berada di antara kedua baris kandang yanng sapinya berhadap-hadapan
(Anonimus. , 2002).
2.5 Sanitasi dan Penanganan Limbah
Kandang
dibersihkan setiap hari minimal 2 kali, bersama dengan memandikan sapi laktasi
(Syarif dan Sumoprastowo, 1995).
Usaha pemeliharaan kesehatan ternak sapi perah selain melalui pembersihan
kandang, juga dengan kebersihan ternak, peralatan dan petu gas kandang. Kandang
sapi harus bersih supaya saat pemerahan susu tidak terkontaminasi dengan udara
luar guna menjaga kesehatan ternak sapi (Williamson dan Payne, 1993).
Sapi
harus dimandikan 2 kali sehari untuk membersihkan kotoran yang menempal pada
tubuhnhya, karena dengan adanya kotoran yang menempel pada tubuh akan
menyebabkan pori-pori tertutup. Hal tersebut mengakibatkan kelenjar keringat
tidak akan mengeluarkan sekresinya secara sempurna dan selanjutnya akan
mempengaruhi kesehatan ternak. Air pembersih kandang dan air untuk memandikan
sapi mudah mempengaruhi kesehatan ternak. Air pembersih kandang dan air untuk
memandikan sapi mudah mengalir menuju bak penampungan,maka lantai bagiaan
belakang dan sekeliling kandang harus dilengkapi selokan. Selokan dibuat dengan
lebar 20 cm dan kedalaman 15 cm yang dimaksud untuk memudahkan pembuangan
kotoran yang cair, air minum maupun air untuk memandikan sapi (Muljana,1995).
Selokan
harus cukup lebar agar kotoran yang berasal dari kandang dapat keluar dengan
cepat (Blakely dan Bade, 1998). Selokan atau drainase lebarnya minimal 30-40
cm. Kedalaman selokan atau drainase 20-25 cm (Siregar, 1993).
2.6 Susu
Susu
adalah sekresi ambing hewan yang diproduksi dengan tujuan penyediaan makanan
bagi anaknya yang baru dilahirkan. Karena berfungsi sebagai makanan tunggal
bagi makhluk yang baru dilahirkan dan mulai tumbuh, susu mempunyai nilai gizi
yang sempurna. Dalam susu terdapat semua zat gizi yang diperlukan bagi
kebutuhan pertumbuhan anak. Pada umumnya yang disebut susu adalah susu sapi,
yang berasal dri jenis sapi FH (Friesian
Holstein), yang berwarna putih totol hitam, atau hitam totol putih. Secara
alami susu merupakan suatu emulsi lemak dalam air. Kadar air susu sangat tinggi
yaitu rataan 87,5% dan di dalamnya teremulsi berbagai zat gizi penting seperti
protein, lemek, gula, vitamin dan mineral.
Susu
merupakan sumber protein dengan mutu yang sangat tinggi, dengan kadar protein
dalam susu segar 3.5 %, dan mengandung lemak yang kira-kira sama banyaknya
dengan protein. Karena itu, kadar lemak sering dijadikan sebagai tolok ukur
mutu susu, karena secara tidak langsunng menggambarkan juga kadar proteinya.
Beberapa jenis sapi perah, khususnya dari Bos Taurus misalanya Jersey dan Guernsey mampu memproduksi
susu dengan kadar lemak mendekati 5 %. Gula dalam susu disebut laktosa atau
gula susu, kadarnya sekitar 5-8 %. Laktosa memiliki daya kemanisan sangat
rendah, yaitu hanya 16 % daya kemanisan sukrosa. Laktosa merupakan senyawa yang
banyak digunakan dalam pembentukan sel otak, khususnya bagi anak-anak usia di
bawah 7 tahun, agar jumlah maupun perkembangan sel otaknya berlangsung dengan
normal dan lancar.
Mineral
yang banyak terdapat dalam susu dalah kalsium dan posfor. Kedua mineral
tersebut penting bagi pertumbuhan tulang. Sehingga bagi bayi dan anak-anak yang
sedang tumbuh dan berkembang, susu merupakan sumber mineral yang penting .
mineral lain seperti klorida, kalsium, magnesium dan natrium terlarut dalam
air. Sedangkan sebagian kalsium posfat dan protein tidak berada dalam larutan
murni, tetapi dalam bentuk dispersi
koloid (kalsium posfat keseinat) yang menyebabkan susu terkesan berwarna
putih opaque. Vitamin yang tinggi
terdapat dalam susu adalah niasin dan
riboflavin, karena tingginya
kandungan riboflavin, susu tanpak
berwarna kehijau-hijauan. Jika terkena sinar matahari langsung, riboflavin dalam susu cepat rusak.
Standart
kualitas air susu berdasarkan direktur jenderal peternakan no 17/KPTS/DJP/Deptan/83
:
a.
Berat
jenis (BJ) pada 27,5ᵒC : 1,0280
b.
Kadar
lemak :
2,8 %
c.
Kadar
bahan kering tanpa lemak : 8,0 %
d.
Derajat
asam :
4,5-7,0ᵒSH
e.
Jumlah
bakteri per ml : 3 JUTA
f.
Uji
alkohol
: NEGATIF
g.
Uji
didih
: NEGATIF
h.
Titik
beku : -0,520- -0,560ᵒC
i.
Kadar
laktose : 2,5 JAM
2.7 Pemerahan
Suatu
rangsangan untuk menimbulkan terjadinya serangkaian proses untuk sintesis dan sekresi air susu secara normal dan
keluaran dari ambing. Pemerahan bertujuan untuk mendapatkan produksi susu yang maksimal.
Terdapat tiga tahap pemerahan yaitu pra pemerahan (fase persiapan), pelaksanaan pemerahan dan pasca pemerahan (Syarief
dan Sumoprastowo, 1995).
Tujuan dari pemerahan adalah untuk mendapatkan jumlah susu maksimal jumlah susu
maksimal dari ambingnya, apabila pemerahan tidak sempurna sapi induk cenderung
untuk menjadi kering terlalu cepat dan produksi total cenderung menjadi kering
terlalu cepat dan produksi total menjadi menurun (Williamson dan Payne,
1993).
2.7.1 Fase Persiapan
Tahap-tahap
persiapan pemerahan meliputi menenangkan sapi, membersihkan kandang,
membersihkan bagian tubuh sapi, mengikat ekor, mencuci ambing dan puting (Sudono,2003).
Menurut Muljana (1995)
sebelum pemerahan dimulai, pemerah mencuci tangan bersih-bersih dan
mengeringkanya, kuku tangan pemerah dipotong pendek agar tidak melukai puting
sapi, sapi yang akan diperah dibersihkan dari kotoran, tempat dan peralatan
telah disediakan dan dalam keadaan yang bersih, selanjutnya menenangkan sapi,
mengikat ekornya dan mencuci ambing dengan
air hangat, melakukan massage untuk merangsang keluarnya air susu. Sebelum
melakukan pemerahan dilakukan persiapan diantaranya persiapan alat, pembersihan
kandang dan sanitasi ternak (Chamberlin,
1993).
2.7.2 Pemerahan
Pemerahan
dengan mesin pemerah (machine milking)
lebih efisien tenaga, waktu singkat sedangkan tenaga manusia paling banyak
sekali memerah hanya mampu sampai lima ekor. Produksi susu lebih banyak, hal
ini mengingat bahwa produksi susu dipacu oleh hormon prolaktin yang mana waktu aktifnya dalam darah sangat singkat,
paling lama hanya 7 menit.
Manfaat
Mesin Perah :
Kualitas
air susu lebih baik.
·
Total
jumlah kuman turun 75 % (kandungan bakteri kandungan bacterinya (total plate
count/TPC) pun kini hanya kisaran 250 ribu/cc, jauh dari ambanng batas yang
diperoleh dari SNI di bawah 1juta).
·
Total
solid menjadi 12,3 %.
·
Produktifitas
meningkat 20 %.
·
Harga
jual susu meningkat.
·
Hasil
perahanya pun jauh lebih higienis dan bersih.
·
Proses
pemerahan lebih cepat.
2.7.3
Sistem
Pemerahan
2.7.3.1
Ember (bucket system)
Sistem
ember adalah salah satu sistem pemerahan yang menggunakan mesin sebagai
pengganti tangan yang dapat dipindah-pindah dari tempat satu ke tempat lain.
Sistem ini cocok digunkan untuk peternak kecil. Susu hasil perahan dari sistem
ini ditampung di ember yang terdapat di setiap mesin. Setelah itu susu hasil
perahan setiap ekor sapi ditakar terlebih dahulu, kemudian dituang ke tanki
pendingin. Mesin perah sistem ember ini bagian-bagianya terdiri dari : 1)
sebuah motor pembangkit vakum, 2) pipa vacum 3) selang karet vacum, 4)
pulsator, 5) ember penampung susu, 6) pengatur pulsasi, 7) tabing perah (teat
cup) yang terbuat dari logam tahan karat dan karet, 8) inflasi di dalam tabung
perah, 9) selang susu.
2.7.3.2
Sistem pipa (pipe line system)
Pada
sistem ini pemerahan langsung juga berada di dalam kandang, dimana sapi yang
akan diperah tetap terikat ditempatnya. Mesin perah dipindah dari sapi satu ke
sapi berikutnya. Sedang susu hasil pemerahan langsung dialirkan ke dalam tangki
pendingin melalui pipa tanpa berhubungan dengan udara luar.
2.7.3.3
Sistem bangsal pemerahan (milking
parlor system)
Pemerahan
dengan sistem ini berlangsung di suatu bangsal pemerahan. Setiap mesin
digunakan untuk seekor sapi. Susu hasil pemerahan langsung ditampung di tangki
pendinginan (cooling unit). Sesudah
melalui tabung pengukur produksi yang terdapat pada setiap mesin. Sapi yang
akan diperah digiring ke bangsal pemerah melalui suatu tempat (holding area) untuk dibersihkan dengan
sprayer selanjutnya sapi satu persatu massuk bangsal (milking parlor).
2.7.4 Pasca Pemerahan
Setelah
selesai pemerahan hendaknya dilakukan dipping atau penuntasan pemerahan agar
tidak menimbulkan penyakit mastitis. SeteLah didapatkan air susu dilakukan
pengukuran antara lain berat jenis dan kadar lemak susu. Sesudah melakukan
pemerahan sebaiknya bagian puting dicelupkan dalam larutan disinfektan untuk
menghindari terjadinya mastitis (Sumoprastowo, 1985). Menurut Sinderedjo (1990) berat jenis susu minimal
1,027 pada temperatur 27,50C dan kadar lemak 2,8%. Kenaikan produksi
susu selalu diikuti dengan kenaikan berat jenis air susu hanya dapat dilakuakn
setelah 3 jam dari pemerahan bila suhu air susu telah stabil (Sudono, 1994).
Susu
yang tinggi kadar lemaknya juga kaya akan zat-zat kering lainnya, sehingga
berat jenisnya juga tinggi, dan susu yang renah kadar lemaknya berat jenisnya
pun rendah (Sindoredjo, 1990).
Menurut Syarief dan Sumoprastowo (1990) setelah susu diperah kemudian dibawa ke
kamar susu penanganan susu yang dilakukan dalah penyaringan, pendinginan dan
pemanasan. Penyaringan susu bertujuaan untuk mendapatkan susu yang terbebas
dari kotoran. Selain penyaringan dan pendinginan, pengujian kualitas susu juga
dilakuakn karena merupakan hal yang penting untuk mengetahui kualitas susu yang
dihasilkan (Siregar, 1993).
Faktor
yang mempengaruhi produksi air susu adalah : kebakaan artinya faktor genetik
sapi, pemberian ransum, manajemen pemerahan, lama kering kandang, pencegahan
penyakit, service periode dan calving interval serta frekuensi pemerahan.
Siregar (1993) susu pada tiap-tiap puting harus diperah habis. Selesai
pemerahan, ambing dan puting susu dicuci kembali dengan air hangat-hangat kuku
lalu dicelup dan disemprot dengan air yang telah diberi sedikit biocid.
2.7.5 CIP (Clean In Place)
Clean in place (CIP) merupakan suatu rangkaian
proses yang meliputi sirkulasi larutan pencuci dan desinfektsi dalam suatu
jalur yang tidak memerlukan pembongkaran (Spreer,
1998). Menurut Trisnanto (2008), Clean in
place adalah suatu metode pencucian peralatan dan sistem perpipaan tanpa
dilakukan pembongkaran. Sistem clean
in place mensirkulasikan larutan pencuci melalui jalur pipa dan mesin yang
besar menggunakan suatu sistem pompa dan
spray untuk secara otomatis membersihkannya (international Association for Food Protection, 2002). Teknik ini
diterima sebagai standar untuk membersihkan pipa saluran, mesin susu, bulk milk
tank, kereta tanki susu, tanki penyimpanan dan kebanyakan peralatan yang
digunakan melalui operasi pemrosesan (Laksmi, 2008).
Menurut
Tamime (2008), industri pengolahan susu biasanya membiarkan pipa saluran susu
terpasang secara permanen dan tersusun rapi serta dibersihkan ditempat. Metode Clean in place digunakan secara optimal
untuk membersihkan saluran-saluran pipa, tangki-tangki, penukar panas, mesin sentrifugal dan homogenizer. Proses ini melibatkan pengaliran, penyemprotan dan
sirkulasi larutan pembersih melalui kecepatan aliran. Penggunaan sistem Clean in place kemungkinan dapat mencuci
dan membersihkan dengan meminimalkan kontak antara pekerja dengan bahan kimia
yang potensial berbahaya.
Menurut
Laksmi (2008), Clean in place secara
otomatis akan berfungsi mempertahankan kekuatan dan suhu larutan pencuci, mempertahankan
level konsentrasi dalam tangki, berturut-turut mengawali dan menghentikan
aliran larutan, menyediakan aliran hembusan udara, menggerakkan agiator dan
membuka atau menutup katup, membuang larutan yang telah digunakan, mematikan
pompa dan menginngatkan operator apabila parameter operasi tidak sesuai dan
dapat dilakukan perubahan untuk masalah pencucian yang berbeda. Menurut Spreer
(1998), terdapat siklus pencucian dalam clean
in place antara lain :
Prerinsing
Alkaline
clean
Rinsing
Acidic
cleaning
Rinsing
Disinfection
Rinsing
2.8 Manajemen perkawinan
Masa
Berahi pada sapi relatif singkat,
oleh karena itu perlu pengamatan secara teliti terhadap timbulnya tanda-tanda Berahi seekor sapi agar program dapat
berjalan sesuai rencana. Sistem perkawinan sapi perah dapat dilakuakan dengan
dua cara yaitu perkawinan alam dan buatan. Perkawinan sapi perah dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu perkawinan alam dan buatan. Perkawinan alam
seekor sapi pejantan memancarkan sperma langsung ke dalam alat reproduksi
betina oleh pejantan sendiri. Perkawinan sebaliknya dilakukan pada suatu tempat
atau kandang khusus yang dibuat untuk mengawinkan hewan (Soedonoo,1984).
Menurut
Ensiminger (1991) perkawinan buatan
(Inseminasi Buatan = IB) juga dikenal dengan istilah Al (Artifisial Insemination) ialah suatu cara perkawinan diaman sperma
dikumpulkan dari pejantan untuk dirawat atau disimpan dalam kondisi tertentu
diluar tubuh hewan, kemudian dengan pertolongan suatu alat semen itu dimasukkan
ke dalam alat kelamin betina. Jadi proses perkawinan ini meliputi pengumpulan
semen, perawatan semen dan memasukkan semen kedalam alat reproduksi betina.
Keuntungan
Al (IB) adalah ; 1). Penularan penyakit kelamin dapat dihaindarkan, 2). Dengan
kawin seekor pejantan hanya mampu melayani 100-150 ekor betina pertahun,
sedangkan dengan cara IB seekor pejantan mampu melayani 10.000-30.000 perekor
betina pertahun, 3). Persilangan antar ras dapat dipermudah, 4). Penyebaran
bibit unggul dapat berlangsung lebih cepat, 5). Bagi pejantan yang baik karena
suatu sebab tidak dapat mengawini masih dapat diambil spermanya, 6). Sapi-sapi
dara dapat dikawinkan dengan mudah. Disamping ada keuntunngan IB juga ada
kerugian antara lain 1). Bila pemilihan pejantan tidak tepat maka akan terjadi
penyebaran bibit yang jelek dengan cepat, 2). Bila pelaksanaan kurang hati-hati
maka penyebaran penyakit lebih mudah meluas, 3). Terlalu banyak sapi yang
mempunyai keturunan yang sama.
2.9 Kesehatan
Gangguan
dan penyakit dapat mengenai ternak sehingga untuk membatasi kerugian ekonomi
diperlukan control untuk menjaga
kesehatan sapi menjadi sangat penting. Manajemen kesehatan yang baik sangat
mempengaruhi kesehatan sapi perah. Gangguan kesehatan pada sapi perah terutama
berupa gangguan klinis dan reproduksi dapat berupa hipofungsi, retensi plasenta, kawin berulang endometritis dan mastitis baik
klinis dan subklinis. Sedangkan gangguan klinis yang sering terjadi adalah
gangguan metabolisme (ketosis, bloot,
milk fever dan hipocalcemia), panaritium, enteritis, displasia abomasum dan pneumonia.
Adanya
gangguan penyakit pada sapi perah yang disertai dengan penurunan produksi dapat
menyebabkan sapi dikeluarkan dari kandang atau culling. Culling pada
suatu peternakan tidak boleh lebih dari 25,3%. Salah satu parameter yang dapat
digunakan untuk pemeliharaan sapi dengan melihat body condition scoring, nilai BCS yang ideal adalah 3,5 (skala 1-5). Jika BCS lebih dari 4
dapat menyebabkan gangguan setelah melahirkan seperti mastitis, retensi plasenta,
distokia, ketosis dan panaritium.
Sedangkan kondisi tubuh yang kurus menyebabkan produksi sus menurun dengan
kadar lemak yang rendah. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan didalam
kesehatan sapi perah adalah lingkungan yang baik, pemerahan yang rutin dan
peralatan pemerahan yang baik.
Recording merupakan pencatatan ternak yang
bertujuan untuk mengetahui asal-usul ternak yang dipelihara, sehingga nantinya
diharapkan tidak akan didapatkan ternak sapi perah yang mengalami inbreeding. Recording dapat memudahkan tata laksana selanjutnya pada ternak,
memudahkan pengontrolan dan memudahkan peningkatan mutu genetik (Santosa,
1997).
BAB III
PELAKSANAAN ON FARM
3.1 Tempat dan Waktu Kegiatan
Tempat : PT. Ultra Peternakan Bandung Selatan (UPBS)
Tanggal
: a. Periode pertama tanggal 05 Januari
2015 s/d 28 Maret
2015
b. Periode kedua tanggal 27 Juli s.d 18
Oktober 2015
Peserta : Mahasiswa D3 Agribisnis Sapi Perah (Vedca B)
3.2 Metode
Pelaksanaan
kegiatan magang mahasiswa yang dilaksanakan di PT Ultra Peternakan Bandung
Selatan ini menggunakan metode antara
lain :
·
Wawancara
Mahasiswa
melakukan wawancara dengan pihak-pihak dari instansi yang bersangkutan guna
mengetahui segala hal yang diperlukan.
·
Observasi
Mahasiswa
melakukan pengamatan langsung di lapangan disertai studi literatur yang dapat
memperkuat tujuan yang hendak dicapai.
·
Studi
pustaka
Mahasiswa
mencari dan mempelajari pustaka mengenai permasalahan-permasalahan yang
berkaitan dengan pelaksanaan On Farm
mahasiswa.
·
Dokumentasi
dan data-data
Mahasiswa
kegiatan pendokumentasian (foto, catatan dan informasi) dan mengumpulkan dan
atau hasil-hasil yang ada pada pelaksanaan magang mahasiswa berlangsung.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Sejarah Dan Profil Perusahaan
P.T.
Ultra Peternakan Bandung Selatan (P.T. UPBS) merupakan peternakan yang bergerak
dalam bidang peternakan sapi perah.
Pendirian peternakan ini didasari dengan kebutuhan Industri Pengolahan
Susu oleh PT Ultra Jaya Milk Industri and Trading Company Tbk. yang saat itu
belum memiliki peternakan sendiri. P.T. Ultra Jaya dengan Koperasi Peternakan
Bandung Selatan (KPBS) merupakan kerjasama dalam penyediaan susu.
Lokasi peternakan ini berawal
dari kebun karet, teh dan sayuran milik P.T. Ultra Jaya yang bernama ALBA
(Almanak Baru) yang selanjutnya diubah menjadi Peternakan skala besar. Pada tanggal 12 Februari 2008 dilakukan
pembongkaran kebun teh di lokasi yang akan dijadikan sebagai peternakan
P.T.Ultra Peternakan Bandung Selatan.
Selain pembongkaran kebun teh, dilakukan pula pembuatan lagoon yakni
kolam penampungan limbah serta pengeboran air sumur. Tanggal 07 Desember 2009 dilakukan pembukaan
P.T. Ultra Peternakan Bandung Selatan dengan acara wayang golek. Pada bulan Januari 2009 telah mencapai
pembangunan tahap akhir. Pada bulan
Maret 2009 fasilitas peternakan sapi tersebut siap diisi oleh sapi.
Pembelian sapi dari peternakan
Mr. Jhon Gibney di Australia yaitu sapi
yang dibeli adalah sapi dara dalam
keadaan bunting. Pengiriman sapi
dilakukan melalui penerbangan. Tanggal
11 April 2009 pada pukul 04.00 WIB didatangkan sapi tahap pertama sebanyak 150
ekor dan sampai di Ultra Peternakan Bandung Selatan (UPBS) pada pukul 13.00
WIB. Pengiriman dilanjutkan hingga
tanggal 20 Juni 2009, sehingga total populasi menjadi 580 ekor dan populasi
sapi ini terus bertambah hingga saat ini mencapai 2550 ekor sapi laktasi
produktif.
4.2 Visi dan Misi Perusahaan
Menjadi perusahaan yang memproduksi susu sapi segar yang
berkualitas baik sesuai dengan standarisasi susu dan keamanan pangan.
Mewujudkan visi
yang telah ditetapkan, maka perlu dijabarkan lebih operasional dalam misi.
Adapun misi PT. Ultra Peternakan Bandung Selatan (UPBS) adalah sebagai berikut
:
1.
Menyelenggarakan
pelatihan teknis dan fungsional di bidang kesehatan hewan dan kesehatan
peternak anggota dan peternak pekerja di PT. UPBS.
2.
Melaksanakan
pengembangan sarana dan prasarana pelatihan di bidang kesehatan hewan.
4.3 Struktur Organisasi Perusahaan
P.T. Ultra Peternaakan Bandung Selatan
merupakan peternakan yang didirikan untuk kebutuhan susu P.T. Ultra Jaya. P.T. UPBS dipimpin oleh seorang manager
dan asisten manager.Asisten manager bertanggung jawab kepada manager. Staff accounting, HRD, Supervisor pakan,
Supervisor milking dan Supervisor kandang bertanggung jawab kepada asisten
manager. Struktur organisasi di P.T.
UPBS dapat dilihat pada Gambar.
Presiden
Direktur
Sabana
Prawiradjaja
|
Direktur
1
Engkun
Maskun
engku
|
Direktur
2
Harijanto
Hendranata
|
Manager Farm PT.UPBS
William
Hoggan Clews
|
Assisten
Manager Farm
Mulidirja
Tanubrata
|
Consultant
Farm
Jeremy
Hockin
|
Supervisor
Kandang
M. Mikael Putro U. |
Supervisor
Milking
Tedi
Kustari
|
Supervisor
Gudang
Aris
Kadarisman
|
Breeding
Rail
|
Youngstock
|
Maturnity
|
Foot
Trimming
|
Hospital
|
Operator
Milking
|
Operator
Kandang
|
Feeding
|
Laboratorium
|
Administrasi
|
4.4 Ketenagakerjaan
P.T. Ultra Peternaakan Bandung
Selatan memiliki empat golongan ketenagakerjaan meliputi karyawan tetap,
peternak yang merupakan anggota KPBS,
pekerja harian, dan pekerja borongan.
Karyawan tetap adalah tenaga kerja yang mendapatkan bayaran setiap
bulannya dan telah termasuk dalam karyawan tetap di perusahaan, sehingga tidak
memerlukan tandatangan kontrak kerja.
Peternak adalah tenaga kerja yang mendapatkan bayaran setiap bulannya,
syarat menjadi peternak diperusahaan ini harus mendapatkan pendidikan selama
satu tahun dari pihak P.T. UPBS.
Peternak diberikan modal usaha oleh P.T. UPBS berupa sapi sebanyak 15
ekor per orang dengan pengambilan modal berupa produksi susu yang dihasilkan
dari sapi-sapi tersebut. Namun, setelah
beberapa lama peternak tidak konsekuen dalam perjanjian dan dalam melakukan
pekerjaan, maka sekarang peternak tidak ada kerja sama lagi dengan pihak P.T.
UPBS kembali dan sebagai penggantinya direkrut kembali 2 karyawan tetap pada
masing – masing pegawai milking ( pemerahan yang bertugas untuk menggiring sapi
dari kandang sampai milking parlour ( tempat pemerahan ) dan juga membersihkan
kandang. Tenaga kerja harian adalah tenaga kerja yang mendapat bayaran setiap
mingggunya, pekerja ini ditempatkan di bagian kebun rumput.
Karyawan di P.T. UPBS
memilliki latar belakang yang beragam.
Karyawan tetap umumnya lulusan Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah
Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan
Sarjana yang memiliki keahlian khusus.
Peternak, pekerja harian, dan pekerja borongan umumnya lulusan SD sampai
SMA sederajat.
Pembagian jam kerja karyawan
tetap dan peternak ditentukan oleh pihak manajemen. Jam kerja bagian kantor HRD dari hari senin
sampai jumat dimulai pukul 08.00 – 16.00
WIB dan dari hari sabtu dimulai dari pukul 08.00 – 14.00 WIB. Jam kerja kantor milking dan karyawan tetap
dari hari senin sampai sabtu dimulai pukul 07.00 – 16.00 WIB dan hari libur
ditetapkan oleh manajemen. Peternak
dibagi menjadi tiga shift( waktu bekerja )
Shift pertama dimulai pukul 07.00 – 14.00 WIB, shift kedua dimulai pukul
14.00 -22.00 WIB dan shift ketiga dimulai dari pukul 22.00 – 07.00 WIB. Jam kerja operator kandang dan milking
terbagi juga menjadi dua shift yaitu shift pertama yang dimulai dari pukul 07.00 – 19.00 WIB dan shift ketiga
dimulai dari pukul 19.00 – 07.00 WIB.
4.5 Sarana produksi
4.5.1
Luas Lahan dan Penggunaannya
SILAGE
|
FARM
|
MESSS
|
4.5.2
Jenis-jenis Sapi dan jumlah
populasi
Bangsa sapi yang dibudidayakan di PT.Ultra Peternakan Bandung Selatan
adalah sapi bangsa Fries Holstein dan
Jersey Cross (hasil persilangan
antara Jersey dengan Fries Holstein).Jumlah total sapi dan
jumlah setiap grup nya yang terdapat di PT.Ultra Peternakan Bandung Selatan, jadi total populasi sapi sebanyak 3120 ekor.
4.6 Peralatan Kandang dan Sarana Pendukungnya
Peralatan merupakan salah satu
penunjang dalam kelancaran pemeliharaan
usaha peternakan. Peralatan yang
digunakan untuk proses produksi dan pemeliharaan sapi perah. P.T. UPBS menggunakan seluruh peralatan
penunjang produksi yang berasal dari Delaval.
Peralatan penunjang saat pemeliharaan dan produksi yang di gunakan P.T. UPBS.
No.
|
Jenis
|
Jumlah (unit)
|
Fungsi
|
1
|
Chopper
|
3
|
Mencacah hijauan segar dan
yang akan dibuat silase
|
2
|
Versa Bagger
|
1
|
Pemasukan pecahan hijauan ke
dalam sillage bag untuk pembuatan silase
|
3
|
Mesin Grinder
|
1
|
Penghalus kedelai
|
4
|
Timbangan duduk
|
1
|
Alat timbang milk powder
|
5
|
Milk bar(teat bar)
|
7
|
Alat pemberian susu pada
pedet
|
6
|
Conector ear tag
|
2
|
Untuk pemasangan ear tag dan
RV ID
|
7
|
Kalung Transponder dan
activity
|
Transponder sebagai sensor
saat sapi birahi.
|
|
8
|
Bucket milk system (mesin
perah portable)
|
6
|
Alat perah pada sapi yang
terkena mastitis dan pemerahan susu pertama (colostrum)
|
9
|
Dehorner
|
3
|
Alat pemotong tanduk
|
10
|
Trolly
|
2
|
Tempat penyimpanan
obat-obatan saat pemeriksaan kesehatan
|
11
|
Mesin perah
|
48
|
Alat perah sapi laktasi
|
12
|
Colling unit
|
7
|
Tempat penampungan susu
selama proses pemerahan sebelum diangkut ke pabrik Ultra Jaya
|
13
|
Pisau potong kuku
|
4
|
Alat yang di gunakan untuk
memotong kuku sapi
|
14
|
Milk
can
|
15
|
Tempat menampung susu
mastitis dan colostrums yang diperah dalam ruang pemerahan (milkiong pallor)
|
15
|
Farm traktor
|
5
|
Alat berat yang di gunakan
untuk memberi pakan, mengankut pakan, dan membantu untuk pemeliharaan sapi.
|
16
|
Bobcat
|
2
|
Alat bantu untuk mendorong
pakan dan mendorong kotoran yang ada didalam kandang.
|
17
|
Bak pencampur susu pedet
|
4
|
Tempat untuk mencampur susu
formula pedet
|
18
|
Alat berat (loader)
|
2
|
Alat untuk membantu
mengangkat bahan pakan dan membantu memindah barang.
|
19
|
Mixer (troli mixer)
|
3
|
Alat untuk menampung,
mencampur pakan sapi, konsentrat pedet, dan susu pedet.
|
20
|
Boreco
|
1
|
Alat untuk
membersihkan frestall(tempat tidur sapi)
Dan untuk
menabur kapur di forestall
|
21
|
Timbangan
pedet
|
1
|
Untuk
menimbang pedet yg baru lahir
|
4.7 Manajemen perkandangan
Santosa
(2009) menyatakan bahwa tatalaksana perkandangan merupakan salah satu faktor
produksi yang harus mendapat perhatian dalam usaha peternakan sapi perah.
Konstruksi kandang yang tidak sesuai dengan persyaratan teknis akan mengganggu
produktivitas ternak, kurang efisien dalam penggunaan tenaga kerja dan
berdampak terhadap lingkungan disekitarnya. Beberapa persyaratan yang
diperlukan dalam mendirikan kandang antara lain memenuhi persyaratan kesehatan
ternak, mempunyai ventilasi yang baik, efisiensi dalam pengelolaan, melindungi
ternak dari pengaruh iklim dan keamanan kecurian, serta tidak berdampak
terhadap lingkungan disekitarnya.
Sapi
perah di PT. UPBS Pangalengan selalu berada di dalam
kandang. Hanya saja pada saat sapi akan di perah sapi tersebut di bawa ke luar
kandang menuju ke tempat pemerahan atau ke tempat proses milking. Oleh karena itu
kandang bukan hanya berfungsi sebagai tempat tinggal saja, akan tetapi juga
harus dapat memberi perlindungan dari segala aspek yang mengganggu.
4.7.2
Lokasi dan Syarat Kandang
Kandang sapi perah di PT. UPBS
Pangalengan di
bangun di daerah pegunungan yaitu berada di Kecamatan Pangalengan dengan kondisi alam yang dingin,
tanah yang subur sehingga sapi perah impor asal Australia dapat dengan mudah
beradaptasi dan
berproduksi secara optimal. Hal
tersebut sesuai dengan pendapat Utami, dkk
(2004) yang menyatakan bahwa kondisi lingkungan sapi perah di Indonesia pada umumnya
disesuaikan dengan kondisi lingkungan seperti di USA karena untuk kebaikan dalam mempertahankan
kondisi hygienis di kombinasikan
dalam kondisi tropis. Pada dasarnya kandang ternak perah harus dapat
mengeliminir segala pengaruh faktor luar yang dapat mengganggu terhadap ternak
sehingga ternak merasa nyaman berada dalam kandang.
Masing-masing ternak mempunyai sifat dan
karakteristik yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya, sehingga dalam
membangun kandang sebaiknya harus memperhatikan aspek sosial yang ada. Apakah
dampak yang timbul dari usaha peternakan tersebut dapat mengganggu lingkungan
sekitar. Karena usaha peternakan dapat menghasilkan limbah atau kotoran yang
baunya sangat menyengat hidung apabila kotoran tersebut bercampur dengan air kencing, sisa-sisa pakan dan sisa air minumnya, terlebih-lebih bila kotoran
atau limbah
tersebut tidak dikelola dengan
baik, maka akan menyebabkan
pencemaran lingkungan
(Nugroho, 2008). Untuk mengantisipasi hal tersebut, PT. UPBS
Pangalengan
membangun kandang yang jauh dengan tempat tinggal atau rumah penduduk
sekitarnya. Hal ini untuk mengantisipasi dampak negatif akibat limbah atau
kotoran ternak yang di usahakan.
Pembangunan kandang di PT. UPBS
Pangalengan sudah
termasuk baik, karena pada pembangunan kandang sudah tepat. Kandang sapi perah
di bangun menghadap dari arah Timur
ke Barat dengan penyinaran
matahari yang cukup. Sinar matahari yang paling baik bagi ternak adalah sinar
matahari pagi. Oleh karena itu bagian kandang yang terbuka dibuat menghadap ke
arah masuknya sinar matahari pagi.
Ventilasi kandang di PT. UPBS sudah cukup sangat terbuka untuk keluar masuknya udara. Pertukaran
udara yang baik dapat menghasilkan udara yang segar, bersih, dan sehat di dalam
kandang.
Ventilasi kandang yang sempurna sangat menguntungkan bagi ternak yang tinggal
di dalam kandang. Karena ventilasi bermanfaat untuk mengeluarkan udara kotor
dari dalam kandang dan menggantikan udara yang segar dari luar kandang.
Letak kandang dekat dengan sumber air,
karena air merupakan kebutuhan sehari – hari yang harus ada yang digunakan
untuk kebutuhan air minum ternak, membersihkan kandang, dan peralatan. Lokasi
kandang dibuat jauh dari keramaian, karena apabila kandang dibangun dekat
dengan keramaian dapat menyebabkan ternak tidak tenang, yang akhirnya dapat
menurunkan produksi.
Parit/gutter dibuat di tepi dan depan kandang, berfungsi untuk
mengalirkan air kencing, air bekas flushing,
dan air hujan, supaya air tidak menggenang di kandang dan sekitarnya. Menurut
Nugroho (2008) Air yang menggenang merupakan media yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan bibit penyakit. Air kencing dan air
dalam kandang dan diluar kandang sebaiknya dialirkan kelahan rumput, karena air
tersebut banyak
mengandung unsur hara yang
sangat baik untuk pertumbuahan
tanaman.
Hal
tersebut telah sesuai dengan pendapat Syarief (2009) bahwa beberapa hal yang
harus diperhatikan dalam pembangunan kandang adalah :
- Cahaya matahari. Kandang harus dapat diterangi secara langsung maupun tidak langsung oleh sinar matahari. Jadi kandang harus selalu terang, tidak suram; hal ini mencegah berkembangnya mikroorganisme yang akan mengganggu ternak di kandang. Kandang yang terang mudah untuk dibersihkan.
- Ventilasi. Konstruksi kandang diusahakan sedemikian rupa sehingga memungkinkan pertukaran udara segar yang lancar. Pertukaran udara luar dan dalam kandang yang lancar membuat kandang selalu segar.
- Letak kandang. Kandang yang dibangun hendaknya terletak dibawah tempat sumber air, sehingga memungkinkan air disalurkan ke kandang dan terletak lebih tinggi dari tempat penanaman rumput sehingga sisa – sisa kotoran dari kandang dapat dialirkan ke kebun rumput.
- Parit (gutter). Pembuatan parit dalam kandang hendaknya sedemikian rupa sehingga memudahkan pengaliran kotoran dari kandang terutama faeces, sehingga kandang dapat selalu dalam keadaan bersih.
Kandang di PT. UPBS
Pangalengan
terbuat dari bahan yang kuat, tiang kandang terbuat dari besi, atap kandang
dari seng, dan alas kandang beton. Kandang untuk ternak sapi perah dirancang
senyaman mungkin, agar ternak sapi perah dapat berproduksi secara optimal.
Kandang
group
9 di PT. UPBS
Pangalengan adalah
tipe
kandang freestall headlock. Tipe tersebut ialah tipe kandang modern dan
bebas berupa ruangan tanpa pembatas antar sapi sehingga di dalam kandang sapi
dapat bergerak bebas. Santosa (2009), menyatakan bahwa kandang bebas berupa ruangan yang luas
tanpa ada penyekat di antara sapi perah, dalam kandang ini, sapi perah bebas
bergerak dalam kandang. Dibandingkan dengan kandang konvensional, kandang bebas
membutuhkan lahan yang lebih luas. Kandang dibuat loose tanpa penyekat agar sapi dapat bebas bergerak. Menurut
Nugroho (2008), gerak
jalan pada sapi-sapi yang sedang laktasi adalah penting sekali guna menjaga
supaya tetap sehat, terutama sapi-sapi yang dipelihara didalam kandang
terus-menerus selama 24 jam dan tak pernah dilepas di lapangan rumput. Untuk
ini sapi-sapinya perlu dilepas di lapangan rumput selama 1 - 2 jam supaya sehat
kukunya dan mendapat sinar matahari. Kandang group 9 memiliki ukuran dengan panjang 100 m, lebar 25 m, dengan tinggi
bangunan yaitu 8 m. Luas kandang tesebut yaitu 2500 m2 yang
memiliki populasi 210 ekor dengan luas per ekor yaitu 11,9 m2.
Lantai kandang terbuat dari semen,
rata, tidak licin dan tidak tajam sehingga sapi dapat berdiri tegak, berbaring
secara nyaman. Kandang memiliki luas 2500
m2
dengan panjang 100 m dan lebar 25 m termasuk alley 5 m. Kemiringan
kandang yaitu 2% dari panjang kandang yaitu 2 m atau 1.15o sehingga air limbah hasil
membersihkan kandang mengalir dengan baik. Menurut Utami, dkk (2004), bahwa syarat
yang harus dipenuhi dalam bangunan kandang adalah memberi kenyamanan terhadap
ternak dan bagi pemeliharanya,
memenuhi syarat kesehatan bagi ternak,
ventilasi atau pertukaran udara sempurna, dan
mudah dibersihkan sehingga tenaga kerja lebih efisien.
Dinding
kandang
pada kandang freestall headlock di PT. UPBS Pangalengan hanya
berupa tiang-tiang penyangga yang kuat dan besi pembatas agar sapi tidak dapat
keluar dari kandang.
4.7.4.2
Bedding
Bedding adalah tempat sapi dengan alas untuk istirahat. Bedding berfungsi
sebagai penghangat tubuh sapi di waktu
malam hari dan sebagai bantalan, agar bagian tubuh sapi mendapatkan bantalan
yang empuk pada saat tidur. Beeding
berpengaruh terhadap kenyamanan sapi.
Bedding di PT. UPBS
Pangalengan untuk sapi laktasi dan dara terbuat dari busa yang taburi dengan
kapur, sedangkan untuk pedet menggunakan serbuk gergaji. Kapur berguna sebagai
pembunuh bakteri tertentu. Pembersihan dan pemberian kapur pada bedding dilakukan ketika sapi keluar
untuk diperah. Seharusnya populasi sapi di sesuaikan dengan
jumlah bedding. Ukuran bedding dibuat sedemikian rupa agar manure dapat jatuh tepat di lantai
kandang dan tidak mengotori bedding. Pada sapi laktasi dan dara jarak
tinggi bedding dengan lantai kandang yaitu 18 - 20 , sedangkan untuk pedet
ketebalan bedding yaitu 10 cm. Penggantian
bedding pada pedet dilakukan
apabila sudah terlihat basah baik itu karena urin pedet maupun feses pedet. Beeding sapi dapat
dilihat pada gambar
4.7.5
Atap Kandang
Atap kandang di PT. UPBS Pangalengan menggunakan sistem atap monitor untuk bahan atap yang digunakan berupa seng
yang bergelombang. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Santosa
(2009), atap genting, seng, dan daun rumbia dapat
digunakan sebagai bahan atap untuk perkandangan sapi perah dalam periode
pertumbuhan di daerah dataran rendah tanpa menimbulkan pengaruh yang nyata terhadap
konsumsi pakan dan air serta pertumbuhannya. Walaupun atap seng menyebabkan
frekuensi respirasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan atap genting dan daun
rumbia, namun denyut nadi dan suhu rektal tidak berbeda nyata.
Tempat
pakan di PT. UPBS Pangalengan
tidak menggunakan rak pakan seperti di peternakan – peternakan biasanya. Tetapi
pakan di letakkan di feedbunk, yaitu
tempat untuk meletakkan pakan sapi yang terdapat di pinggir kandang. Peletakkan
pakan dengan sistem tersebut bertujuan agar mempermudah dalam pemberian pakan. Ukuran tempat
pakan memiliki panjang 100 m dan lebar 1 m.
Pemajuan pakan dilakukan ketika pakan mulai mundur,
pemajuan pakan dilakukan 2 kali dalam sehari dengan menggunakan alat berat.
Tujuan pemajuan
pakan dilakukan agar menjaga feed intake
sapi perah tetap tinggi, sehingga dapat berproduksi secara optimal. Tempat minum yang
dipakai menggunakan dumptank dengan ukuran yaitu
panjang 200 cm, lebar 80 cm, dengan kedalaman 30 cm.
Kandang
harus dalam keadaan bersih, karena kandang yang kotor akan mengundang lalat,
sehingga memungkinkan datangnya penyakit yang merugikan peternak. Kebersihan
selokan juga perlu diperhatikan, karena jika selokan tidak mengalir lancar akan
meninggalkan genangan – genangan air bekas flushing
yang dapat menyebabkan penyumbatan selokan. Kebersihan feedbunk dan dumptank
harus selalu bersih, terutama dari sisa – sisa bekas makanan penguat, sebab
apabila tidak bersih akan timbul pembusukkan dan jamur – jamur yang merugikan
pada sisa pakan tersebut, sehingga dapat mengganggu kesehatan sapi.
Proses
pembersihan kandang laktasi
dilakukan pada saat sapi keluar untuk diperah atau miliking. Pembersihan kandang di lakukan dengan
tongkat pembersih kemudian
bersamaan dengan flushing. Flushing yaitu sistem pembersihan
kandang dengan menggunakan air untuk membersihkan manure (kotoran sapi).
Langkah-langkah
yang dilakukan untuk membersihkan kandang yaitu :
1.
Membuang kotoran yang ada pada badding.
2.
Siramkan larutan Oxonia Active(PA) dengan
tipis pada setiap badding.
3. Taburkan limestone pada freestall
bagian belakang selebar 60-80 cm.
4. Kotoran sapi didorong menuju selokan drainase menggunakan mesin Bobcat.
5. Kemudian kandang di flushing
hingga kandang bersih. Usahakan ketika sedang memflushing kandang tidak sapi
yang berada di kandang.
4.8 Sumber Air dan Penggunaannya
Sumber
air bersih di PT.Ultra Peternakan Bandung Selatan berasal dari tiga sumur bor
dengan kedalam ± 300 meter yang ditampung pada 4 buah tangki air yang mempunyai
kapasitas 60 m3 . Air yang ditampung pada tangki disalurkan melalui
pipa ke seluruh kandang,kantor,gudang, dan mess karyawan. Air dipergunakan
untuk mengisi seluruh tempat minum di kandang, membersihkan peralatan
peternakan serta untuk memenuhi kebutuhan karyawan sehari-hari.
4.9 Perkawinan ternak (Breeding)
4.9.1
Perkawianan alami (Bull)
Reproduksi merupakan suatu
kemewahan fungsi tubuh yang secara fisiologik tidak fital bagi kehidupan bagi
individual tetapi sangat penting bagi kelanjutan ke turunan suatu jenis atau bangsa hewan. Perkawinan
yang di maksud yaitu perkawinan secara alami bukan dari hasil inseminasi. Utuk
reproduksi pada pemeliharaan sapi perah dewasa dalam satu koloni atau satu
kandang terdapat 2-4 pejantan. Pejantan yang dicampur di dalam satu kandang
atau satu koloni bertujuan untuk : merangsang birahi pada sapi betina,
perkawinan yang alami, mendeteksi sapi betina yang birahi,
dll.
4.9.2
Breeding real (Inseminasi buatan)
Breeding real yaitu tempat untuk penanganan pembibitan sapi (inseminasi
buatan), ditempat ini juga dilakukan pengecekan kebuntingan dan sapi yang
kurang sehat atau sakit pada organ reproduksinya (metritis) dan pengecekan sapi yang pincang .Sapi-sapi yang di chek yaitu grup 4,6,8,9,10,15dan16. Tetapi sapi tidak selalu
berurutan posisi kandangnya karena mungkin ada
pergantian kandang atau yang lainnya.Tetapi yang penting setiap sapi
laktasi yang telah melalui proses pemerahan susu , maka akan melewati breeding
real untuk dilakukan pemeriksaan kebuntingan,
birahi atau yang lain. Dalam menyamakan tingkat berahi pada sapi yang ada di
P.T. UPBS telah dilakukan penyingkronan berahi dengan cara pemberian hormon
progesterone yang dijadwalkan setiap hari senin.
Sinkronisasi
Berahi
|
Day
In Milk (hari)
|
PGF
1
|
32-38
|
PGF
2
|
50-56
|
PGF
3
|
64-70
|
GnRH
1
|
78-84
|
PGF
4
|
85-91
|
GnRH
2
|
87-93
|
Kegiatan yang dilakukan:
1) Pemberian tanda chalk (krayon
khusus)
pemberian krayon khusus ini
bertujuan untuk mengetahui sapi sedang birahi atau tidak.tanda chalk pada
bagian pangkal ekor sapi kurang lebih sepanjang 10 cm jika tanda pada pangkal
ekor ini hilang berati sapi harus di cek apakah sapi ini sedang birahi atau
sapi tidak birahi(NoHeat/NH ).warna chalk hijau di pinggir satu berati sapi
dalam status Open,Fresh,Aborted,Breed. Namun setelah berjalan tanda chalk pada
sisi / punggung sapi tidak diberlakukan karena kurang efektif dan apabila mau
mengecek status pada satu sapi kita Cuma memberitahukan nomor / nama sapi yang
dicurigai kepada operator computer, dengan begitu maka sudah jelas statusnya
maka tinggal dilakukan pengecekan. Dan juga terdapat perbedaan tentang
perlakuan inseminasi buatan yang dilakukan pada sapi heifer lepas sapih (
berada di kandang Head Lock 1 ) yaitu sekarang dilakukan pengecekan semuanya
dengn memnggiring semua sapi heifer pada breeding real.
2)
Gangguan/kelainan pada reproduksi sapi
·
Metritis :infeksi di
rahim/uterus dicek pertama pada DIM:26
·
Sering
kawin :Sistik ovari
·
Kawin
tidak bunting :Kematian embrio
dini umur 7 hari invundibulum tersumbat
·
Tidak
pernah birahi :Ovari hipo
fungsi/tidak normal
·
Berahi
tenang :Sapi diam tidak
terditeksi Bull/orang
3) PKB (Pengecekan KeBuntingan)
dan sapi berahi
PKB dilakukan pada umur
kebuntingan 40hr,90hr,dan 270hr.setelah PKB terakhir sapi bisa di DRY atau
kering kandang
pada umur kebuntingan 270-275hari selama 60 hari.pengecekan ini harus dilakukan
dengan teliti agar tidak ada kesalahan sapi yang sudah bunting.
Pengecekan
sapi birahi dilihat dari tanda chok yang hilang setelah itu di rogoh pada
kloakanya kalau vulva mengeluarkan cairan kental berwarna putih bening berarti
sapi tersebut birahi dan siap untuk di IB.
4) Jenis-jenis straw ( sperma/
semen)
·
Lokal
: Starlight,toyjet,Dermont,Longlife dan
Creeton di
gunakan untuk sapi-sapi yg sudah laktasi atau di IB ulang dan tidak diambil
anaknya biasanya di IB dengan strow
sapi pedaging.
·
Impor:
Douglas,Planet,Jenni,bowser,Merlin
Xa,Micah, Zamrot, Ermer
di gunakan tergantung data sapi yang akan di IB.
·
Sexymen biasa di gunakan untuk sapi
dara yang sudah birahi dan biasanya anaknya yang keluar 90% betina & 10%
jantan.biasanya hasil anaknya di pelihara lagi baik jantan atau betina. Dan
strow ini banya digunakan untuk IB sapi dara atau untuk pertama kali di lakukan
inseminasi buatan.
Cara untuk menyiapkan strow
disebut dengan Thawing dengan waktu 40 detik, thawing yang dilakukan adalah
thawing musim dingin yaitu dengan mengusahakan suhu semen setelah di panaskan
dengan suhu tubuh.
Langkah-langkah thawing:
·
Siapkan strow letakan pada air hangat
selama 40 detik
·
Siapkan plastik sheet lalu masukan
kedalam baju dan gun
·
Angkat strow dengan pinset dan lap dengan
tisu potong ujungnya,
·
Masukan ke dalam plastic sheet
·
Masukan gun dan kunci cara ini strow bisa
bertahan selama 15 menit.
4.10 Kelahiran
Akhir dari proses kehamilan
adalah kelahiran. Kelahiran adalan proses fisiologik dimana uterus yang bunting
mengeluarkan anak dan plasenta dari saluran kelahiran.
Tanda-tanda menjelang
kelahiran adalah :
a.
Terjadi
relaksasi pada bagian pelvis yaitu pada ligamentum sacro spinasum dan otot-otot disekitar pelvis dan tungging.
b.
Otot
terlihat kendor khususnya
disekitar pangkal ekor.
c.
Pangkal
ekor diangkat keatas.
d.
Sisi
perut mengempis dan secara keseluruhan perut kelihatan mengecil atau perut akan
tenggelam/jatuh.
e.
Ambing
mengembang dan mengeras.
f.
Dari
puting susu kadang-kadang keluar cairan.
g.
Ternak
terlihat gelisah.
h.
Terjadi
pembengkakan (edema) pada vulva, dapat mencapai 2 sampai 4 kalinya.
i.
Lender
cervix yang berfungsi menyumbat servix pada saat kebuntingan akan mencair.
j.
Reaksi
dinding abdominal.
k.
Ternak
berusaha mengasingkan diri.
Proses diatas menjadi tiga
tahap yaitu :
·
Tahap
pertama
Pertama-tama uterus akan
berkontraksi dan secara bertahap akan mendorong kantong air terhadap sisi
uterin menyebabkan cervix berdilatasi. Tahap pertama ini pada sapi antara 2
sampai 6 jam. Tahap pertama dapat dilihat pada Gambar.
·
Tahap
kedua
Terjadi kelahiran yang sebenarnya
yaitu vetus keluar dari uterus melalui cervix, vagina dan vulva. Pada saat ini
kantong air akan pecah secara refleks dan mengawali kontraksi otot-otot
abdominal. Dengan adanya dua macam kontraksi yaitu kontraksi uterus dan
kontraksi abdominal maka fetus akan terdorong melalui saluran kelahiran. Tahap
kedua dapat pilihat pada Gambar.
·
Tahap
ketiga
Tahap ketiga adalah
mengeluarkan plasenta, mengikuti fetus keluar. Plasenta merupakan tempat fetus
berada di uterus dan harus dikeluarkan bersamaan dengan keluarnya fetus,
apabila plasenta tidak dikeluarkan, maka akan terjadi retensi plasenta yang
dapat mengakibatkan busuk pada uterus induk tersebut.
Setiap pedet yang dilahirkan, maka induknya akan diberi tanda ( chalk ) pada punggungnya yang berguna untuk
member informasi tentang kelahiran tersebut apakah lahir jenis kelamin jantan,
betina, besar, kecil normal atau dibantu. Untuk keterangan tanda chalk dapat dilihat
pada gambar
Keterangan gambar dapat dilihat pada tabel.
Penandaan
|
Keterangan
|
Tidak
ada tanda (no mark)
|
Pedet betina kecil
|
Tanda
hijau 1
|
Pedet betina medium
|
Tanda
hijau 2
|
Pedet betina besar
|
Tanda
hijau 3
|
Pedet jantan kecil
|
Tanda
hijau 4
|
Pedet jantan medium
|
Tanda
hijau 5
|
Pedet jantan besar
|
Tanda
merah 1
|
Ditarik(dibantu) dengan tangan
|
Tanda
merah 2
|
Ditarik(dibantu) dengan calf puller
|
Tanda
merah 3
|
Pedet mati saat di lahirkan
|
Tanda
merah 4
|
Lahir kembar
|
Tanda
merah 5
|
Lahir kembar mati
|
Tanda
merah 6
|
Abortus
|
4.11 Manajement Pemeliharaan
4.11.1 Calf Maternity
Calf Maternity adalah divisi yang mencakup
pedet baru lahir hingga sapi siap lepas sapih. Penanganan calf Maternity
terdapat tiga manajemen yaitu manajemen pemeliharaan, manajemen pemberian pakan
dan manajemen kesehatan pedet.
4.11.1.1 Pemeliharaan
Pedet
Dalam
penanganan pedet baik yang baru lahir maupun untuk perkembangan pedet
selanjutnya, perlu memperhatikan beberapa hal, yaitu :
1)
Perlakuan
terhadap pedet yang baru lahir :
Ø Pedet yang baru saja dilahirkan harus segera
mendapatkan perawatan secara cepat, tepat, dan tanggap dari operator.
Ø Tali pusar pedet yang baru
saja dilahirkan, segera dicelup menggunakan iodine povidone/alkohol.
Ø Pedet segera diberi susu dari
ibunya sebanyak 2,5 liter dan diberikan lagi sekitar 6-8 jam berikutnya.
Ø Dalam rentan waktu 4-6 jam,
pedet dipindahkan ke kandang perawatan intensive pedet (calf intensive care pans).
Ø Setelah umur pedet memasuki
6-12 jam, pedet diperkenalkan minum susu dengan menggunakan teat bar.
Ø Memasuki usia 12-56 jam, pedet
setidaknya harus diberi susu kolostrum minimal 5 liter, sebaiknya 6 liter jika
kolostrum mencukupi.
Ø Pada usia 56-72 jam, jika
pedet menghisap susu menggunakan teat bar sudah bagus, maka dia bisa
dipindahkan ke kandang samping kandang Maternity.
Ø Pada usia 72 jam-60 hari, jika
pada waktu itu pedet masih harus didorong (dibantu) menyusu ke teat bar, maka
pedet tersebut harus dipisahkan dan dicat di white board untuk diperhatikan
lebih lanjut.
2) Pemberian kolostrum dan susu
tambahan pada pedet :
Ø Umur 0-1jam pedet diberi 3
liter kolostrum dengan kualitas yang sangat baik dengan menggunakan stomach tube, kolostrum hanya diambil
dari sapi laktasi ke-2 dan ke-3. Pedet rentan terhadap infeksi saluran
pencernaan oleh karena itu diberi interflox
oral, sebagai antibiotik untuk
mencegah infeksi saluran pencernaan.
Ø Umur 5-7 jam pedet diberi 3 liter
kolostrum.
Ø Umur 18 jam-2 hari diberikan lagi
tambahan kolostrum sebanyak 3 liter menggunakan teatbar setiap harinya.
Ø Umur 2-42 hari diberi campuran
50% susu bubuk 50% susu induk, susu bubuk sebanyak 0,75 kg dalam 6 liter air
menggunakan calfeeder.
Pedet yang baru lahir segera diberi tanda RV - ID sebagai
nomor catatan recording data pedet tersebut. Pengambilan sampel untuk test penyakit (BVD) yaitu dengan memotong sedikit
bagian pada telinga pedet. Nomor eartag diberikan 10-15 hari
pasca melahirkan. Pada ear tag,
dicantumkan nama dan nomor sapi bagi betina.
Bagi pejantan hanya dicantumkan nomor sapi, hal tersebut dikarenakan
pejantan tidak dibesarkan melainkan akan dijual. Pejantan yang dinilai unggul akan diberi
nomor ear tag serta nama dan sebagai bibit pejantan. RV-ID, eartage dan tang eartage dapat dilihat
pada Gambar
Pada
umur 48 jam sampai kurang dari 20 hari, pedet diberi 375 gr susu pengganti (milk replacer)
yang dicampur dengan antibiotik (demoxan) dan ditambah dengan air panas
3 liter dengan suhu pemberian 36°C-38°C selama dua kali sehari. Suhu tersebut disesuaikan dengan aliran
darah, pemberian susu yang terlalu dingin menyebabkan diarre pada pedet. Umur <20-42 750="" diberi="" gr="" hari="" i="" pedet="">milk
replacer 20-42>
yang dicampur dengan tiga liter air panas dengan suhu pemberian
susu kurang lebih 38C selama satu hari
sekali. Namun pemberian susu secara manual kurang efektif,
jadi dibuatkan pemberian milk replacer yang menggunakan system mekanik /
pemberian milk replacer pada pedet
secara individu. Dan data sudah sama sesuai dengan kebutuhan pedet tersebut dan
padet tidak akan bisa minum melebihi kapas
4.11.1.2
Manajemen Pemberian Pakan Pedet
Pada umur tiga hari, pedet dikenalkan dengan konsentrat
dengan pemberian yang sedikit pada minggu pertama. Konsentrat yang tersedia selalu diganti tiap
harinya. Sisa pakan konsentrat selalu ditimbang
untuk mengetahui konsumsi pakan pedet.
Pedet diberi konsentrat secara terus-menerus selama tiga bulan. Saat umur tiga minggu, pedet dikenalkan
dengan pakan TMR (Total Mixed Ration) tujuanya untuk adaptasi
pakan.
Pedet yang telah berumur
kurang lebih 42 hari akan disapih dengan syarat mengkonsumsi pakan 1,5
kg konsentrat/ hari dengan tinjauan konsumsi pakan dua hari sebelumnya (minimal
tiga hari berturut-turut konsumsi pakan 1,5 kg/ hari). Pakan yang terkonsumsi sebanyak
1,5 kg/ hari merupakan 1,8 kg dry matter intake (bahan kering yang
termakan). Apabila pedet dirasa masih
kecil, penyapihan dapat diundur sehingga pedet mendapatkan susu untuk beberapa
minggu guna pertumbuhannya. Penimbangan pedet
dilakukan sebulan sekali setelah dilahirkan.
4.11.1.3
Dehorning
Sebelum dilakukan penyapihan, pedet diwajibkan telah
melakukan dehorning atau potong tanduk, hal ini dilakukan untuk keamanan
peternak dan keselamatan sapi saat dewasa atau kawin alam. Pedet yang telah disapih dapat
digembalakan dengan tujuan membantu
pertumbuhan pedet. Selain itu, pedet
lepas sapih terkadang mendapatkan susu tambahan yang didapat darisisa hasil pemerahan susu kolostrum dan susu
mastitis. Alat dehorning yang
digunakan di PT UPBS adalah alat dehorner dengan di pananskan di kompor, alat
dehorner dengan listrisk, dan gunting besi.
Setiap
pedet yang ditemukan sakit harus segera ditangani dan ditempatkan pada kandang
hospital atau diisolasi. Ciri-ciri pedet yang harus mendapat perawatan atau
pengobatan yaitu lemas, nafsu makan menurun, kulit kering, tidak mengkilat,
mulut kering, kaki dan telinga saat dipegang terasa dingin dan mata sayu.
Penyakit
yang sering terjadi pada pedet yaitu :
Ø
Diare
Diare adalah jenis penyakit akut dan
menular pada pedet. Umumnya pedet yang mengalami diare disebabkan oleh
pengelolaan manajemen. Diare umumnya terjadi pada 6 minggu pertama dengan
gejala kelemahan dan dehidrasi yang akhirnya diikuti oleh kematian. Pedet yang menunjukkan
gejala diare dilakukan pengobatan dengan pemberian vetoxy yaitu berfungsi sebagai antibiotik.
Ø
Bloat
Bloat adalah akumulasi gas yang berlebihan
didalam rumen. Gas tersebut bisa berbentuk gas bebas atau gas berbuih yang
bercampur dengan bahan pakan. Tingkat mortalitas
bloat pada pedet sangat tinggi. Pedet yang menderita bloat menunjukkan distensi
abdomen, rumen menunjukkan hipermortilitas,
hipersalivasi dan tampak bernafas
melalui mulut, ambruk kemudian mati. Bloat akibat gas bebas dapat diterapi
menggunakan stomach tube, untuk membuang gas, bila tidak berhasil dilakukan trokarisasi.
Ø
Pnemonia
Pnemonia adalah suatu peradangan pada
paru-paru, kondisi ini mengakibatkan adanya gangguan fungsi sistem pernafasan.
Menurut welsh etal, hampir semua kejadian pnemonia
berawal dari mekanisme pertahanan paru-paru yang pada pedet baru lahir sangat
rentan. Gejala klinis pnemonia yaitu respirasi cepat dan dangkal, sesak
napas, batuk dan keluar discharge
pada hidung.
Terapi
pada pedet yang mengalami pnemonia adalah pedet ditempatkan di kandang yang
bersih, hangat dan berventilasi baik, terapi sangat efektif dilakukan jika
telah mengetahui agen penyebab pnemonia. Pengobatan dengan antibiotik bersprektrum luas.
4.11.2 sapi dara (Heifer)
Sapi dara merupakan sapi betina hasil seleksi sejak lepas
sapih sampai dengan siap dikawinkan pada umur 15-18 bulan (Deptan, 2012). Sapi dara FH (Fries Holand) apabila
memiliki bobot badan 350 kg atau 320 kg untuk Jersey Cross saat berumur
13,5 bulan. Selain bobot badannya,
perkembangan tubuh dan kesehatannya juga harus baik. Apabila sudah mencapai
bobot badan tersebut sapi tersebut dapat diberi kalung transponder
tujuannya untuk mengetahui tingkat aktifitas sapi sehingga dapat dilakukan
inseminasi atau natur service oleh bull. Apabila telah dilakukan inseminasi atau natur
service serta dalam keadaan bunting, maka kalung transponderakan
dilepas dan dipasang kembali setelah beranak.
Sapi heifer yang
diinseminasi hanya menggunakan sexed semen dan hanya satu kali inseminasi. Pada hari ke-40 setelah inseminasi, sapi
heifer dilakukan PKB yaitu pemeriksaan kebuntingan dengan metode palpasi rektal. Apabila sapi tersebut tidak bunting, maka
diberikan kesempatan kawin dengan cara natural service oleh bull pada saat
birahi selanjutnya. Sapi heifer yang
positif bunting selanjutnya akan dipindahkan ke kandang kering khusus sapi
heifer
4.11.3 Sapi dry
Masa kering sapi perah mulai
dilaksanakan kira-kira delapan minggu sebelum ternak tersebut melahirkan. Pada
kondisi ini ternak perlu mendapatkan perhatian yang ekstra agar ternak tetap
sehat sehingga untuk produksi yang akan
datang menjadi lebih baik. Tujuan di laksanakannya masa kering pada sapi ternak
yang bunting ini adalah untuk mengembalikan kondisi tubuh atau memberi
istirahat sapi dan mengisi kembali kebutuhan vitamin serta mineral dan menjamin
pertumbuhan foetus di dalam kandang. Menurut Siregar dalam Adika Putra (2009),
masa kering sapi perah yang terlalu pendek menyebabkan produksi susu turun.
Masa kering sapi perah secara normal adalah 80 hari dan pakan terus dijaga
mutunya, terutama 2-3 bulan terakhir sebelum masa kering kandang.
Di
PT UPBS pengeringan sapi bunting dilakukan dengan pemberian antibiotic
(bovaclox dan orbeseal) yang disuntikkan pada intramammary dengan dosis 5,4 ml/1 syr per puting. Pemberian antibiotik
dilakukan setelah pemerahan terlebih dahulu agar puting dapat terbuka dan tidak
luka saat penyuntikan.
Sapi
yang akan dikeringkan (dry) di
puasakan selama 2-3 hari kemudian dimasukan ke dalam kandang sapi dry. Kemudian 3 minggu menjelang
melahirkan, sapi di pindahkan ke kandang transisi satu untuk persiapan
melahirkan (partus).
Masa kering yang terlalu lama menunjukkan gangguan
reproduksi sehingga sulit untuk dijadikan bunting kembali, sedangkan masa
kering yang terlampau pendek dapat menyebabkan terjadinya longevity (lama hidup
berproduksi) yang pendek. Menurut Lush
dalam Sudono. et al (2003) bahwa sapi yang mempunyai longevity yang
panjang akan menghasilkan susu yang lebih banyak per unit pakan yang dimakan,
dengan demikian akan lebih efisien dalam biaya produksi susu.
Sapi yang termasuk kedalam laktasi tinggi pada saat akan
dikeringkan akan dilakukan pemuasaan selama tiga hingga empat hari, jika tidak
akan langsung dimasukan kedalam kandang kering bunting. Pada umur tiga minggu menjelang kelahiran,
sapi akan dipindahkan kekandang transisi dua dengan melihat umur kebuntingan dan pembebasan ambing dan
diberi pakan TMR 30 kg. Satu minggu
menjelang kelahiran, sapi akan dipindahkan kedalam kandang transisi satu. Untuk sapi laktasi pertama ketika baru
melahirkan maka transpondernya di pasang. Pada saat memasuki 1-2 hari menjelang
kelahiran, sapi dipindahkan ke sawdust pans (kandang melahirkan),
kandang tersebut harus selalu dibersihkan setiap hari dengan alur penggantian
Oxonia Activ (PA)-Limestone-sawdust baru, yang bertujuan untuk meminimalisir
timbulnya bakteri dan kuman.
Segera setelah melahirkan
pedet , sapi diberi infuse 1
botol (500 ml) calciject bawah kulit
(subkutan), menggunakan jarum bersih dan steril. Sapi diberi 20 liter air hangat ditambahkan dengan MPG mix dan 35 kg TMR. Hal
ini bertujuan agar pada saat naluri keibuan sapi uncul untuk menjilati anaknya
maka sekalian juga sapi memakan pakan TMR.
Jika pada saat melahirkan sapi tersebut dan perlu ditolong kemudian
tangan operator masuk kedalam vagina sapi atau menggunakan Calf puller
(alat penarik pedet,pembantu melahirkan menggunakan tambang), maka secara
otomatis sapi harus di inject pen strep 20 ml.
Satu jam setelah sapi melahirkan sapi diperah susu kolostrumnya terlebih
dahulu kemudian diberikan ke pedet.
4.11.4 Fresh cow
Sapi yang baru melahirkan atau fresh cow merupakan
pemeliharaan sapi yang intensif sebelum dipindahkan ke kandang laktasi. Selama dikandanng ini, sapi akan diperiksa cudding
(pengunyahan), rumen turn over (gerakan rumen) dan suhu rektal. Standar
nilai cudding ialah 68-72 kali/menit, rumen turn over minimal 2,5/menit
dan suhu rektal yang normal (38°-39°C).
Sapi kandang yang baru pertama kali melahirkan ditempatkan
di kandang freshcow selama satu kalli pemerahan colostrum. Apabila sapi tersebut sakit, maka lama tinggal
sapi tersebut maksimal tujuh hari atau hingga sapi tersebut sembuh di kandang fresh
cow. Di kandanng fresh cow,
sapi perah yang baru pertama kali melahirkan tersebut akan langsung dipindahkan
ke kandang laktasi untuk adaptasi dengan pemerahan. Sapi perah yang sudah lebih dari satu kali
melahirkan akan ditempatkan minimal 21 hari tentunya saat kondisinya sudah
pulih dan memenuhi syarat baik cudding, rumen turn over maupun suhu
rektal selama tiga hari berturut-turut.
Tujuannya untuk mengembalikan kesehatan sapi, pengobatan sapi terutama
akibat metritis dan meminimalkan kemungkinan ternak tersebut sakit di kandang
laktasi terutama akibat left Displaced Abomasum (LDA), apabila sapi
terkena LDA maka sapi tersebut di pindah ke kandang hospital.
4.11.5 Sapi laktasi
Sapi laktasi merupakan sapi yang telah beranak dan
menghasilkan susu. Susu yang dihasilkan
akan diproduksi sebagai susu konsumsi untuk manusia. Untuk menghasilkan susu yang layak konsumsi, PT UPBS melakukan tahap pemerahan diantaranya
pemerahan dan pencatatan produksi susu, penanganan pra perah, penanganan pasca
perah, penyimpanan susu, pemerahan pada sapi mastitis serta pencatatan
pemerahan
Perkawinan dan pencatatan reproduksi
dimulai pada sapi yang menunjukan tanda-tanda birahi, yang kemudian langsung di
IB di bagian breeding reel dengan beberapa periode yaitu periode kebuntingan,
periode laktasi, kering kandang, dan periode melahirkan. Periode kebuntingan
dimulai dari status sapi fresh yaitu
dimana kondisi sapi yang belum pernah di IB setelah melahirkan, kemudian
dilanjutkan pada status sapi breed
yaitu sapi yang telah di IB selama 40 hari, setelah 40 hari di IB terjadi
kebuntingan maka statusnya berubah menjadi
Preegnant (bunting), sebaliknya 40 hari setelah IB tidak terjadi
kebuntingan statusnya open (kosong).
Soetarno (2000), menyatakan apabila sapi beranak
pertama umur dua sampai tiga tahun dengan jarak beranak 12 bulan, lama laktasi
10 bulan, dewasa produksi atau produksi tertinggi dicapai pada laktasi keempat
atau berumur empat sampai lima tahun setelah produksi tinggi dicapai, biasanya
produksinya menurun secara berangsur setelah 12 tahun keatas sapi dikeluarkan
karena gangguan kesehatan dan reproduksi, kadang sapi dapat menghasilkan susu
sampai umur 15 tahun atau lebih.
Sapi perah dewasa dilakukan
exercise (gerak jalan) di
sekeliling kandang, pemotongan kuku, kebersihan badan, dan perlu
diperhatikan perkembangan reproduksi seperti masa birahi, masa perkawinan, dan
beranak.
4.11.6 Pemeliharaan Pejantan
Pemeliharaan pejantan sama
dengan pemeliharaan sapi laktasi hanya saja pejantan tidak memproduksi
susu. Sapi jantan yang berada di P.T.
UPBS berjumlah 15 ekor
dengan 3 ekor
sapi pejantan muda yang dibesarkan di P.T. UPBS. Pakan untuk pejantan disamakan
dengan sapi laktasi.
Sapi pejantan yang dilahirkan
di P.T. UPBS dan dibesarkan untuk menjadi bibit pejantan dilihat dari bentuk struktur kaki yang lurus dan catatan
recording induknya. Sapi pejantan
yang tidak dijadikan pembibitan akan
dijual.
4.11.7 Manajemen kesehatan sapi
Penyakit yang biasa menyerang di P.T. Ultra Peternakan
Bandung Selatan (P.T. UPBS) adalah pincang, mastitis dan metritis. Pada saat tertentu, terjadi pula LDA,
pnemonia serta prolapsus. Pada pedet
lebih rentan terhadap diare.
Manajemen yang dilakukan di P.T. UPBS ialah vaksinasi
cacing selama enam bulan sekali. Setiap
setahun sekali dilakukan test burcellosis oleh pihak karantina untuk
menghindari penyebab penyakit abortus dengan sampel darah (serum) dan FASES
(antigen).
Sapi yang mengalami produksi susu menurun akan dipisahkan
setelah pemerahan di sortgate untuk dicek kesehatannya. Cek kesehatan di shortgate meliputi pemeriksaan suhu
rektal, rumen turn over, tes mastitis terkadang dilakukan palpasi organ
reproduksi.
Fungsi dari hospital adalah untuk menangani sapi yang
sakit atau memerlukan perlakuan yang khusus. Pada bagian hospital selain menangani sapi yang terdapat di kandang hospital
juga menanngani sapi yang terdapat di kandang Dump, pincang juga menangani sapi
yang mastitis dan kolostrum.
4.11.7.1
Mastitis
Mastitis merupakan penyakit peradangan kelenjar susu yang
disebabkan adana kandungan bakteri yang merugikan pada susu. Bakteri ini didapatkan dari masuknya kotoran
dari luar kedalam puting saat sapi melakukan rebahan, masuknya bakteri melalui
luka di daerah ambing dan puting serta tidak tuntasnya pemerahan susu sehingga
susu yang tertinggal dapat menjadi sarana berkembang biaknya bakteri.
Sapi terserang mastitis
memiliki ciri-ciri pembengkakan ambing, ambing terasa panas, air susunya
menggumpal dan nafsu makan kurang. Pada
kasus yang ada di P.T. UPBS, sapi terkena mastitis hanya diketahui saat tes mastitis
artinya pada saat mastitis telah mencapai keadaan klinis. Keadaan klinis dikarenakan saat tes mastitis
terdapat gumpalan susu. Sapi yang infeksi E. Coli, bagian putingnya akan
mengeluarkan cairan bening dan terkadang tanpa gumpalan. Kemudian karena mastitis makin banyak dan menyerang sapi laktasi
yang mempunyai produksi tinggi maka
dilakukan tes mastitis sebelum melakukan pemerahan yaitu dengan
menggunakan metode CMT ( California
Mastitis Test ).
CMT ( California Mastitis Test ) adalah suatu uji mastitis dengan menggunakn
sampel air susu ( stripping ) yang
dimasukan dalam cawan denan penambahan bahan kimia ( cairan CMT ) sebanyak 2 ml
. Untuk mengetahui kualitas susu tersebut, Dapat diketahui dengan mengamati
reaksi air susu tersebut apakah
menggumpal ataukah tidak. Apabila menggumpal dan berubah warna maka dapat dipastikan
bahwa sapi tersebut terkena mastitis. Apabila sudah kental sekali maka putting
pada sapi tersebut terkena mastitis yang klinis ( parah ) , apabila tidak
terlalu kental itu tandanya masih subklinis ( ringan )
Penanganan sapi yang terkena mastitis ialah dengan
memisahkannya ke kandang mastitis. Pada
setiap pagi dan sore hari dilakukan pemerahan susu tujuannya untuk
mempertahankan produksi susu. Pemerahan
sore hari dilakukan pula pengobatan intramamary menggunakan lactaclox
atau terrexine dan beberapa antibiotik dan anti nyeri seperti yang
diberikan setiap 24 jam sekali dan disuntikkan secara intra muscular .Jika
sapi sudah diberikan 4 kali antibiotik melalui puting dan tidak ada
perkembangan maka memintapetujuk selanjutnya kepada manajemen untuk melanjutkan
penanganan (treatment)sapi tersebut, apakah akan di jual, potong, finish
treatment, culture treatment, dan rantai. Apabila sapi tersebut di rantai,
maksud dari rantai tersebut adalah diberikannya rantai pada kaki sapi yang bertujuan untuk memberi tanda jika
sapi tersebut terkena mastitis, apabila terdapat rantai yang berwarna kuning
maka puting yang terkena mastitis adalah puting bagian depan, jika rantai
berwarna kuning merah maka puting yang terkena mstitis adalah bagian belakan
dan jika terdapat rantai yang berwarna biru maka puting yang terkena mastitis
dapat di perah dan susuna dapat di konsumsi.
Apabila terserang E. Coli maka ditangani dengan marbocyl 10 % dan penstrep yang
disuntikan secara intra muscular.
Apabila sapi tersebut terkena mastitis sebanyak empat kali dalam satu
laktasi dan memiliki SCC yang tinggi, sapi tersebut dapat di culling.
4.11.7.2
Metritis
Metritis merupakan penyakit peradangan metrium atau uterus
yanng umumnya terjadi akibat terlambatnya pengeluaran plasenta( Retensi Plasenta ), sehingga terjadi
pembusukan plasenta didalam organ reproduksi betina. Selain itu, masuknya tangan saat proses kelahiran
juga dapat menyebabkan metritis. Ciri-ciri sapi yang mengalami metritis ialah
mengeluarkan cairan dari vulva dengan
warna merah keruh bahkan berwarna putih, jika parah akan mennyebabkan bau busuk
terutama daerah sekitar vulva.
Penanganan metitis adalah dengan cara memersihkan organ
dalam dari sapi tersebut dengan cara di spull dengan antibiotic.
4.11.7.3
Prolapsus
Prolapsus merupakan kejadian dimana organ reproduksi dalam betina keluar. Hal ini
disebabkan oleh kekuatan sapi yang merejang kuat saat melahirkan, ukuran uterus
yang besar dan rahim yang tidak kuat.
Penanganannya ialah melakukan operasi dengan memasukan organ reproduksi
tersebut dan menjahitnya agar tetap pada posisinya, diharapkan 4-5 hari akan
kembali seperti semula.
4.11.7.4 Left Displacement Abomasum (LDA)
Left Displacement Abomasum (LDA)
adalah penyakit gangguan pencernaan pada ruminansia yang disebabkan oleh
tergesernnya abomasum dari tempat aslinya (Subronto et al ., 2003). Pergeseran
abomasum pada sebgaian besar (lebih kurang 90%) mengarah kekiri dan terletak di
sebelah kiri rumen. LDA biasanya terjadi karena pemberian konsetrat yang berlebihan tanpa diimbangi dengan
pemberian hijauan yang cukup. Selain itu, LDA
juga dapat terjadi karena kosongnya rongga rahim secara tiba-tiba pasca
kelahiran. Sapi yang diduga mengalami LDA akan berbunyi ping di bagian sebelah
kirinya atau sering disebut “pink sound” setelah bagian fresh cow menyatakan sapi terkena LDA, sapi langsung di
pindah ke hospital setelah itu dokter hewan langsung mengoperasi sapi. Di PT
UPBS penaganan penyakit ini dilakukan operasi di bagain belakang rusuk agar gas
dapat keluar dan abomasum dikembalikan ke posisi awal pada saat operasi.
4.11.7.5 Potong
kuku (foot trimming)
Pemotongan kuku adalah
penenganan kesehatan untuk mengatasi penyakit kuku. Pemotongan kuku dilakukan
dengan rutin terutama bagi sapi-sapi yang sudah produksi atau laktasi.
Pemotongan kuku dilakukan pada saat sapi akan kering kandang dan secara rutin
setiap 6 bulan sekali. Pemotongan kuku juga wajib di lakukan saat sapi akan
dikering kandangkan.
Penyakit-penyakit yang sering
terjadi pada kuku sapi adalah
4.11.7.6 Foot root
Foot root adalah penyakit kuku yang
disebabkan oleh bakteri Fusiformis
necrophorus. Penyebarannya melalui luka serta kotoran yang tersangkut
dicelah kuku.
4.11.7.7
White
line
Whiteline adalah
penyakit kuku yang menyerang pada kuku sapi bagian pinggir, biasanya terdapat
garis putih dan terjadi infeksi pada
kuku. Penanganan utuk penyakit kuku ini
yaitu dengan cara di potong dan di bersihkan pada bagian yang terkena penyakit
whiteline.
4.11.7.8
User
User adalah
penyakit yang menyerang kuku bagian dalam, penyakit ini merupakan infeksi kuku
yang terjadi dan bisa mengakibatkan kebusukan pada kuku sapi. Penangan untuk
penyakit ini yaitu di lakukan pemotongan pada kuku sapi yang terserang sampai
bersih dan hilang sumber penyakitnya.
4.11.7.9
Bruising
Adalah
penyakit pelunakan kuku sapi. Penanggulangan penyakit ini yaitu di
lakukan pencelupan kaki sapi secara rutin dengan larutan zink sulfat.
Pencelupan kaki sapi di lakukan setelah sapi di perah pada ruang pemerahan
.larutan yang di gunakan tersebut di tampung pada kolam kecil (foot bath).
4.11.7.10 Vaksinasi
Vaksinasi merupakan tindakan efektif untuk pencegahan penyakit pada sapi
di PT.Ultra Peternakan Bandung Selatan. Vaksinasi meningkatkan daya tahan hewan
terhadap penyakit tertentu, dengan cara merangsang hewan menghasilkan anti body dan atau
meningkatkan respon imun sel-antara (cell-mediated
immune, CMI). Antibodi adalah molekul protein sirkuler yang
menolong tubuh memerangi penyakit yang masuk ke tubuh. Sebaliknya, CMI
menunjukkan mekanisme protektif yang dimulai pada level seluler.
Tujuan vaksinasi adalah memberikan kekebalan (antibody) pada ternak
sehingga dapat melawan antigen atau mikroorganisme penyebab penyakit. Vaksin di
PT.Ultra Peternakan Bandung Selatan dilakukan mulai dari pedet hingga sapi
laktasi. Vaksin yang diberikan pada pedet berupa vaksin Bravoxin untuk mencegah
bakteri Clostriridium sp pada sapi.
Ø Vaksinasi Clostridium
Program vaksinasi clostridium sangat penting karena spora clostridium tersebar pada tanah,
adanya spora dalam tubuh tidak menyebabkan resistensi
dan kematian sering terjadi sebelum gejala klinis muncul karena tidak
cukupnya respon imunitas, vaksinasi
akan melawan bakteri yang teraktifasi toksin.
Program vaksin di PT.UPBS dilakukan umur 3 dan 6 minggu,dilakukan setiap 6
bulan sekali.
Ø
Vaksinasi
Brucella
Vaksinasi brucella penting dilakukan pada usaha
peternakan sapi perah, karena dapat menimbulkan problem bagi kesehatan
masyarakat maupun persoalan ekonomi peternak, menyebabkan abortus, dan
penularan penyakit yang sangat cepat. Program vaksinasi brucella di PT.UPBS
dilakukan saat sapi dara atau saat sapi sebelum di IB dan diulang lagi setelah
3 minggu
4.12 Manajemen Pemerahan
Susu merupakan salah satu
produk yang dihasilkan dari hewan yang di konsumsi oleh manusia. Pada dekade
terakhir produksi susu di dunia mengalami sebuah revolusi, dan revolusi tersebut masih berkembang. Perubahan struktur telah menyebabkan
berkurangnya jumlah peternakan sapi
perah, sementara dalam hal ukuran peternak dan teknologi yang berkembang
terus. Teknologi yang tinggi sudah
menjadi tidak asing lagi bagi para
peternak seperti para peternak di P.T.
Ultra Peternakan Bandung Selatan.
Pemerahan menggunakan mesin perah yang
dilakukan di milking parlour dengan kapasitas 48 ekor. Pemerahan
dilakukan sebanyak 3-4 kali selama 24 jam. Tujuan pemerahan menggunakan mesin
adalah untuk mengurangi kandungan bakteri didalam susu, memudahkan pencatatan
produksi susu per ekor, dan efisiensi waktu pemerahan.
4.12.1 Persiapan Sebelum Proses Pemerahan
a. Persiapan Peralatan dan Bahan
Peralatan yang digunakan untuk melakukan
proses pemerahan yaitu
·
Teat dipeer 4
buah
·
Tissue atau towel sck
·
Cluster 48
buah
·
Tangki susu 3
buah
Bahan yang digunakan pada proses pembuatan larutan dipping dengan bahan
iodine povidone yaitu
·
Iodine povidone 10 % per
ml
·
Air
Sedangkan bahan yang digunakan pada proses pembuatan larutan dipping
dengan bahan neo antisep yaitu
·
Neo Antisep 1
% per ml
·
Air
(A)teat Dipeer dan Iodine Povidon
(B).Tissue
Desinfektan Iodine Povidone di
PT.UPBS digunakan setiap hari Senin hingga Kamis sedangkan desinfektan dengan
bahan Neo Antisep digunakan pada hari Jumat hingga Minggu. Iodine Povidone dan
Neo Antisep merupakan bahan desinfektan yang digunakan di PT.UPBS,fungsi
keduanya sama namun kedua bahan tersebut tidak dicampur dalam penggunaannya
dilihat dari segi ekonomi dan ketersediaan barangnya. Neo antisep dan Iodine
povidone digunakan dengan konsentrasi yang berbeda.
PT. Ultra Peternakan Bandung
Selatan merupakan peternakan sapi perah yang telah menggunakan peralatan dan
metode penanganan susu yang modern. Cleaning
in place adalah salah satu metode
yang digunakan oleh PT. Ultra Peternakan Bandung Selatan dalam hal penanganan
sanitasi mesin perah. Penggunaan metode cleaning in place dilakukan untuk
membersihkan pipa saluran susu dengan desinfektan (larutan alkaline dan asam).
Di PT.Ultra Peternakan Bandung Selatan karena
kegiatan pemerahan dilakukan selama 24 jam maka proses pencucian peralatan
pemerahan (Cleaning In Pleace) dilaksanakan
sebanyak 2 kali pada jam 11.00 WIB dan 23.00 WIB.
Cleaning in place merupakan suatu rangkaian
proses yang meliputi sirkulasi larutan pencuci dan desinfektsi dalam suatu
jalur yang tidak memerlukan pembongkaran. Sehingga metode sanitasi mesin perah
yang digunakan pada PT. Ultra
Peternakan Bandung Selatan cukup baik, karena pembersihan tanpa dilakukan
pembongkaran sehingga lebih efisien waktu.
Cleaning in place dilakukan setelah semua sapi selesai diperah
dan akan melakukan pemerahan selanjutnya. Setelah selesai pemerahan dan
pembersihan cluster bagian luar, dilakukan pemasangan cluster pada tempatnya.
Pastikan semua cluster tertutup rapat dan saluran lain dalam keadaan tertutup. Cleaning in place yang dilakukan di milking area PT. Ultra
Peternakan Bandung Selatan berdurasi ± 60 menit. Terdapat lima tahapan dalam
pembersihan cluster, saluran susu, promaster dan resiper. Adapun alur dari
tahapan CIP sebagai berikut :
Pembilasan akhir dengan air
dingin
|
Pembilasan dengan air dingin
|
Pembilasan dengan air dingin
dan asam 250 ml
|
Pembilasan akhir dengan air
dingin
|
Pembilasan akhir dengan air
dingin
|
Pembilasan dengan air hangat
dengan suhu 30- 40 °C
|
Pencucian dengan air panas
±60 ˚C dan Alkaline 240 ml
|
Tahapan yang dilakukan pada proses CIP (Cleaning In Pleace) yaitu
Ø Pembilasan
(Rinse) dengan air dingin.
Persiapan sapi sebelum diperah
Ø
Periksa Pintu Kandang dan Pintu yang akan dilalui
oleh sapi.
Ø
Giring semua sapi
sesuai groupnya dengan tenang dan hati-hati menuju Milking Parlour (ruang pemerahan).
Ø
Tutup pintu bagian depan, dan press pintu untuk
mengatur posisi kepala dan pundak sapi.
Ø
Lakukan pemeriksaan dengan cepat pada ambing dan
puting untuk melihat kondisinya.
Ø
Lakukan Dipping
(pencelupan) dengan larutan Iodeine povidone pada konsentrasi 10 % per ml
air atau Neo antisep pada konsentrasi 1
% per ml air.
Ø
Stripping
(pemerahan awal) sebanyak 3-4 kali pada setiap putting. Stripping dilakukan
untuk mengetahui apakah ada gumpalan.
Ø
Lap atau bersihkan putting dengan menggunakan tisu.
Ø
Masukkan Cluster pada setiap masing-masing puting
dengan tepat dan benar.
Ø
Tujuan dilakukan Dipping
(pencelupan) yaitu untuk melaksanakan Cleaning
(pembersihan) dan sanitasi puting susu sapi (teat), agar puting bersih
sehingga mengurangi pencemaran kontaminasi
bakteri, sekaligus merupakan penyembuhan luka dan penutupan puting dari
kemungkinan bakteri masuk kedalamnya.
Ø
Sebelum melakukan proses pemerahan
yang harus dilakukan adalah melakukan pemerahan awal atau Stripping, untuk mengetahui apakah ternak mengidap penyakit
mastitis. Pemerahan awal adalah mengeluarkan 3 – 4 pancaran susu dari
masing-masing putting dengan tujuan sebagai berikut:
·
Mengeluarkan air susu yang kotor.
Mikroba berkumpul pada susu yang pertama kali diperah.
·
Mengetahui adanya perubahan pada
susu seperti adanya gumpalan atau susu encer serta suhu susu yang tinggi
Ø
Merangsang pengeluaran susu.
4.12.2 Proses
Pemerahan
Di Milking Parlour PT.UPBS terdapat 48 buah mesin cluster yang dibagi menjadi 2 pens pemerahan. Proses pemerahan
dilakukan ketika semua peralatan telah dipersiapkan dalam keadaan bersih dan
steril. Di PT.Ultra Peternakan Bandung Selatan menggunakan teknologi canggih
dengan mesin perah Vacum Pump yang
dilengkapi dengan Milk Meter
digunakan sebagai timbangan otomatis untuk mengukur hasil pemerahan susu dalam
satuan kg (kilogram). Hasil dari proses pemerahan ditampilkan pada layar MPC (Monitor Probable Count). Layar MPC(Monitor
Probable Count) juga menampilkan nomor eartag sapi yang sedang diperah dan
grup sapi yang sedang diperah.
Karyawan harus selalu menggunakan seragam kerja (Wearpag) atau pakaian
pemerahan yang bersih dan sebaiknya menggunakan topi. Perlu diperhatikan pula
kuku jari tangan agar selalu dipotong pendek untuk mencegah luka pada putting
selama proses pemerahan. Selama proses pemerahan karyawan tidak diperkenankan
merokok karena susu mempunyai sifat yang mudah menyerap bau-bau di sekitarnya.
Sebelum memasangkan mesin cluster keadaan putting sapi harus benar-benar
diperhatikan. Di PT.Ultra Peternakan Bandung Selatan digunakan beberapa tanda
peringatan pada sapi untuk putting sapi yang tidak bisa diperah karena masalah
kesehatan seperti putting terkena mastitis, putting luka atau cacat.
Pemerahan yang dilakukan
berdasarkan Group sapi laktasi yang dibentuk.
Group yang telah dibentuk sebanyak
tiga belas grup. Grup sapi yang produksi susunya tinggi ( high): grup 9. Grup sapi yang produksinya sedang
(medium): grup 15, grup 16 dan grup 9. Grup sapi produksi susunya
rendah (low): grup 10, grup 6 dan grup 4. Grup 2 merupakan sapi yang baru
melahirkan atau menghasilkan susu kolostrum. Grup 3 merupakan sapi yang terkena
penyakit mastitis. Grup 21 adalah sapi-sapi pincang. Namun, susunan grup dapat
berganti - ganti
sesuai dengan kebutuhannya
Cara penanganan air susu di PT.Ultra
Peternakan Bandung Selatan setelah pemerahan adalah sebagai berikut :
Ø Air susu hasil pemerahan yang telah diproses
melalui pipa-pipa melewati Mesin Milk Resifer sebagai penampungan sementara. Kemudian susu dipompa menuju tangki penyimpanan susu yang ada di
PT.Ultra Peternakan Bandung Selatan yang berjumlah sebanyak 4 buah(3 kapasitas 5 ton dan 1 kapasitas 19 ton).
Ø Sebelum menuju Mesin Milk Resifer
susu disaring (Filter) agar susu bebas dari pencemaran yang bersifat
fisik.
Ø Kemudian susu menuju mesin PHE(Plat Heat Exchenger) atau
mesin yang digunakan untuk mengubah suhu susu menjadi suhu 40 C. Air susu perlu didinginkan secepat mungkin
sesudah pemerahan dan penyaringan sekurang-kurangnya pada suhu 40C
selama 2 atau 3 jam/segera. Hal ini disebabkan karena susu merupakan bahan yang
mudah terkontaminasi oleh mikroba dari lingkungan, dan juga susu mudah menyerap
bau-bauan yang berasal dari lingkungan sekitar. Oleh karena itu segera di bawa
ke pendingin atau cooling unit. Pendinginan susu bertujuan untuk menahan
mikroba perusak susu agar tidak berkembang, sehingga susu tidak mengalami
kerusakan dalam waktu yang relative singkat.
Gambar 37. Reciver dan Plate Heat Exchange (PHE)
4.12.3
Penanganan Pasca Proses
Pemerahan
4.12.3.1 Pengangkutan
Susu
Truk tangki pengangkut susu
mempunyai kapasitas 11,9 ton dan 9,6 ton. Didalam tangki, suhu susu dapat
mencapai 4o C – 6o C. Susu biasanya dikirim ke
pabrik pengolahan PT. Ultra
Jaya sebanyak tiga kali sehari yaitu pagi hari, siang hari dan sore hari.
Pembersihan dengan liquid alkaline dan acid dilakukan pada saat truk tangki
susu tiba di PT. Ultra Peternakan Bandung Selatan. Setelah dilakukan
pembilasan, truk tangki susu dilakukan pengisian susu. Sebelum dikirim PT.
Ultra Peternakan Bandung Selatan selalu melakukan penyegelan pada saluran keluar
susu pada truk tangki, hal ini dilakukan untuk menghindari kecurangan saat
berada diperjalanan. Apabila terjadi masalah yang dapat menghambat pengiriman
susu atau produksi susu dalam sehari yang berlebih maka susu akan disimpan
terlebih dahulu di cooling unit.
Gambar 38. Truck pengangkut susu
4.13 Manajemen Pakan
4.13.1
Mixer Wagon
Mixer wagon adalah
alat transportasi pakan yang diguanakan untuk proses feeding. Mixer yang
digunakan adalah merk Triolet dengan traktor Jhon Deere untuk penggeraknya
berjumlah 2 unit. Selain itu juga menggunakan mixer dengan ukuran yang lebih
kecil merk Delaval digunakan untuk
pembuatan susu pedet. Mixer dihubungkan dengan traktor untuk menggerakan gardang
mixer. Bagian mixer dilengkapi dengan box data yang menerima data yang
ditransfer melalui wifi atau flashdisk dari program digistar. Setelah data
diterima layar pada box akan menampilkan bahan yang akan dicampur dilengkapi
dengan urutan dan jumlah bahan. Selain itu layar juga akan memberikan keterangan
apabila bahan yang dimasukan oleh loading terlalu banyak atau kurang dari
ketentuan.
Setelah 2 atau 3 bahan masuk ke dalam mixer, gardang
mixer diputar dengan tuas penggerak yang ada di traktor dengan kecepatan 16-17
r/m. Setelah semua bahan dimasukan, pakan diangkut ke kandang. Untuk proses
pencampuran, dilakukan minimal 16 menit agar bahan pakan homogen. Setelah itu
pintu keluar pakan dibuka dengan mengarahkan tuas kendali yang ada di traktor.
Maka pakan akan keluar dari pintu dan pakan siap dikonsumsi oleh ternak.
Pada bagian ini bertugas untuk
mencampur bahan-bahan pakan yang sudah masuk ke dalam bak mixer dan
komposisinya sudah terprogram dan sudah dikirim, disini juga bertugas untuk
mengangkut dan memberi pakan ke kandang-kandang sapi. Pencampuran dan pemberian
pakan sudah ditentukan urutan – urutannya :
1.
Medium
01 (untuk sapi fresh (DIM 1-20), sapi
grup mastitis, sapi grup pincang, hospital).
2.
High cow
(sapi yang produksi susunya tinggi, produksi >29 liter).
3.
Medium cow
(sapi yang hasil susunya standar, produksi 25-29 liter).
4.
Transisi
(sapi bunting tua, 2 minggu sebelum melahirkan).
5.
Low cow
(sapi yang produksinya rendah, produksi <25 liter="" span="">25>.
6.
Dara
A (untuk pedet bobot 100 kg, ADG 0,5 kg).
7.
Dara
B (untuk pedet bobot 270 kg, ADG 0,9 kg).
8.
Dry (
sapi bunting di kandang transisi sebelum
melahirkan).
9.
Heifer
(untuk dara bobot 450 kg ADG 1,3 kg).
Pada bagian mixer ini juga
bertugas dalam pembuatan :
1.
High konsentrat.
2.
Low konsentrat.
3.
Membuat
konsentrat pedet.
4.
Mencampur
susu untuk pedet.
5.
Membuat
coustic wheat
(biji gandum yang dicampur soda api).
Untuk pengangkutan pakan pada
mixer berkapasitas maximal 8-9 ton sekali pencampuran.
4.13.2
Vitamin dan Mineral
Merupakan bagian yang
menangani kandungan vitamin dan mineral yang harus diberikan dalam komposisi
pakan. Bagian ini bertugas untuk menyiapkan vitamin dan mineral yang akan
digunakan untuk pembuatan pakan. Jumlah dan jenis vitamin sudah ditentukan
sesuai dengan formulasi yang ada di program digi star. Mineral dan vitamin
ditentukan berdasarkan populasi dan jenis sapi (dara, pedet, laktasi dll). Jadi
vitamin dan mineral yang digunakan berbeda-beda setiap kali proses pencampuran.
Selain menyiapkan vitamin dan mineral untuk proses feeding bagian ini juga
menyiapkan mineral dan vitamin yang digunakan dalam proses pembuatan low dan
high konsentrat. Berikut
beberapa bahan mineral di UPBS:
Gambar 42. M-Tox |
Gambar 46. Alltech
|
Gambar 47.Rumensin
|
Gambar 49. Kapur Mill
|
Gambar 50.Magnesium
|
4.13.3
Bahan
pakan
4.13.3.1 Hijauan
Hijauan dalah semua baha pakan yang berasal
dari tanama ataupun tumbuhan berupa daun-daun, terkadang berupa batang, ranting dan bunga.
Hijauan yang digunakan di PT.Ultra Petrnakan Bandung Selatan berupa hijaun
segar menggunakan rumput gajah dan
hijaun yang telah dikeringkan (Hay) berupa Wheat
Straw (jerami gandum), lampung hay (rumput gajah kering).
Hijaun segar Di PT.Ultra Peternakan Bandung
Selatan berasal dari kebun sendiri yang dipanen setiap hari untuk mencukupi
kebutuhan pakan ternak nya, dan sebelum diberikan atau decampur dengan bahan
pakan lannya hijauan terlebih dahulu di chopper untuk memperkecil ukuran
hijauan sehingga memudahkan untuk pencampuran hngga tercapai homogenitas dan
untuk mempermudah ternak untuk memakan pakan (TMR).
4.13.3.2 Konsentrat
Konsentrat adalah campuran bahan pakan yang
konsentrasinya gizinya tinggi tetapi kandungan serat kasar relative rendah dan
mudah dicerna (Siregar,2003). Fungsi pakan konsentrat atau pakan penguat adalah
meningkatkan dan memperkaya nilai gizi pada bahan pakan lain yang nilai gizinya
rendah,sehingga sapi yang sedang tumbuh atau dalam periode penggemukan harus
diberikan pakan penguat yang cukup (Sugeng,2002). Mutu serta jumlah pakan dan
pemberiannya sangat mempengaruhi kemampuan produksi sapi perah.
Konsentrat yang digunakan untuk memenuhi
kebutuhan pakan ternak di PT.Ultra Peternakan Bandung Selatan terdiri dari
beberapa campuran bahan pakan dan konsentrat di PT.Ultra Peternakan Bandung
Selatan ini terbagi menjadi dua macam konsentrat yakni konsentrat
high,konsentrat low dan konsentrat pedet. Konsentrat pedet dibuat untuk
diberikan kepada pedet secara langsung dengan bahan yang berbeda dengan
konsentrat high dan low, sedangkan konsentrat high dan low diberikan kepada
sapi dara hingga sapi dewasa.
Konsentrat pedet
|
|
Pipil
|
450
kg
|
Rumput
laut
|
15
kg
|
SBM(Soya
Bean Meal)
|
155
kg
|
Roll
wheat
|
70
kg
|
Alfafa
|
30
kg
|
Kapur
mill
|
11
kg
|
m.tox
|
19
kg
|
Rumensin
|
0,8
kg
|
Dimoxan
|
3
kg
|
DDGS
|
145
kg
|
Levucel
|
0,1
kg
|
High Konsentrat
|
|
Rumput
laut
|
65
kg
|
Ground
wheat
|
1305
kg
|
DDGS
|
7325
kg
|
Mix
wheat
|
3950
kg
|
Copra
|
1720
kg
|
SBM
|
895
kg
|
Biscuit
|
3075
kg
|
M.tox
|
36
kg
|
Levucel
|
0,6
kg
|
Highfive
|
10
kg
|
Selplex
|
2
kg
|
Cupri
|
6
kg
|
Low
konsentrat
|
|
Coklat
|
4040 kg
|
Rumput laut
|
50 kg
|
DDGS
|
6195 kg
|
Mix wheat
|
2980 kg
|
Copra
|
4490 kg
|
SBM
|
160 kg
|
M.tox
|
46 kg
|
K. mill
|
200 kg
|
Highfive
|
10 kg
|
Selplex
|
2 kg
|
Urea
|
200 kg
|
Cupri
|
6 kg
|
1.
Caustic Wheat
Caustic whet merupakan gandum yang dimatangkan menggunakan caustic soda
dan disimpan terlebih dahulu selama dua hari sebelum digunakan. Caustic wheat
ini merupakan salah satu bahan yang digunakan untuk pembuatan konsentrat.
2. Silase
Silase merupakan hijau yang telah mengalami
fermentasi. Di PT.Ultra Peternakan Bandung Selatan silase dibuat menggunakan
bahan jabon (tumbuhan jagung) dan canetop (pucuk tebu). Pembuatan silase ini
sebelumnya telah di chopper terlebih dahulu untuk memperkecil ukuran dan untuk
mempermudanh proses fermentasi, kemudian silase disimpan pada versa bag dan
bangker. Versabagger dapat menampung silase canetop
sebanyak 250 ton dan silase jabon sebanyak 350 ton serta bangker dapat
menampung 5000 ton silase jabon. Hijaun yang telah di chopper akan disimpan
hingga satu bulan untuk menjadi silase yang siap untuk digunakan.
Bungker silase dibuat dari bahan tembok beton dan lantainya
adalah semen dan berlantai ubin. Setiap bahan pakan seperti konsentrat yang
masuk dialasi terpal, pakan dalam bentuk kerdus dan karung dialasi kayu. Setiap
satu sekat berkapasitas 7500 ton, 4500 ton, 3000 ton. Bahan pakan yang disimpan
di dalam gudang juga termasuk hijauan biasanya langsung digunakan setelah dichopper atau dimasukkan kedalam bag silage dan bunker.
Di luar gudang terdapat bak khusus molases seluas 30 m3 dan bak
sisa pakan ukuran 2 m x 3 m. Target sisa dari keseluruh pakan di PT UPBS adalah
maksimal 5%.
Bag silage atau bunker
diletakkan di lapangan silase. Lapangan silase adalah lapangan terbuka
berukuran 100 m x 100 m yang dibuat berbentuk persegi dari bahan semen atau
beton. Bahan pakan yang akan masuk
kedalam gudang ditimbang dibagian depan kantor gudang dan diuji kelayakannya
oleh operator bagian laboratorium.
4.13.4
Penyimpanan Bahan Pakan
Penyimpanan bahan pakan
merupakan aspek yang sangat penting untuk diperhatikan. PT. Ultra Peternakan
Bandung Selatan melakukan proses penerimaan bahan baku dalam jumlah besar dan
waktu penyimpanan yang cukup lama. Pemakaian bahan baku dilakukan bertahap tidak
sekali pakai. Penyimpanan bahan pakan yang digunakan di PT. Ultra peternakan
Bandung Selatan adalah system curah.
4.13.5
Proses pembuatan dan Pemberian
4.13.5.1
TMR (Total Mix Ratio)
TMR terdiri dari beberapa campuran pakan. TMR dibuat sesuai dengan
kebutuhan dan kondisi ternaknya (Stastus). TMR yang terdapat di PT. Peternakan
Bandung Selatan terdiri dari 9 jenis TMR yakni, TMR sapi dara, TMR sapi heifer
(Dara bunting), TMR sapi laktasi low, TMR sapi laktasi high, TMR sapi laktasi
medium, TMR sapi dry, TMR sapi fresh cow.
Proses pembuatan TMR dibantu menggunakan alat berat yakni loader untuk memasukkan ke dalam alat pencampur
pakan (Mixer). Loader akan menyesuaikan degan data pakan yang kirim dari komputer melalui
jaringan radio frekuensi ke layar yang terdapat di loder dan mixer, sehingga
pencampuran yang dilakukan sesuai dengan kebutuhan pakan ternak dan kondisi
ternak.
Pemberian pakan TMR dilakukan sehari sekali
yakni pada pagi hari dan pemberian pakan TMR pada setiap harinya diberikan
sesuai dengan jumlah populasi sapi yang berada di kandang sehingga jumlah
pemberian pakan berubah setiap harinya.
4.13.5.2 Milk Replacer
Milk replacer terdiri dari beberapa campuran bahan susu seperti. Milk replacer tidak dibuat setiap hari melainkan di buat ketika
persediaan susu hampir habis. Pembuatan milk
replacer ini dengan mencampurkan beberapa bahan susu dan antibiotik ke
dalam mesin pencampur khusus susu(Mixer), pencampuran dilakukan hingga homogen
dan kemudian milk replacer dipacking menggunakan. Pemberian milk replacer disesuaikan dengan
kebutuhan dan jumlah pedet yang ada.
4.14 Penanganan Limbah
Penanganan
limbah di PT. UPBS terdapat 2 penampungan limbah(lagoon). Penggolahan limbah dilakukan dengan baik. Proses
pengolahan limbah dilakukan dalam beberapa tahap, pertama air bekas untuk
menyiram kandang masuk dalam lagoon mini kemudian
air bekas untuk menyiram kandang di pisahkan cairan dan kotorannya di
separator, air akan langsung masuk ke dalam lagoon
besar sedangkan kotoran akan langsung menjadi pupuk kompos. Kemudian air di
lagoon besar akan masuk ke dalam
tanki penyimpanan air lagoon yang
akan digunakan untuk menyiram kandang. Begitu proses pengolahan limbah akan
secara teratur berputar sehingga tidak mencemari lingkungan. Air lagoon juga biasa digunakan untuk
menyiram lahan rumput.
4.15 Biosecurity
Biosecurity PT UPBS Pangalengan yaitu untuk kendaraan umum sebelum
memasuki area perusahaan harus melewati genangan desinfektan yang dibuat khusus
untuk kendaraan, untuk manusia sebelum memasuki area peternakan di lakukan
pencelupan kaki pada kolam yang berisi genangan desinfektan. Desinfektan yang
digunakan adalah oxony aktif, selain
itu biosecurity yang diterapkan
adalah adanya pagar pembatas untuk mencegah hewan liar masuk, mengobati ternak
yang sakit, mengubur bangkai termak yang sakit.
Menurut
Permentan (2014), biosecurity pada
pembibitan sapi perah harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
- Lokasi usaha tidak mudah dimasuki binatang liar dan bebas dari hewan peliharaan lainnya yang dapat menularkan penyakit,
- Melakukan desinfeksi kandang dan peralatan dengan menyemprotkan desinfektan,
- Melakukan penyemprotan insektisida pembasmi serangga, lalat, dan hama lainnya di sekitar kandang ternak,
- Untuk mencegah terjadinya penularan penyakit dari satu kelompok ternak ke kelompok ternak lainnya, pelayanan dilakukan mulai dari ternak yang sehat ke ternak yang sakit,
- Menjaga agar tidak setiap orang dapat bebas keluar masuk kandang ternak yang memungkinkan terjadinya penularan penyakit,
- Membakar atau mengubur bangkai ternak yang mati karena penyakit menular,
- Menyediakan fasilitas desinfeksi untuk staf/karyawan dan kendaraan tamu di pintu masuk perusahaan,
- Segera mengeluarkan ternak yang mati dari kandang untuk dikubur atau dimusnahkan,
- Mengeluarkan ternak yang sakit dari kandang untuk segera diobati atau dipotong.
Biosecurity di PT. UPBS Pangalengan belum sesuai dengan pendapat
Permentan (2014), karena biosecurity
pada karyawan tidak terlalu di perhatikan sehingga banyak karyawan keluar masuk
area peternakan tanpa melakukan biosecurity.
Biosecurity kendaraan dan karyawan
dapat di lihat pada gambar.
4.16 Manajemen Recording Di PT.Ultra Peternakan Bandung Selatan
Recording adalah suatu rangkaian kegiatan pencatatan
kejadian-kejadian dan informasi-informasi penting tentang individu atau
sekelompok individu ternak dan keluaran dari recording ini adalah kartu recording.
Di Indonesia recording ini sudah
dilakukan oleh perusahaan peternakan dalam skala besar dengan orientasi bisnis
dan keuntungan. Namun peternak skala kecil/peternak rakyat belum melakukan recording tersebut. Ada 2 kemungkinan
peternak rakyat ini belum/tidak melakukan recording
yaitu tidak tau atau tidak mau. Jika peternak tersebut
dengan alasan tidak tau itu
berarti penyuluhan di daerah tersebut masih sangat kurang. Sebenarnya untuk
penyuluhan tentang recording tersebut
tidak hanya bisa dilakukan dengan tatap muka tetapi bisa juga lewat media cetak
ataupun media elektronik. Tapi jika dengan alasan tidak mau karena gak ada biaya/tidak ada tenaga/enggan berarti
kelompok peternak tersebut tidak beroreintasi ke arah bisnis/keuntungan.( Marno
Indriawan,2010)
Padahal manfaat dari recording tersebut sangat menguntungkan bagi peternak antara lain
sebagai berikut
- Memudahkan peternak mengingat kejadian-kejadian penting tentang ternaknya tanpa mengenal batas waktu;
- Informasi yang diperoleh dari recording dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan dalam manajemen pemeliharaan sapi perah ;
- Recording merupakan dasar evaluasi manajemen sapi perah.
Dan
manfaat Recording dalam manajemen
kesehatan, kita bisa mengetahui dengan tepat riwayat kesehatan dan
penanganannya. Yang dimaksud recording
di PT.Ultra Peternakan Bandung Selatan yaitu kegiatan pencatatan dari semua
data dan informasi yang ada di peternakan PT.Ultra Peternakan Bandung Selatan. Recording sangat diperlukan karena dalam
sebuah perusahaan peternakan dengan skala besar seperti PT.Ultra Peternakan
Bandung Selatan recording data memiliki beberapa fungsi diantaranya :
1. Untuk mencatat segala informasi yang ada.
2. Untuk mempermudah dalam menganalisa masalah.
3. Untuk memudahkan dalam membuat keputusan dan
program-program selanjutnya.
Managemen
recording data yang dilakukan di
PT.Ultra Peternakan Bandung Selatan dilakukan oleh divisi MIS Data (Management Information System). System
recording yang ada di PT.Ultra
Peternakan Bandung Selatan yaitu
1.
System manual recording
Yaitu pencatatan kejadian di lapangan dengan berbasis
manual. Di PT.Ultra Peternakan Bandung Selatan ketika berada di lapangan semua
data (treatment,inseminasi
buatan,penimbangan,vaksin,dll) dicatat manual pada form yang telah disediakan
untuk kemudian diinput pada ALPRO(Algoritma
Pemograman).
2.
Herd managemen system
Ada 4 sistem yang pernah digunakan di PT.Ultra Peternakan
Bandung Selatan diantarnya :
·
Alpro Herd Management dari Swedia.
·
Dairy Com Herd Management dari Amerika.
·
Heard Pro
·
Easy Dairy.
Hingga saat ini di PT.Ultra Peternakan
Bandung Selatan menggunakan system
recording data yang berbasis Alpro
Herd Management. Alpro sendiri yaitu software yang digunakan dalam
mengumpulkan dan menginput data-data di peternakan PT.Ultra Peternakan Bandung
Selatan. Alpro terhubung pula dengan hardware
seperti Black Box(operation system). Melalui
jaringan radio frekuensi Alpro terhubung dengan MPC (Monitor probable count) yang berada di Milking Parlour, Breeding Rail,pintu
Sortgate,serta Layar monitor yang berada di mesin Mixer pakan
Isi
dari Alpro diantaranya :
1. Milking Record
Terdiri
dari nomor eartag pedet ataupun sapi,nama sapi,rincian urutan laktasi
sapi,waktu pemerahan,lama pemerahan,posisi sapi,produksi susu sapi baik per
hari maupun selama satu minggu, dan lama
nya masa laktasi sapi.
2. Breeding data
Terdiri
dari breeding status per individu sapi,data kelahiran per masa laktasi,data
Inseminasi Buatan dan Breeding Parameter.
3.
Data Treatment
Yang Diberikan atau Health
Terdiri
dari data treatment yang pernah
diberikan pada pedet maupun sapi,history
kesehatan, informasi masa dump milk
hal ini berhubungan dengan susu yang dapat dikonsumsi oleh manusia ataupun
tidak dapat dikonsumsi karena susu mengandung antibiotic.
4. Shortgate
Merupakan
pintu yang digunakan untuk memisahkan sapi karena sapi akan mendaptkan treatment seperti sinkronisasi,cek
kesehatan,potong kuku ataupun periksa kebuntingan. Setiap hari data dari
lapangan diinput pada Alpro seperti data dari sapi fresh cow,data dari pengiriman susu,data dari foot trimming,data dari breeding
rail,data dari calves,data dari
vaskin ,data dari penimbangan, data dari PKB dll.
4.17 Administrasi
Administrasi
pada P.T..UPBS merupakan bagian yang penting yaitu
bertugas untuk mengontrol pembelian barang atau penjualan hasil produksi. Pada
bagian ini terbagi menjadi tiga kantor terpisah.
4.17.1 Kantor pusat (kantor utama)
Pada
kantor ini bertugas untuk pengontrolan uang yang masuk atau keluar dan tempat
yang mengurusi perekrutan tenaga kerja atau mitra (HRD) yang ingin bergabung di
dalam usaha peternakan sapi perah. Pada bagian ini juga bertugas sebagi
pengontgrol kinerja pegawai yang menjadi karyawan di P.T..UPBS.
4.17.2 Kantor gudang
Pada
kantor ini bertugas untuk mengontrol barang yang di butuhkan, pembelian
peralatan, pembelian bahan pakan,penjualan pakan sisa, pembelian material
banggunan dll. Dalam kantor ini tidak hanya bagian penjualan atau pembelian
melainkan juga mengatur dalam pembuatan pakan ( TMR), pengontrolan ketersediaan
bahan pakan dan penimbangan susu segar hasil produksi P.T.UPBS.
Dalam
kantor ini juga terdapat laboraturium yang berfungsi sebagai tempat penecekan
penyakit sapi, pengecekan kadar air bahan pakan, pembuatan elektrolit,dan penegecekan
partikel pakan sapi.
4.17.3 Kantor kandang
Kantor
kandang yaitu kantor yang terletak di dalam lokasi kandang yang di dalamnya
mengatur berbagi masalah yang ada di dalam kandang. Tugas di kantor ini yaitu:
pencatatan hasil pemerahan, penyedia obat-obatan dan vaksin, pencatatan riwayat
sapi, dan mengotrol penjualan pedet atau sapi afkhir. Selain itu bagian kantor
ini juga bertugas dalam pengontrolan dan pengecekan ketersediaan obat , vaksin
dan peralatan kesehatan.
BAB V
PENUTUP
KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil pengamatan yang dilakukan di PT.Ultra Peternakan Bandung Selatan selama
pelaksanaan Magang dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. PT.Ultra Peternakan Bandung Selatan merupakan perusahaan peternakan yang
bergerak pada bidang pembudidayaan sapi perah yang bertujuan untuk meningkatkan
produksi susu di PT.Ultra Jaya Milk Industry,Tbk.
2. Managemen pemeliharaan di PT.Ultra Peternakan Bandung Selatan
menggunakan operalatan dan teknologi modern dimulai dari pengolahan pakan
hingga pada proses pemerahan.
3. Penerapan Standart Operational
Procedure (SOP) dalam pelaksanaan pemeliharaan sapi perah diterapkan oleh
karyawan yang bekerja di PT.Ultra Peternakan Bandung Selatan.
4. System perkandangan yang digunakan di PT.Ultra Peternakan Bandung
Selatan yaitu dengan system freestall
yang dilengkapi dengan tempat pakan serta dry
cleaning.
5. System perkawinan yang dilakukan di PT.Ultra Peternakan Bandung Selatan
menggunakan straw import dari Australia, straw local yang diambil langsung dari
Balai Inseminasi Buatan Lembang (BIB
Lembang). Manajemen breeding sudah dilakukan dengan cukup baik.
6.
Penanganan kelahiran di PT.Ultra Peternakan
Bandung Selatan kebanyakan dilakukan
secara normal. Jadi induk dibiarkan melahirkan secara alami. Apabila terdapat
kesulitan dalam melahirkan akan dibantu oleh petugas yang menangani kelahiran.
7.
Program vaksinasi di PT.Ultra Peternakan
Bandung Selatan dilakukan langsung oleh petugas perusahaan atau petugas
veteriner dari perusahaan.
Saran
Saran yang dapat saya sampaikan
untuk PT. Ultra
Peternakan Bandung Selatan adalah sebagai berikut :
a.
Perlu ditumbuhkan lagi kesadaran para karyawan akan keselamatan dan kesehatan
kerja.
b.
Perlu diadakan pintu masuk yang searah untuk
meningkatkan biosecurity perusahaan.
c.
Perlu menyediakan sabun untuk cuci tangan pada bagian
kantin dalam rangka meningkatkan higienitas karyawan dalam suatu perusahaan.
d.
Perlu peningkatan ketelitian dalam melaksanakan Cek
kesahatan sapi karena masih terjadi beberapa sapi sakit yang tidak terdeteksi
dari awal.
e.
Perlu
perbaikan kembali dalam pengelolaan limbah sapi baik yang cair maupun yang
padat, karena masih banyak efek yang merugikan jika pengelolaannya tidak tepat.
f. Pengontrolan manajemen perkawinan di PT.Ultra Peternakan Bandung
Selatan hendaknya lebih diintensifkan
karena masih banyak terdapat keterlambatan deteksi birahi sehingga kegagalan
perkawinan dapat diminimalkan.
g. Pengadaan masker kepada setiap karyawan terutama
operator milking
DAFTAR PUSTAKA
Prihadi, S. 1996. Tatalaksana dan Produksi Ternak Perah.
Universitas Wangsamanggala.
Putra,
Adika. 2009. Potensi Penerapan Produksi
Bersih pada Usaha Peternakan Sapi Perah [Tesis]. Magister Ilmu Lingkungan.
Universitas Diponegoro. Semarang.
Anonimus. 2002. Beternak
Sapi Perah. Kanisius. Yogyakarta
Siregar S. B. 1992. Sapi perah : Jenis, Teknik Pemeliharaan dan Analisa Usaha.
Penebar Swadaya . Jakarta .
Sudono, A., R. F. Rosdiana, dan B. S.
Setiawan. 2003. Beternak Sapi Perah Secara Intensif
Williamson, G dan W.J.A. Payne., 1993.
Pengantar Peternakan Di Daerah Tropis. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Siregar, S.B., 2003. Teknik Pemeliharan sapi. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Santosa,
Undang. 2008. Mengelola Peternakan Sapi
Secara Profesional. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sudono,
A., R.F. Rosdiana, dan B. S. Setiawan., 2003. Beternak Sapi Perah Secara Intensif. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Syarief,
M. Z dan C. D. A Sumoprastowo. 1990. Ternak
Perah. C. V Yasaguna. Jakarta.
Blakely, J and D.H. Bade. 1998. Ilmu Peternakan, edisi ke- 4
(Diterjemahkan oleh: Bambang Srigandono). Gadjah Mada University Press.
Yogjakarta.
Syarief, M. Z. dan R.M.
Sumoprastowo. 1991. Ternak Perah. C.V. Yasaguna, Jakarta.
Sihombing, D.T.H., 2000.
Teknik Pengelolaan Limbah Kegiatan/Usaha Peternakan. Pusat Penelitian
Lingkungan Hidup. Lembaga Penelitian.Institut Pertanian Bogor.
Prihadi, S. 1996. Tatalaksana dan Produksi Ternak Perah.
Universitas Wangsamanggala.
Yogyakarta
19 tolong komentar nya ya:
permisi,maaf sebelum nya,boleh minta dokumentasi nya gak,disini gak bisa di liat
saya mau copas izin ya gan
Boleh izin copas yah guys, dan boleh lihat dokumentasinya tidak gan? makasih.
good gan
Boleh izin copas yah guys, dan boleh lihat dokumentasinya tidak gan? makasih.
ma copas aku woiiiii
izin copas ya
mau ngopi anjing
bisa minta email atau kontak yg bisa dihubungi PT UPBS?
izin chopas brow..untuk bahan penelitian adekku.. klo bisa minta tolong diemail ke saya : sutan_humala@yahoo.com
Trims ya.. (Sutan Humala)
izin copas mas broh
izin copas bang:)
izin copas bang
Kak saya izin copy ya :)
izin copas ya tntg kesimpulan makasihhh
izin copas lur
izin
izin
Posting Komentar