Blogger Widgets

BLOG ini milik EGO PURBA SIBORO (ASP). blog ini hanya untuk pembelajaran.

Selamat datang di blog EGO PURBA :)

Blog kelas VIP di lengkapi MUSIC

Minggu, 08 Mei 2016

laporan magang Pt.ultra peternakan bandung selatan (UPBS)




BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manajemen  suatu perusahaan peternakan sapi perah penting untuk diketahui oleh orang-orang yang berkecimpung dalam dunia peternakan khususnya peternakan sapi perah. Manajemen sebagai pedoman agar tidak terjadi kerugian baik secara materi maupun kerugian secara genetik dan agar terciptanya sebuah usaha peternakan yang efektif dan efisien. Susu sebagai hasil utama dari ternak perah khususnya sapi perah dihasilkan melalui suatu peternakan sapi perah. Kualitas dan kuantitas serta kontinuitas produksi susu dari suatu perusahaan peternakan sapi perah sangat penting untuk menjamin kelangsungan produksi dari peternakan sapi perah.

PT. Ultra Peternakan Bandung Selatan merupakan salah satu produsen susu dalam kemasan siap minum yang sukses di Indonesia. Perusahaan ini awalnya merupakan industri rumah tangga yang didirikan pada tahun 1958 yang hanya memproduksi susu. Pada tahun 1971, PT. Ultra  memasuki tahap pertumbuhan pesat sejalan dengan perubahannya menjadi PT. Ultra Peternakan Bandung Selatan, Jawa Barat. PT. Ultra merupakan perusahaan pertama dan terbesar di Indonesia yang menghasilkan produk-produk susu, teh, minuman lainnya, dan makanan dalam kemasan aseptik.

1.2 Tujuan

1.2.1      Tujuan umum kegiatan On Farm mahasiswa antara lain :

1.2.1.1  Agar mahasiswa memperoleh pengalaman yang berharga dengan  mengenali kegiatan-kegiatan yang ada di peternakan UPBS.

1.2.1.2     Agar mahasiswa memperoleh berbagai informasi akan penelitian bidang peternakan dengan memperhatikan efisiensi dan keefektifan hasil penelitian dalam penerapanya di masyarakat.
1.2.1.3     Mengetahui teknologi yg digunakan dalam pemeliharaan sapi perah
1.2.1.4     Mengikuti semua kegiatan yang bersifat rutin, insidental dan pendukung selama berada di lokasi Praktik Kerja
1.2.2.3     Mengetahui secara umum kondisi terbaru serta pengembangan peternakan UPBS serta pemanfaatan hasil-hasil penelitianya.
1.2.2.4     Meningkatkan pemahaman keilmuan mahasiswa akan hasil suatu penelitian untuk dapat diterapkan pada masyarakat secara baik dan benar.
1.2.2.5     Mengenalkan budaya kerja industri atau usaha serta mendapatkan informasi dan pengetahuan baru dalam bidang ilmu peternakan.

1.2.2      Tujuan khusus On Farm

Tujuan khusus dilaksanakan kegiatan On Farm Mahasiswa :
1.2.2.1    untuk meningkatkan pemahaman antara teori dan aplikasi keilmuan bidang peternakan terkait hasil-hasil penelitian yang secara umum dan khusus diterapkan di masyarakat.
1.2.2.2    mengaplikasikan ilmu dalam magang
1.2.2.3    melalui kegiatan magang ini mahasiswa akan memperoleh keterampilan
1.2.2.4    Memacu motivasi mahasiswa yang berminat menjadi calon tenaga kerja yang handal dan siap kerja.
1.2.2.5    menambah wawasan dan pengalaman kerja
1.2.2.6     dapat mempelajari penanganan dan pengolahan limbah yang diterapkan di perusahaan tempat magang
1.2.2.7    mempelajari merumuskan dan memecahkan permasalahan yang ada di peternakan PT UPBS, Pangalengan Jawa Barat.

Tujuan akhir kegiatan ini akan memberikan dampak terhadap aspek-aspek yang berkaitan dengan pengembangan sikap dan dapat melatih kepekaan mengidentifikasi permasalahan dan mencari alternatif solusi, guna meningkatkan kemampuan intelektual mahasiswa.



BAB II

TINJAUAN PUSTAKA


2.1   Sapi Perah


Secara garis besar, bangsa-bangsa sapi (Bos) yang terdapat di dunia ada dua, yaitu (1) kelompok yang berasal dari sapi Zebu (Bos Indicus) atau jenis sapi yang berpunuk, yang berasal dan tersebar di daerah tropis serta (2) kelompok dari Bos primigenius, yang tersebar di daerah sub tropis atau lebih dikenal dengan Bos Taurus. Jenis sapi perah yang unggul dan paling banyak dipelihara adalah sapi Shorthorn (dari Inggris), Friesian Holstein (dari Belanda).

Jersey (dari selat Channel antara Inggris dan Perancis), Brown Swiss (dari Switzerland), Red Danish (dari Denmark) dan Drought master (dari Australia). Pada peternakan UPBS sapi perah yang diternakan adalah sapi Friesian Holstein dan Cross Friesian Holstein dengan Jersey.

2.1.1      Friesh Holstein


Berasal dari negeri Belanda dan saat ini merupakan bangsa sapi perah terbesar yaitu 90% dari jumlah total sapi perah yang ada di dunia. Sapi ini merupakan bangsa sapi besar (keturunan Eropa), pertama kali diperkenalkan pada awal tahun 1600. FH cukup baik beradaptasi pada segala lingkungan dan memproduksi susu dalam jumah besar. Rata-rata produksi susunya mencapai lebih dari 19.000 lbs dengan kandungan lemak 3,7%. Produksi terbesar dari bangsa sapi perah FH ini pernah tercatat melebihi 60.000 lbs dalam 365 hari. Itu artinya lebih dari 20 galon per hari (Lestari. , 2006).

2.1.2      Jersey

Bangsa sapi ini berasal dari kepulauan Inggris, Jersey, pertama kali diperkenalkan pada awal tahun 1800 an. Secara fisik Jersey adalah bangsa sapi perah terkecil dan memproduksi susu dalam jumlah terkecil dibandingkan breed yang lain. Namun demikian sapi ini tetap berharga karena kandungan lemak susunya yang tinggi yang sangat dibutuhkan untuk pembuatan mentega. Rata-rata produksi susunya adalah 13.400 lbs dengan kandungan lemak 4,7 % (Lestari. , 2006).

2.1.3      Cross FH dengan Jersey

Pada dasarnya sapi FH memiliki sifat yang jinak, memiliki produksi tinggi dan kadar lemak susunya rendah serta daya konsumsinya aman. Sedangkan Jersey memiliki kadar lemak tinggi yang  biasa dipakai untuk pembuatan butter maupun keju. Perlakuan kawin silang ini diinginkan keseimbangan hasil yang lebih baik.

2.2  Manajemen Pemeliharaan

Tata laksana pemeliharaan dalam suatu peternakan memegang peranan penting karena keberhasilan suatu usaha peternakan tersebut sangat dipengaruhi oleh baik tidaknya tata laksana pemeliharaan. Syarief dan Sumoprastowo (1995) menambahkan bahwa hal yang harus mendapat perhatian dalam pemeliharaan adalah kebersihan kandang dan peralatan, pengaturan pemberian ransum dan air minum serta penjagaan kebersihan kandang dan peralatan, pengaturan pemberian ransum dan air minum serta penjagaan kebersihan sapi. Manajemen pemeliharaan sapi perah terdiri atas pemeliharaan pedet, dara, bunting, laktasi dan kering kandang (Putra, 2004)

2.2.1      Manajemen Pedet

Pedet yang baru lahir tersebut dikeringkan atau membiarkan induk menjilatinya sehingga pedet tidak kedinginan apabila cuaca dalam keadaan dingin (Blakely dan Bade, 1998). Menurut Williamson dan Panye (1993), pedet yang baru lahir perlu disiapkan kandang dengan memberikan alas berupa jerami kering atau serbuk gergaji.

Blakely dan Bade (1998) menyatakan bahwa pedet sapi perah disapih pada umur 3-4 bulan, tergantung dari kondisi pedet. Cara penyapihan pedet sedikit demi sedikit susu yang diberikan dikurangi. Sebaliknya, pemberian konsentrat dan hijauan ditingkatkan sampai pada saatnya pedet itu disapih sehingga terbiasa dan tidak mengalami stress (Putra, 2004).

Kolostrum merupakan susu pertama yang diproduksi oleh induk sekitar hari 5-7 setelah melahirkan dan sangat penting bagi pedet karena kandungan nutrisi yang terkandung dalam kolostrum sangat tinggi dan terdapat antibodi yang dapat mencegah timbulnya penyakit. Kandang pedet harus tersedia tempat pakan dan air minum dan berukuran 1,5 x 2 m. Alas kandang diberi jerami dan sering diganti. Sebelumnya biarkan kandang itu kosong 2-7 hari sebelum pedet dimasukkan (Santosa, 1995). Saat sapi lahir hanya abomasum yang telah berfungsi, kapasitas abomasum sekitar 60 % dan menjadi 8% bila nantinya telah dewasa. Sebaliknya untuk rumen semula 25 % berubah menjadi 80% saat dewasa (Imron, 2009).

2.2.2      Manajemen Sapi Dara

Sapi dara adalah sapi pada masa antara lepas sapih sampai laktasi pertama kali yaitu berkisar antara umur 12 minggu sampai dengan 2 tahun (Ensminger, 1971). Setelah berumur 3 bulan sapi dara sebaiknya ditempatkan di dalam kandang kelompok yang berjumlah antara 3-4 ekor, dengan jenis kelamin, umur dan berat badan yang seragam (Soetarno, 2003). Kekurangan pemeliharaan atau perawatan dimasa pertumbuhan akan menyebabkan sapi sulit bunting bila dikawinkan, kesulitan dalam melahirkan (distokia) yang pertama kalinya, pedet yang dilahirkan kecil dan lemah dan produksi susunya rendah. Tujuan pemeliharaan sapi dara yaitu untuk mengganti induk “replacement” untuk sapi perah yang mempunyai kemampuan produksi rendah serta untuk pengembangan usaha (Siregar, 1993).

Pemeliharaan sapi dara yang baik serta pemberian ransum yang berkualitas baik pula sapi dara akan terus tumbuh sampai umur 4-5 tahun, bila sapi tidak cukup diberi ransum ditinjau dari kualitas dan kuantitasnya akan terjadi sebagai berikut : 1). Pada waktu sapi perah beranak pertama kali besar badannya tidak akan mencapai ukuran normal, 2). Kelahiran pertama kali pada umur 3 tahun adalah termasuk terlambat, 3). Produksi cenderung rendah tidak sesuai dengan yang diharapkan . Sapi perah dara dapat dikawinkan pertama kali pada umur 15 bulan (Williamsom dan Payne, 1993). Sapi dara mampu mencerna serat kasar tinggi, sedangkan penambahan pakan penguat hanya sebagai pelengkap zat-zat gizi yang terkandung dalam hijauan. Pakan sebaiknya diberikan 2-3 kali sehari. Sapi perah dara dikawinkan tergantung dari umur dan besar tubuhnya (Siregar, 1993).

Sapi-sapi harus selalu bersih setiap kali akan diperah, terutama bagian daerah lipatan paha sampai bagian belakang tubuh sapi perah dan sebaiknya dimandikan sekurang-kurangnya satu kali sehari (Syarief dan Sumoprastowo, 1985). Hal ini diperkuat dengan pendapat Muljana (1995) yang menyatakan bahwa sapi sebaiknya dimandikan setiap hari dan pembersihan kotoran yang menempel dikulit. Sanitasi dilakukan setiap 2 kali sehari setiap pagi dan sore dengan tujuan menjaga kebersihan kandang karena berhubungan dengan kesehatan ternak.

2.2.3      Manajemen Sapi Laktasi.

Manajemen perawatan sapi laktasi bertujuan untuk memperoleh produksi susu yang bagus dan optimal (Prihadi, 1996). Sapi laktasi perlu mendapatkan perawatan badan secara rutin, sebab setiap saat diperhatikan sanitasinya, ransum/pakan yang diberikan dan produksi yang dihasilkan. Pembersihan kandang dan ternak harus dilakukan secara rutin.

Pakan sapi perah laktasi terbagi menjadi dua golongan yaitu pakan kasar dan pakan penguat atau konsentrat (Syarief dan Sumoprastowo, 1991). Pemberian konsentrat lebih dari 60 % banyak mendatangkan kerugian dibanding dengan keuntungan. Lebih lanjut dijelaskan bahwa bahan pakan konsentrat mengandung serat kasar rendah dan sifatnya mudah dicerna. Kadar serat kasar yang terlalu tinggi menyebakan ransum sulit untuk dicerna, sebaliknya jika kadar serat kasar rendah mengakibatkan kadar lemak susu menjadi lebih rendah dan menyebabkan gangguan pencernaan (Prihadi, 1996). Umur dewasa kelamin sapi yaitu 12-17 bulan  (Blakely dan Bade, 1998).

Umur dewasa kelamin pada sapi perah bervariasi karena dipengaruhi faktor ras, keadaan lingkungan dan terutama pemberian pakan (Putra, 2004). Sapi perah laktasi yang terinfeksi mastitis bakterial mula-mula ditandai dengan perubahan susu. Susu berubah menjadi encer dan pecah menggunakan uji alkohol, susu bergumpal dan kadang-kadang bercampur darah atau nanah. Penyebab mastitis bakterial diantaranya adalah ambing yang tidak terpelihara kebersihanya, perlakuan pemerahan atau tangan pemerah yang terkontaminasi (Siregar, 1993).

2.3  Manajemen Pakan

Pada peternakan modern, sapi perah dapat memproduksi 15.000 kg susu/laktasi atau 50 kg susu/hari. Hal ini sangat memerlukan nutrisi dan manajemen yang efektif. Di Amerika hal ini dapat dicapai melalui penggunaan campuran hijauan, biji-bijian dan mineral yang disebut total mixed ration (TMR) yang seimbang untuk kebutuhan memproduksi susu dan pemeliharaan tubuh. Bila input pakan tidak cukup maka sapi akan memobilisasi cadangan tubuhnya untuk produksi susu dan akan kehilangan berat badan serta kondisi tubuhnnya. Untuk memproduksi 40 kg susu per hari seekor sapi memerlukan 2,5 kali energi untuk produksi susunya daripada yang dia butuhkan untuk pemeliharaan tubuhnya. Ransum harus mengandung keseimbangan yang benar dari protein, energi, hijauan dan mineral (Lestari. , 2006).

Kebutuhan bahan kering (BK) untuk sapi laktasi adalah 2-4% bobot badan. BK pakan berfungsi sebagai pengisi lambung dan merangsang dinding saluran untuk menggiatkan pembentukan enzim di dalam tubuh ternak. Kebutuhan BK ternak akan meningkat sesuai dengan bertambahnya produksi susu (Williamsom dan Payne, 1993). Pakan konsentrat merupakan komposisi pakan yang dilengkapi kebutuhan nutrisi utama, mengandung protein lebih dari 20% dan serat kasar kurang dari 18%, energi tinggi berperan sebagai penutup kekurangan zat makanan di dalam pakan keseluruhannya (Ensminger, 1971).

Konsentrat mengandung serat kasar rendah dan bersifat mudah dicerna, tersusun dari biji-bijian dan hasil dari pengolahan suatu industri pertanian. Konsentrat berfungsi sebagai suplai energi tambahan dan protein, lebih lanjut dijelaskan bahwa protein ransum bervariasi langsung dengan kandungan protein hijauannya, dimana campuran konsentrat dari bahan pakan protein dan energi kandungannya berfariasi antara 12% dan 18% PK. Pemberian konsentrat dilakukan dua kali sehari sebelum pemerahan (Prihadi, 1996). Menurut Syarief dan Sumoprastowo (1985) jumlah air minum yang diberikan pada sapi perah laktasi sebaiknya adalah adlibitum karena tidak akan menimbulkan efek negatif bahkan dapat meningkatkan produksi air susu.

2.4  Manajemen Kandang

Kandang merupakan  bagian dari system pemeliharaan sapi perah. Direktur Jenderal Peternakan mengeluarkan SK Dirjenak No. 776/kpts/DJP/Deptan/1982. Surat keputusan ini mengatur syarat-syarat teknis perusahaan peternakan sapi perah. Ketentuan yang berkaitan dengan kandang terlihat sebagai berikut :
2.4.1      Lokasi
Lokasi peternakan sapi  perah tidak bertentangan dengan ketertiban dan kepentingan umum setempat, tidak terletak di pusat kota dan pemukiman penduduk dengan jarak sekurang-kurangnya 250 m dari pemukian penduduk, ketinggian lokasi terhadap wilayah sekitarnya harus memperhatikan lingkungan atau topografi sedemikian rupa sehingga kotoran dan sisa-sisa perusahaan tidak mencemari wilayah disekitar perusahaan.

Perusahaan sapi perah tidak boleh berjarak kurang dari 250 m dengan perusahaan sapi perah lain atau sekurang-kurangnya 50 m apabila merupakan satu kelompok usaha atau koperasi dan pembinaan dan pengendalian kesehatan ternak dilakukan secara bersama. Perusahaan sapi perah harus diberi pagar keliling yang rapat sekurang-kurangnya setinggi 1,75 m di atas tanah dan pagar tersebut sekurang-kurangnya 5 m dari kandang terluar.


2.4.2      Tata Letak Bangunan
Perusahaan peternakan sapi perah wajib memiliki beberapa bangunan yang sesuai dengan kegiatan usahanya seperti memiliki bangunan kandang untuk anak induk, beranak, isolasi, karantina dan kandang pengobatan. Perusahaan harus mempunyai gudang pakan dan peralatan. Perusahaan harus membangun kamar susu dan laboratorium kecil. Perusahaan harus menyediakan instalasi air bersih.

Perusahaan harus membangun kandang dengan memperhatikan dan memenuhi persyaratan, seperti kandang memenuhi daya tampung, antara lain luas lantai yang tidak termasuk jalur jalan dan selokan kandang sekurang-kurangnya 2 x 1,5 m2tiap ekor dewasa. Ventilasi dan pertukaran udara di dalam kandang harus terjamin. Udara segar dapat masuk leluasa ke dalam kandang dan sebaliknya udara kotor harus dapat keluar dari kandang. Bangunan kandang mengikuti persyaratan teknis, ekonomis dan permanen atau semi permanen. Lantai kandang terbuat dari beton atau kayu yang tidak licin. Lantai miring ke arah saluran pembuangan yang mudah dibersihkan.

Jarak antara dua bangunan kandang sekurang-kuranngnya 6 m dihitung masing-masing dari tepi atap kandang.  Bangunan kandang induk harus terpisah  dari aspi anak. Perusahaan harus menyediakan kandang untuk beranakan yang terpisah dari kandang lainya atau dibatasi dinding tembok.
Menurut kontruksinya kandang sapi perah dapat dibedakan menjadi dua yaitu kandang tunggal yang terdiri satu baris dan kandang ganda yang terdiri dari dua baris yang saling  berhadapan (Head to Head) atau berlawanan (Tail to Tail). Tipe kandang Head to Head dirancang dengan satu gang bertujuan agar mempermudah saat memberi pakan dan efisien waktu, sedangkan tipe kandang Tail to Tail terdapat 2 gang dengan tujuan untuk memprmudah saat membersihkan feses.

Kandang sapi perah dapat dibedakan menjadi dua tipe, yakni Kandang Tipe Tunggal kontruksi kandang tipe ini memiliki bentuk atap tunggal atau terdiri dari satu baris kandang. Dengan demikian sapi yang ditempatkan di kandangn ini mengikuti bentuk atap yang hanya satu baris. Kandang Tipe Ganda kontruksi kandang tipe ini memiliki bentuk atap ganda atau baris yang posisinya dapat saling berhadapan, maka antara kedua baris yang posisinya dapat saling berhadapan, maka antara kedua baris kandang tersebut harus diberi gang sebagai jalan pada saat memberi ataupun pada saat melakukan pengawasan dan lain sebagainya. Sedangkan sapi yang ditempatkan saling bertolak belakang, maka di hadapan sapi harus disediakan gang. Dengan demikian untuk sapi yang ditempatkan saling bertolak belakang jumlah hanya ada dua baris yang fungsinya sama seperti gang yang berada di antara kedua baris kandang yanng sapinya berhadap-hadapan (Anonimus. , 2002).

2.5  Sanitasi dan Penanganan Limbah

Kandang dibersihkan setiap hari minimal 2 kali, bersama dengan memandikan sapi laktasi (Syarif dan Sumoprastowo, 1995). Usaha pemeliharaan kesehatan ternak sapi perah selain melalui pembersihan kandang, juga dengan kebersihan ternak, peralatan dan petu gas kandang. Kandang sapi harus bersih supaya saat pemerahan susu tidak terkontaminasi dengan udara luar guna menjaga kesehatan ternak sapi (Williamson dan Payne, 1993).

Sapi harus dimandikan 2 kali sehari untuk membersihkan kotoran yang menempal pada tubuhnhya, karena dengan adanya kotoran yang menempel pada tubuh akan menyebabkan pori-pori tertutup. Hal tersebut mengakibatkan kelenjar keringat tidak akan mengeluarkan sekresinya secara sempurna dan selanjutnya akan mempengaruhi kesehatan ternak. Air pembersih kandang dan air untuk memandikan sapi mudah mempengaruhi kesehatan ternak. Air pembersih kandang dan air untuk memandikan sapi mudah mengalir menuju bak penampungan,maka lantai bagiaan belakang dan sekeliling kandang harus dilengkapi selokan. Selokan dibuat dengan lebar 20 cm dan kedalaman 15 cm yang dimaksud untuk memudahkan pembuangan kotoran yang cair, air minum maupun air untuk memandikan sapi (Muljana,1995).

Selokan harus cukup lebar agar kotoran yang berasal dari kandang dapat keluar dengan cepat (Blakely dan Bade, 1998). Selokan atau drainase lebarnya minimal 30-40 cm. Kedalaman selokan atau drainase 20-25 cm (Siregar, 1993).

2.6  Susu

Susu adalah sekresi ambing hewan yang diproduksi dengan tujuan penyediaan makanan bagi anaknya yang baru dilahirkan. Karena berfungsi sebagai makanan tunggal bagi makhluk yang baru dilahirkan dan mulai tumbuh, susu mempunyai nilai gizi yang sempurna. Dalam susu terdapat semua zat gizi yang diperlukan bagi kebutuhan pertumbuhan anak. Pada umumnya yang disebut susu adalah susu sapi, yang berasal dri jenis sapi FH (Friesian Holstein), yang berwarna putih totol hitam, atau hitam totol putih. Secara alami susu merupakan suatu emulsi lemak dalam air. Kadar air susu sangat tinggi yaitu rataan 87,5% dan di dalamnya teremulsi berbagai zat gizi penting seperti protein, lemek, gula, vitamin dan mineral.

Susu merupakan sumber protein dengan mutu yang sangat tinggi, dengan kadar protein dalam susu segar 3.5 %, dan mengandung lemak yang kira-kira sama banyaknya dengan protein. Karena itu, kadar lemak sering dijadikan sebagai tolok ukur mutu susu, karena secara tidak langsunng menggambarkan juga kadar proteinya. Beberapa jenis sapi perah, khususnya dari Bos Taurus misalanya Jersey dan Guernsey mampu memproduksi susu dengan kadar lemak mendekati 5 %. Gula dalam susu disebut laktosa atau gula susu, kadarnya sekitar 5-8 %. Laktosa memiliki daya kemanisan sangat rendah, yaitu hanya 16 % daya kemanisan sukrosa. Laktosa merupakan senyawa yang banyak digunakan dalam pembentukan sel otak, khususnya bagi anak-anak usia di bawah 7 tahun, agar jumlah maupun perkembangan sel otaknya berlangsung dengan normal dan lancar.

Mineral yang banyak terdapat dalam susu dalah kalsium dan posfor. Kedua mineral tersebut penting bagi pertumbuhan tulang. Sehingga bagi bayi dan anak-anak yang sedang tumbuh dan berkembang, susu merupakan sumber mineral yang penting . mineral lain seperti klorida, kalsium, magnesium dan natrium terlarut dalam air. Sedangkan sebagian kalsium posfat dan protein tidak berada dalam larutan murni, tetapi dalam bentuk dispersi koloid (kalsium posfat keseinat) yang menyebabkan susu terkesan berwarna putih opaque. Vitamin yang tinggi terdapat dalam susu adalah niasin dan riboflavin, karena tingginya kandungan riboflavin, susu tanpak berwarna kehijau-hijauan. Jika terkena sinar matahari langsung, riboflavin dalam susu cepat rusak.
Standart kualitas air susu berdasarkan direktur jenderal peternakan no 17/KPTS/DJP/Deptan/83 :
a.    Berat jenis (BJ) pada 27,5áµ’C        : 1,0280
b.    Kadar lemak                                 : 2,8 %
c.    Kadar bahan kering tanpa lemak  : 8,0 %
d.    Derajat asam                                : 4,5-7,0áµ’SH
e.    Jumlah bakteri per ml                   : 3 JUTA
f.     Uji alkohol                                     : NEGATIF
g.    Uji didih                                         : NEGATIF
h.    Titik beku                                       : -0,520- -0,560áµ’C
i.      Kadar laktose                                 : 2,5 JAM

2.7  Pemerahan

Suatu rangsangan untuk menimbulkan terjadinya serangkaian proses untuk sintesis dan sekresi air susu secara normal dan keluaran dari ambing. Pemerahan bertujuan untuk mendapatkan produksi susu yang maksimal. Terdapat tiga tahap pemerahan yaitu pra pemerahan (fase persiapan), pelaksanaan pemerahan dan pasca pemerahan (Syarief dan Sumoprastowo, 1995). Tujuan dari pemerahan adalah untuk mendapatkan jumlah susu maksimal jumlah susu maksimal dari ambingnya, apabila pemerahan tidak sempurna sapi induk cenderung untuk menjadi kering terlalu cepat dan produksi total cenderung menjadi kering terlalu cepat dan produksi total menjadi menurun (Williamson dan Payne, 1993).

2.7.1      Fase Persiapan

Tahap-tahap persiapan pemerahan meliputi menenangkan sapi, membersihkan kandang, membersihkan bagian tubuh sapi, mengikat ekor, mencuci ambing dan puting (Sudono,2003). Menurut Muljana (1995) sebelum pemerahan dimulai, pemerah mencuci tangan bersih-bersih dan mengeringkanya, kuku tangan pemerah dipotong pendek agar tidak melukai puting sapi, sapi yang akan diperah dibersihkan dari kotoran, tempat dan peralatan telah disediakan dan dalam keadaan yang bersih, selanjutnya menenangkan sapi, mengikat ekornya dan mencuci  ambing dengan air hangat, melakukan massage untuk merangsang keluarnya air susu. Sebelum melakukan pemerahan dilakukan persiapan diantaranya persiapan alat, pembersihan kandang dan sanitasi ternak (Chamberlin, 1993).

2.7.2      Pemerahan

Pemerahan dengan mesin pemerah (machine milking) lebih efisien tenaga, waktu singkat sedangkan tenaga manusia paling banyak sekali memerah hanya mampu sampai lima ekor. Produksi susu lebih banyak, hal ini mengingat bahwa produksi susu dipacu oleh hormon prolaktin yang mana waktu aktifnya dalam darah sangat singkat, paling lama hanya 7 menit.
Manfaat Mesin Perah :
Kualitas air susu lebih baik.
·         Total jumlah kuman turun 75 % (kandungan bakteri kandungan bacterinya (total plate count/TPC) pun kini hanya kisaran 250 ribu/cc, jauh dari ambanng batas yang diperoleh dari SNI di bawah 1juta).
·         Total solid menjadi 12,3 %.
·         Produktifitas meningkat 20 %.
·         Harga jual susu meningkat.
·         Hasil perahanya pun jauh lebih higienis dan bersih.
·         Proses pemerahan lebih cepat.

2.7.3      Sistem Pemerahan

2.7.3.1  Ember (bucket system)
Sistem ember adalah salah satu sistem pemerahan yang menggunakan mesin sebagai pengganti tangan yang dapat dipindah-pindah dari tempat satu ke tempat lain. Sistem ini cocok digunkan untuk peternak kecil. Susu hasil perahan dari sistem ini ditampung di ember yang terdapat di setiap mesin. Setelah itu susu hasil perahan setiap ekor sapi ditakar terlebih dahulu, kemudian dituang ke tanki pendingin. Mesin perah sistem ember ini bagian-bagianya terdiri dari : 1) sebuah motor pembangkit vakum, 2) pipa vacum 3) selang karet vacum, 4) pulsator, 5) ember penampung susu, 6) pengatur pulsasi, 7) tabing perah (teat cup) yang terbuat dari logam tahan karat dan karet, 8) inflasi di dalam tabung perah, 9) selang susu.

2.7.3.2  Sistem pipa (pipe line system)
Pada sistem ini pemerahan langsung juga berada di dalam kandang, dimana sapi yang akan diperah tetap terikat ditempatnya. Mesin perah dipindah dari sapi satu ke sapi berikutnya. Sedang susu hasil pemerahan langsung dialirkan ke dalam tangki pendingin melalui pipa tanpa berhubungan dengan udara luar.

2.7.3.3  Sistem bangsal pemerahan (milking parlor system)
Pemerahan dengan sistem ini berlangsung di suatu bangsal pemerahan. Setiap mesin digunakan untuk seekor sapi. Susu hasil pemerahan langsung ditampung di tangki pendinginan (cooling unit). Sesudah melalui tabung pengukur produksi yang terdapat pada setiap mesin. Sapi yang akan diperah digiring ke bangsal pemerah melalui suatu tempat (holding area) untuk dibersihkan dengan sprayer selanjutnya sapi satu persatu massuk bangsal (milking parlor).

2.7.4      Pasca Pemerahan

Setelah selesai pemerahan hendaknya dilakukan dipping atau penuntasan pemerahan agar tidak menimbulkan penyakit mastitis. SeteLah didapatkan air susu dilakukan pengukuran antara lain berat jenis dan kadar lemak susu. Sesudah melakukan pemerahan sebaiknya bagian puting dicelupkan dalam larutan disinfektan untuk menghindari terjadinya mastitis (Sumoprastowo, 1985). Menurut Sinderedjo (1990) berat jenis susu minimal 1,027 pada temperatur 27,50C dan kadar lemak 2,8%. Kenaikan produksi susu selalu diikuti dengan kenaikan berat jenis air susu hanya dapat dilakuakn setelah 3 jam dari pemerahan bila suhu air susu telah stabil (Sudono, 1994).

Susu yang tinggi kadar lemaknya juga kaya akan zat-zat kering lainnya, sehingga berat jenisnya juga tinggi, dan susu yang renah kadar lemaknya berat jenisnya pun rendah (Sindoredjo, 1990). Menurut Syarief dan Sumoprastowo (1990) setelah susu diperah kemudian dibawa ke kamar susu penanganan susu yang dilakukan dalah penyaringan, pendinginan dan pemanasan. Penyaringan susu bertujuaan untuk mendapatkan susu yang terbebas dari kotoran. Selain penyaringan dan pendinginan, pengujian kualitas susu juga dilakuakn karena merupakan hal yang penting untuk mengetahui kualitas susu yang dihasilkan (Siregar, 1993).

Faktor yang mempengaruhi produksi air susu adalah : kebakaan artinya faktor genetik sapi, pemberian ransum, manajemen pemerahan, lama kering kandang, pencegahan penyakit, service periode dan calving interval serta frekuensi pemerahan. Siregar (1993) susu pada tiap-tiap puting harus diperah habis. Selesai pemerahan, ambing dan puting susu dicuci kembali dengan air hangat-hangat kuku lalu dicelup dan disemprot dengan air yang telah diberi sedikit biocid.

2.7.5      CIP (Clean In Place)

Clean in place (CIP) merupakan suatu rangkaian proses yang meliputi sirkulasi larutan pencuci dan desinfektsi dalam suatu jalur yang tidak memerlukan pembongkaran (Spreer, 1998). Menurut Trisnanto (2008), Clean in place adalah suatu metode pencucian peralatan dan sistem perpipaan tanpa dilakukan pembongkaran. Sistem clean in place mensirkulasikan larutan pencuci melalui jalur pipa dan mesin yang besar menggunakan  suatu sistem pompa dan spray untuk secara otomatis membersihkannya (international Association for Food Protection, 2002). Teknik ini diterima sebagai standar untuk membersihkan pipa saluran, mesin susu, bulk milk tank, kereta tanki susu, tanki penyimpanan dan kebanyakan peralatan yang digunakan melalui operasi pemrosesan (Laksmi, 2008).

Menurut Tamime (2008), industri pengolahan susu biasanya membiarkan pipa saluran susu terpasang secara permanen dan tersusun rapi serta dibersihkan ditempat. Metode Clean in place digunakan secara optimal untuk membersihkan saluran-saluran pipa, tangki-tangki, penukar panas, mesin sentrifugal dan homogenizer. Proses ini melibatkan pengaliran, penyemprotan dan sirkulasi larutan pembersih melalui kecepatan aliran. Penggunaan sistem Clean in place kemungkinan dapat mencuci dan membersihkan dengan meminimalkan kontak antara pekerja dengan bahan kimia yang potensial berbahaya.

Menurut Laksmi (2008), Clean in place secara otomatis akan berfungsi mempertahankan kekuatan dan suhu larutan pencuci, mempertahankan level konsentrasi dalam tangki, berturut-turut mengawali dan menghentikan aliran larutan, menyediakan aliran hembusan udara, menggerakkan agiator dan membuka atau menutup katup, membuang larutan yang telah digunakan, mematikan pompa dan menginngatkan operator apabila parameter operasi tidak sesuai dan dapat dilakukan perubahan untuk masalah pencucian yang berbeda. Menurut Spreer (1998), terdapat siklus pencucian dalam clean in place antara lain :
Prerinsing
Alkaline clean

Rinsing

Acidic cleaning

Rinsing

                                                         Disinfection
                                                                 
Rinsing

2.8  Manajemen perkawinan

Masa Berahi pada sapi relatif singkat, oleh karena itu perlu pengamatan secara teliti terhadap timbulnya tanda-tanda Berahi seekor sapi agar program dapat berjalan sesuai rencana. Sistem perkawinan sapi perah dapat dilakuakan dengan dua cara yaitu perkawinan alam dan buatan. Perkawinan sapi perah dapat dilakukan dengan dua cara yaitu perkawinan alam dan buatan. Perkawinan alam seekor sapi pejantan memancarkan sperma langsung ke dalam alat reproduksi betina oleh pejantan sendiri. Perkawinan sebaliknya dilakukan pada suatu tempat atau kandang khusus yang dibuat untuk mengawinkan hewan (Soedonoo,1984).

Menurut Ensiminger (1991) perkawinan buatan (Inseminasi Buatan = IB) juga dikenal dengan istilah Al (Artifisial Insemination) ialah suatu cara perkawinan diaman sperma dikumpulkan dari pejantan untuk dirawat atau disimpan dalam kondisi tertentu diluar tubuh hewan, kemudian dengan pertolongan suatu alat semen itu dimasukkan ke dalam alat kelamin betina. Jadi proses perkawinan ini meliputi pengumpulan semen, perawatan semen dan memasukkan semen kedalam alat reproduksi betina.
Keuntungan Al (IB) adalah ; 1). Penularan penyakit kelamin dapat dihaindarkan, 2). Dengan kawin seekor pejantan hanya mampu melayani 100-150 ekor betina pertahun, sedangkan dengan cara IB seekor pejantan mampu melayani 10.000-30.000 perekor betina pertahun, 3). Persilangan antar ras dapat dipermudah, 4). Penyebaran bibit unggul dapat berlangsung lebih cepat, 5). Bagi pejantan yang baik karena suatu sebab tidak dapat mengawini masih dapat diambil spermanya, 6). Sapi-sapi dara dapat dikawinkan dengan mudah. Disamping ada keuntunngan IB juga ada kerugian antara lain 1). Bila pemilihan pejantan tidak tepat maka akan terjadi penyebaran bibit yang jelek dengan cepat, 2). Bila pelaksanaan kurang hati-hati maka penyebaran penyakit lebih mudah meluas, 3). Terlalu banyak sapi yang mempunyai keturunan yang sama.

2.9  Kesehatan

Gangguan dan penyakit dapat mengenai ternak sehingga untuk membatasi kerugian ekonomi diperlukan control untuk menjaga kesehatan sapi menjadi sangat penting. Manajemen kesehatan yang baik sangat mempengaruhi kesehatan sapi perah. Gangguan kesehatan pada sapi perah terutama berupa gangguan klinis dan reproduksi dapat berupa hipofungsi, retensi plasenta, kawin berulang endometritis dan mastitis baik klinis dan subklinis. Sedangkan gangguan klinis yang sering terjadi adalah gangguan metabolisme (ketosis, bloot, milk fever dan hipocalcemia), panaritium, enteritis, displasia abomasum dan pneumonia.
Adanya gangguan penyakit pada sapi perah yang disertai dengan penurunan produksi dapat menyebabkan sapi dikeluarkan dari kandang atau culling. Culling pada suatu peternakan tidak boleh lebih dari 25,3%. Salah satu parameter yang dapat digunakan untuk pemeliharaan sapi dengan melihat body condition scoring, nilai BCS yang ideal  adalah 3,5 (skala 1-5). Jika BCS lebih dari 4 dapat menyebabkan gangguan setelah melahirkan seperti mastitis, retensi plasenta, distokia, ketosis dan panaritium. Sedangkan kondisi tubuh yang kurus menyebabkan produksi sus menurun dengan kadar lemak yang rendah. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan didalam kesehatan sapi perah adalah lingkungan yang baik, pemerahan yang rutin dan peralatan pemerahan yang baik.

Recording merupakan pencatatan ternak yang bertujuan untuk mengetahui asal-usul ternak yang dipelihara, sehingga nantinya diharapkan tidak akan didapatkan ternak sapi perah yang mengalami inbreeding. Recording dapat memudahkan tata laksana selanjutnya pada ternak, memudahkan pengontrolan dan memudahkan peningkatan mutu genetik (Santosa, 1997).




BAB III

PELAKSANAAN ON FARM


3.1  Tempat dan Waktu Kegiatan

Tempat      : PT. Ultra Peternakan Bandung Selatan (UPBS)
Tanggal     : a. Periode pertama tanggal 05 Januari 2015 s/d 28 Maret 
2015
  b. Periode kedua tanggal 27 Juli  s.d 18 Oktober 2015
Peserta      : Mahasiswa D3 Agribisnis Sapi Perah (Vedca B)

3.2  Metode

Pelaksanaan kegiatan magang mahasiswa yang dilaksanakan di PT Ultra Peternakan Bandung Selatan ini menggunakan metode antara lain :

3.2.1  Pengumpulan Data Secara Langsung
·      Wawancara
Mahasiswa melakukan wawancara dengan pihak-pihak dari instansi yang bersangkutan guna mengetahui segala hal yang diperlukan.
·      Observasi
Mahasiswa melakukan pengamatan langsung di lapangan disertai studi literatur yang dapat memperkuat tujuan yang hendak dicapai.

3.2.2 Pengumpulan Data Secara Tidak Langsung
·         Studi pustaka
Mahasiswa mencari dan mempelajari pustaka mengenai permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan pelaksanaan On Farm mahasiswa.
·         Dokumentasi dan data-data
Mahasiswa kegiatan pendokumentasian (foto, catatan dan informasi) dan mengumpulkan dan atau hasil-hasil yang ada pada pelaksanaan magang mahasiswa berlangsung.



BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1   Sejarah Dan Profil Perusahaan



P.T. Ultra Peternakan Bandung Selatan (P.T. UPBS) merupakan peternakan yang bergerak dalam bidang peternakan sapi perah.  Pendirian peternakan ini didasari dengan kebutuhan Industri Pengolahan Susu oleh PT Ultra Jaya Milk Industri and Trading Company Tbk. yang saat itu belum memiliki peternakan sendiri. P.T. Ultra Jaya dengan Koperasi Peternakan Bandung Selatan (KPBS) merupakan kerjasama dalam penyediaan susu.
Gambar 3. PT. Ultra Peternakan Bandung Selatan

Lokasi peternakan ini berawal dari kebun karet, teh dan sayuran milik P.T. Ultra Jaya yang bernama ALBA (Almanak Baru) yang selanjutnya diubah menjadi Peternakan skala besar.  Pada tanggal 12 Februari 2008 dilakukan pembongkaran kebun teh di lokasi yang akan dijadikan sebagai peternakan P.T.Ultra Peternakan Bandung Selatan.  Selain pembongkaran kebun teh, dilakukan pula pembuatan lagoon yakni kolam penampungan limbah serta pengeboran air sumur.  Tanggal 07 Desember 2009 dilakukan pembukaan P.T. Ultra Peternakan Bandung Selatan dengan acara wayang golek.  Pada bulan Januari 2009 telah mencapai pembangunan tahap akhir.  Pada bulan Maret 2009 fasilitas peternakan sapi tersebut siap diisi oleh sapi.

Pembelian sapi dari peternakan Mr.  Jhon Gibney di Australia yaitu sapi yang dibeli adalah sapi dara  dalam keadaan bunting.  Pengiriman sapi dilakukan melalui penerbangan.  Tanggal 11 April 2009 pada pukul 04.00 WIB didatangkan sapi tahap pertama sebanyak 150 ekor dan sampai di Ultra Peternakan Bandung Selatan (UPBS) pada pukul 13.00 WIB.  Pengiriman dilanjutkan hingga tanggal 20 Juni 2009, sehingga total populasi menjadi 580 ekor dan populasi sapi ini terus bertambah hingga saat ini mencapai 2550 ekor sapi laktasi produktif.

4.2    Visi dan Misi Perusahaan

Menjadi perusahaan yang memproduksi susu sapi segar yang berkualitas baik sesuai dengan standarisasi susu dan keamanan pangan.
 Misi
Mewujudkan visi yang telah ditetapkan, maka perlu dijabarkan lebih operasional dalam misi. Adapun misi PT. Ultra Peternakan Bandung Selatan (UPBS) adalah sebagai berikut :
1.   Menyelenggarakan pelatihan teknis dan fungsional di bidang kesehatan hewan dan kesehatan peternak anggota dan peternak pekerja di PT. UPBS.
2.   Melaksanakan pengembangan sarana dan prasarana pelatihan di bidang kesehatan hewan.

4.3      Struktur Organisasi Perusahaan

P.T. Ultra Peternaakan Bandung Selatan merupakan peternakan yang didirikan untuk kebutuhan susu P.T. Ultra Jaya.  P.T. UPBS dipimpin oleh seorang manager dan asisten manager.Asisten manager bertanggung jawab kepada manager.  Staff accounting, HRD, Supervisor pakan, Supervisor milking dan Supervisor kandang bertanggung jawab kepada asisten manager.  Struktur organisasi di P.T. UPBS dapat dilihat pada Gambar.



Presiden Direktur
Sabana Prawiradjaja
Direktur 1
Engkun Maskun
engku
Direktur 2
Harijanto Hendranata

Manager Farm PT.UPBS
William Hoggan Clews
 











Assisten Manager Farm
Mulidirja Tanubrata
Consultant Farm
Jeremy Hockin
Supervisor Kandang
M. Mikael Putro U.
Supervisor Milking
Tedi Kustari
Supervisor Gudang
Aris Kadarisman
Breeding Rail
Youngstock

Maturnity
Foot Trimming
Hospital
Operator Milking
Operator Kandang
Feeding
Laboratorium
Administrasi






 


4.4    Ketenagakerjaan

P.T. Ultra Peternaakan Bandung Selatan memiliki empat golongan ketenagakerjaan meliputi karyawan tetap, peternak yang  merupakan anggota KPBS, pekerja harian, dan pekerja borongan.  Karyawan tetap adalah tenaga kerja yang mendapatkan bayaran setiap bulannya dan telah termasuk dalam karyawan tetap di perusahaan, sehingga tidak memerlukan tandatangan kontrak kerja.  Peternak adalah tenaga kerja yang mendapatkan bayaran setiap bulannya, syarat menjadi peternak diperusahaan ini harus mendapatkan pendidikan selama satu tahun dari pihak P.T. UPBS.  Peternak diberikan modal usaha oleh P.T. UPBS berupa sapi sebanyak 15 ekor per orang dengan pengambilan modal berupa produksi susu yang dihasilkan dari sapi-sapi tersebut.  Namun, setelah beberapa lama peternak tidak konsekuen dalam perjanjian dan dalam melakukan pekerjaan, maka sekarang peternak tidak ada kerja sama lagi dengan pihak P.T. UPBS kembali dan sebagai penggantinya direkrut kembali 2 karyawan tetap pada masing – masing pegawai milking ( pemerahan yang bertugas untuk menggiring sapi dari kandang sampai milking parlour ( tempat pemerahan ) dan juga membersihkan kandang. Tenaga kerja harian adalah tenaga kerja yang mendapat bayaran setiap mingggunya, pekerja ini ditempatkan di bagian kebun rumput.

Karyawan di P.T. UPBS memilliki latar belakang yang beragam.  Karyawan tetap umumnya lulusan Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Sarjana yang memiliki keahlian khusus.  Peternak, pekerja harian, dan pekerja borongan umumnya lulusan SD sampai SMA sederajat.

Pembagian jam kerja karyawan tetap dan peternak ditentukan oleh pihak manajemen.  Jam kerja bagian kantor HRD dari hari senin sampai jumat  dimulai pukul 08.00 – 16.00 WIB dan dari hari sabtu dimulai dari pukul 08.00 – 14.00 WIB.  Jam kerja kantor milking dan karyawan tetap dari hari senin sampai sabtu dimulai pukul 07.00 – 16.00 WIB dan hari libur ditetapkan oleh manajemen.  Peternak dibagi menjadi tiga shift( waktu bekerja )  Shift pertama dimulai pukul 07.00 – 14.00 WIB, shift kedua dimulai pukul 14.00 -22.00 WIB dan shift ketiga dimulai dari pukul 22.00 – 07.00 WIB.  Jam kerja operator kandang dan milking terbagi juga menjadi dua shift yaitu shift pertama yang dimulai dari  pukul 07.00 – 19.00 WIB dan shift ketiga dimulai dari pukul 19.00 – 07.00 WIB.

4.5    Sarana produksi

4.5.1    Luas Lahan dan Penggunaannya
SILAGE
FARM
MESSS



4.5.2    Jenis-jenis Sapi dan jumlah populasi
Bangsa sapi yang dibudidayakan di PT.Ultra Peternakan Bandung Selatan adalah sapi bangsa Fries Holstein dan Jersey Cross (hasil persilangan antara Jersey dengan Fries Holstein).Jumlah total sapi dan jumlah setiap grup nya yang terdapat di PT.Ultra Peternakan Bandung Selatan, jadi total populasi sapi sebanyak 3120 ekor.

Tabel 1. Populasi Sapi Perah Setiap Group pada Tanggal 16 Oktober 2015
 




4.6      Peralatan Kandang dan Sarana Pendukungnya

Peralatan merupakan salah satu penunjang dalam kelancaran  pemeliharaan usaha peternakan.  Peralatan yang digunakan untuk proses produksi dan pemeliharaan sapi perah.  P.T. UPBS menggunakan seluruh peralatan penunjang produksi yang berasal dari Delaval.  Peralatan penunjang saat pemeliharaan dan produksi yang di gunakan P.T. UPBS.


No.
Jenis
Jumlah (unit)
Fungsi
1
Chopper
3
Mencacah hijauan segar dan yang akan dibuat silase
2
Versa Bagger
1
Pemasukan pecahan hijauan ke dalam sillage bag untuk pembuatan silase
3
Mesin Grinder
1
Penghalus kedelai
4
Timbangan duduk
1
Alat timbang  milk powder
5
Milk bar(teat bar)
7
Alat pemberian susu pada pedet
6
Conector ear tag
2
Untuk pemasangan ear tag dan RV ID
7
Kalung Transponder dan activity

Transponder sebagai sensor saat sapi birahi.
8
Bucket milk system (mesin perah portable)
6
Alat perah pada sapi yang terkena mastitis dan pemerahan susu pertama (colostrum)
9
Dehorner
3
Alat pemotong tanduk
10
Trolly
2
Tempat penyimpanan obat-obatan saat pemeriksaan kesehatan
11
Mesin perah
48
Alat perah sapi laktasi
12
Colling unit
7
Tempat penampungan susu selama proses pemerahan sebelum diangkut ke pabrik Ultra Jaya
13
Pisau potong kuku
4
Alat yang di gunakan untuk memotong kuku sapi
14
Milk can
15
Tempat menampung susu mastitis dan colostrums yang diperah dalam ruang pemerahan (milkiong pallor)

15

Farm traktor

5

Alat berat yang di gunakan untuk memberi pakan, mengankut pakan, dan membantu untuk pemeliharaan sapi.
16
Bobcat
2
Alat bantu untuk mendorong pakan dan mendorong kotoran yang ada didalam kandang.
17
Bak pencampur susu pedet
4
Tempat untuk mencampur susu formula pedet
18
Alat berat (loader)
2
Alat untuk membantu mengangkat bahan pakan dan membantu memindah barang.
19
Mixer (troli mixer)
3
Alat untuk menampung, mencampur pakan sapi, konsentrat pedet, dan susu pedet.
20
Boreco
1
Alat untuk membersihkan frestall(tempat tidur sapi)
Dan untuk menabur kapur di forestall
21
Timbangan pedet
1
Untuk menimbang pedet yg baru lahir


Gambar 8. Timbangan pedet   Gambar 9.Boreco  Gambar10.Tracktor

4.7      Manajemen perkandangan

Santosa (2009) menyatakan bahwa tatalaksana perkandangan merupakan salah satu faktor produksi yang harus mendapat perhatian dalam usaha peternakan sapi perah. Konstruksi kandang yang tidak sesuai dengan persyaratan teknis akan mengganggu produktivitas ternak, kurang efisien dalam penggunaan tenaga kerja dan berdampak terhadap lingkungan disekitarnya. Beberapa persyaratan yang diperlukan dalam mendirikan kandang antara lain memenuhi persyaratan kesehatan ternak, mempunyai ventilasi yang baik, efisiensi dalam pengelolaan, melindungi ternak dari pengaruh iklim dan keamanan kecurian, serta tidak berdampak terhadap lingkungan disekitarnya.

Sapi perah di PT. UPBS Pangalengan selalu berada di dalam kandang. Hanya saja pada saat sapi akan di perah sapi tersebut di bawa ke luar kandang menuju ke tempat pemerahan atau ke tempat proses  milking. Oleh karena itu kandang bukan hanya berfungsi sebagai tempat tinggal saja, akan tetapi juga harus dapat memberi perlindungan dari segala aspek yang mengganggu.




4.7.2        Lokasi dan Syarat Kandang
Kandang sapi perah di PT. UPBS Pangalengan di bangun di daerah pegunungan yaitu berada di Kecamatan Pangalengan dengan kondisi alam yang dingin, tanah yang subur sehingga sapi perah impor asal Australia dapat dengan mudah beradaptasi dan berproduksi secara optimal. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Utami, dkk (2004) yang menyatakan bahwa kondisi lingkungan sapi perah di Indonesia pada umumnya disesuaikan dengan kondisi lingkungan seperti di USA karena untuk kebaikan dalam mempertahankan kondisi hygienis di kombinasikan dalam kondisi tropis. Pada dasarnya kandang ternak perah harus dapat mengeliminir segala pengaruh faktor luar yang dapat mengganggu terhadap ternak sehingga ternak merasa nyaman berada dalam kandang.
Masing-masing ternak mempunyai sifat dan karakteristik yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya, sehingga dalam membangun kandang sebaiknya harus memperhatikan aspek sosial yang ada. Apakah dampak yang timbul dari usaha peternakan tersebut dapat mengganggu lingkungan sekitar. Karena usaha peternakan dapat menghasilkan limbah atau kotoran yang baunya sangat menyengat hidung apabila kotoran tersebut bercampur dengan air kencing, sisa-sisa pakan dan sisa air minumnya, terlebih-lebih bila kotoran atau limbah tersebut tidak dikelola dengan baik, maka akan menyebabkan pencemaran lingkungan (Nugroho, 2008). Untuk mengantisipasi hal tersebut, PT. UPBS Pangalengan membangun kandang yang jauh dengan tempat tinggal atau rumah penduduk sekitarnya. Hal ini untuk mengantisipasi dampak negatif akibat limbah atau kotoran ternak yang di usahakan.

Pembangunan kandang di PT. UPBS Pangalengan sudah termasuk baik, karena pada pembangunan kandang sudah tepat. Kandang sapi perah di bangun menghadap dari arah Timur ke Barat dengan penyinaran matahari yang cukup. Sinar matahari yang paling baik bagi ternak adalah sinar matahari pagi. Oleh karena itu bagian kandang yang terbuka dibuat menghadap ke arah masuknya sinar matahari pagi.

Ventilasi kandang di PT. UPBS sudah cukup sangat terbuka untuk keluar masuknya udara. Pertukaran udara yang baik dapat menghasilkan udara yang segar, bersih, dan sehat di dalam kandang. Ventilasi kandang yang sempurna sangat menguntungkan bagi ternak yang tinggal di dalam kandang. Karena ventilasi bermanfaat untuk mengeluarkan udara kotor dari dalam kandang dan menggantikan udara yang segar dari luar kandang.

Letak kandang dekat dengan sumber air, karena air merupakan kebutuhan sehari – hari yang harus ada yang digunakan untuk kebutuhan air minum ternak, membersihkan kandang, dan peralatan. Lokasi kandang dibuat jauh dari keramaian, karena apabila kandang dibangun dekat dengan keramaian dapat menyebabkan ternak tidak tenang, yang akhirnya dapat menurunkan produksi.

Parit/gutter dibuat di tepi dan depan kandang, berfungsi untuk mengalirkan air kencing, air bekas flushing, dan air hujan, supaya air tidak menggenang di kandang dan sekitarnya. Menurut Nugroho (2008) Air yang menggenang merupakan media yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan bibit penyakit. Air kencing dan air dalam kandang dan diluar kandang sebaiknya dialirkan kelahan rumput, karena air tersebut banyak mengandung unsur hara yang sangat baik untuk pertumbuahan tanaman.

Hal tersebut telah sesuai dengan pendapat Syarief (2009) bahwa beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pembangunan kandang adalah :
  1. Cahaya matahari. Kandang harus dapat diterangi secara langsung maupun tidak langsung oleh sinar matahari. Jadi kandang harus selalu terang, tidak suram; hal ini mencegah berkembangnya mikroorganisme yang akan mengganggu ternak di kandang. Kandang yang terang mudah untuk dibersihkan.
  2. Ventilasi. Konstruksi kandang diusahakan sedemikian rupa sehingga memungkinkan pertukaran udara segar yang lancar. Pertukaran udara luar dan dalam kandang yang lancar membuat kandang selalu segar.
  3. Letak kandang. Kandang yang dibangun hendaknya terletak dibawah tempat sumber air, sehingga memungkinkan air disalurkan ke kandang dan terletak lebih tinggi dari tempat penanaman rumput sehingga sisa – sisa kotoran dari kandang dapat dialirkan ke kebun rumput.
  4. Parit (gutter). Pembuatan parit dalam kandang hendaknya sedemikian rupa sehingga memudahkan pengaliran kotoran dari kandang terutama faeces, sehingga kandang dapat selalu dalam keadaan bersih.
Kandang di PT. UPBS Pangalengan terbuat dari bahan yang kuat, tiang kandang terbuat dari besi, atap kandang dari seng, dan alas kandang beton. Kandang untuk ternak sapi perah dirancang senyaman mungkin, agar ternak sapi perah dapat berproduksi secara optimal.

Kandang group 9 di PT. UPBS Pangalengan adalah tipe kandang freestall headlock. Tipe tersebut ialah tipe kandang modern dan bebas berupa ruangan tanpa pembatas antar sapi sehingga di dalam kandang sapi dapat bergerak bebas. Santosa (2009), menyatakan bahwa kandang bebas berupa ruangan yang luas tanpa ada penyekat di antara sapi perah, dalam kandang ini, sapi perah bebas bergerak dalam kandang. Dibandingkan dengan kandang konvensional, kandang bebas membutuhkan lahan yang lebih luas. Kandang dibuat loose tanpa penyekat agar sapi dapat bebas bergerak. Menurut Nugroho (2008), gerak jalan pada sapi-sapi yang sedang laktasi adalah penting sekali guna menjaga supaya tetap sehat, terutama sapi-sapi yang dipelihara didalam kandang terus-menerus selama 24 jam dan tak pernah dilepas di lapangan rumput. Untuk ini sapi-sapinya perlu dilepas di lapangan rumput selama 1 - 2 jam supaya sehat kukunya dan mendapat sinar matahari. Kandang group 9 memiliki ukuran dengan panjang 100 m, lebar 25 m, dengan tinggi bangunan yaitu 8 m. Luas kandang tesebut yaitu 2500 m2 yang memiliki populasi 210 ekor dengan luas per ekor yaitu 11,9 m2.

Lantai kandang terbuat dari semen, rata, tidak licin dan tidak tajam sehingga sapi dapat berdiri tegak, berbaring secara nyaman. Kandang memiliki luas 2500 m2 dengan panjang 100 m dan lebar 25 m termasuk alley 5 m. Kemiringan kandang yaitu 2% dari panjang kandang yaitu 2 m atau 1.15o sehingga air limbah hasil membersihkan kandang mengalir dengan baik. Menurut Utami, dkk (2004), bahwa syarat yang harus dipenuhi dalam bangunan kandang adalah memberi kenyamanan terhadap ternak dan bagi pemeliharanya, memenuhi syarat kesehatan bagi ternak, ventilasi atau pertukaran udara sempurna, dan mudah dibersihkan sehingga tenaga kerja lebih efisien.

Dinding kandang pada kandang freestall headlock di PT. UPBS Pangalengan hanya berupa tiang-tiang penyangga yang kuat dan besi pembatas agar sapi tidak dapat keluar dari kandang.

4.7.4.2  Bedding
Bedding adalah tempat sapi dengan alas untuk istirahat. Bedding berfungsi sebagai penghangat  tubuh sapi di waktu malam hari dan sebagai bantalan, agar bagian tubuh sapi mendapatkan bantalan yang empuk pada saat tidur. Beeding berpengaruh terhadap kenyamanan sapi.  

Bedding di PT. UPBS Pangalengan untuk sapi laktasi dan dara terbuat dari busa yang taburi dengan kapur, sedangkan untuk pedet menggunakan serbuk gergaji. Kapur berguna sebagai pembunuh bakteri tertentu. Pembersihan dan pemberian kapur pada bedding dilakukan ketika sapi keluar untuk diperah. Seharusnya populasi sapi di sesuaikan dengan jumlah bedding. Ukuran bedding dibuat sedemikian rupa agar manure dapat jatuh tepat di lantai kandang dan tidak mengotori bedding. Pada sapi laktasi dan dara jarak tinggi bedding dengan lantai kandang yaitu 18 - 20 , sedangkan untuk pedet ketebalan bedding yaitu 10 cm. Penggantian bedding  pada pedet dilakukan apabila sudah terlihat basah baik itu karena urin pedet maupun feses pedet. Beeding sapi dapat dilihat pada gambar
Gambar 12.  Beeding Kandang Laktasi
4.7.5      Atap Kandang
Atap kandang di PT. UPBS Pangalengan menggunakan sistem atap monitor untuk bahan atap yang digunakan berupa seng yang bergelombang.  Hal tersebut sesuai dengan pendapat Santosa (2009), atap genting, seng, dan daun rumbia dapat digunakan sebagai bahan atap untuk perkandangan sapi perah dalam periode pertumbuhan di daerah dataran rendah tanpa menimbulkan pengaruh yang nyata terhadap konsumsi pakan dan air serta pertumbuhannya. Walaupun atap seng menyebabkan frekuensi respirasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan atap genting dan daun rumbia, namun denyut nadi dan suhu rektal tidak berbeda nyata.



Tempat pakan di PT. UPBS Pangalengan tidak menggunakan rak pakan seperti di peternakan – peternakan biasanya. Tetapi pakan di letakkan di feedbunk, yaitu tempat untuk meletakkan pakan sapi yang terdapat di pinggir kandang. Peletakkan pakan dengan sistem tersebut bertujuan agar mempermudah dalam pemberian pakan. Ukuran tempat pakan memiliki panjang 100 m dan lebar 1 m.
Pemajuan pakan dilakukan ketika pakan mulai mundur, pemajuan pakan dilakukan 2 kali dalam sehari dengan menggunakan alat berat. Tujuan pemajuan pakan dilakukan agar menjaga feed intake sapi perah tetap tinggi, sehingga dapat berproduksi secara optimal. Tempat minum yang dipakai menggunakan dumptank dengan ukuran yaitu panjang 200 cm, lebar 80 cm, dengan kedalaman 30 cm.  

Kandang harus dalam keadaan bersih, karena kandang yang kotor akan mengundang lalat, sehingga memungkinkan datangnya penyakit yang merugikan peternak. Kebersihan selokan juga perlu diperhatikan, karena jika selokan tidak mengalir lancar akan meninggalkan genangan – genangan air bekas flushing yang dapat menyebabkan penyumbatan selokan. Kebersihan feedbunk dan dumptank harus selalu bersih, terutama dari sisa – sisa bekas makanan penguat, sebab apabila tidak bersih akan timbul pembusukkan dan jamur – jamur yang merugikan pada sisa pakan tersebut, sehingga dapat mengganggu kesehatan sapi.
Proses pembersihan kandang laktasi dilakukan pada saat sapi keluar untuk diperah atau miliking. Pembersihan kandang di lakukan dengan tongkat pembersih kemudian bersamaan dengan flushing. Flushing yaitu sistem pembersihan kandang dengan menggunakan air untuk membersihkan manure (kotoran sapi).
Langkah-langkah yang dilakukan untuk membersihkan kandang yaitu :
1.    Membuang kotoran yang ada pada badding.
2.    Siramkan larutan Oxonia Active(PA)  dengan tipis pada setiap badding.
3.    Taburkan limestone pada freestall bagian belakang selebar 60-80 cm.
4.    Kotoran sapi didorong menuju selokan drainase menggunakan mesin Bobcat.
5.    Kemudian kandang di flushing hingga kandang bersih. Usahakan ketika sedang memflushing kandang tidak sapi yang berada di kandang.
 

4.8        Sumber Air dan Penggunaannya

Sumber air bersih di PT.Ultra Peternakan Bandung Selatan berasal dari tiga sumur bor dengan kedalam ± 300 meter yang ditampung pada 4 buah tangki air yang mempunyai kapasitas 60 m3 . Air yang ditampung pada tangki disalurkan melalui pipa ke seluruh kandang,kantor,gudang, dan mess karyawan. Air dipergunakan untuk mengisi seluruh tempat minum di kandang, membersihkan peralatan peternakan serta untuk memenuhi kebutuhan karyawan sehari-hari.

4.9  Perkawinan ternak (Breeding)

4.9.1      Perkawianan alami (Bull)
Reproduksi merupakan suatu kemewahan fungsi tubuh yang secara fisiologik tidak fital bagi kehidupan bagi individual tetapi sangat penting bagi kelanjutan ke turunan  suatu jenis atau bangsa hewan. Perkawinan yang di maksud yaitu perkawinan secara alami bukan dari hasil inseminasi. Utuk reproduksi pada pemeliharaan sapi perah dewasa dalam satu koloni atau satu kandang terdapat 2-4 pejantan. Pejantan yang dicampur di dalam satu kandang atau satu koloni bertujuan untuk : merangsang birahi pada sapi betina, perkawinan yang alami, mendeteksi sapi betina yang birahi, dll.

4.9.2      Breeding real (Inseminasi buatan)
Breeding real yaitu tempat untuk penanganan pembibitan sapi (inseminasi buatan), ditempat ini juga dilakukan pengecekan kebuntingan dan sapi yang kurang sehat atau sakit pada organ reproduksinya (metritis) dan pengecekan sapi yang pincang .Sapi-sapi yang di chek yaitu grup 4,6,8,9,10,15dan16. Tetapi sapi tidak selalu berurutan posisi kandangnya karena mungkin ada  pergantian kandang atau yang lainnya.Tetapi yang penting setiap sapi laktasi yang telah melalui proses pemerahan susu , maka akan melewati breeding real untuk dilakukan pemeriksaan kebuntingan, birahi atau yang lain. Dalam menyamakan tingkat berahi pada sapi yang ada di P.T. UPBS telah dilakukan penyingkronan berahi dengan cara pemberian hormon progesterone yang dijadwalkan setiap hari senin.

Sinkronisasi Berahi
Day In Milk (hari)
PGF 1
32-38
PGF 2
50-56
PGF 3
64-70
GnRH 1
78-84
PGF 4
85-91
GnRH 2
87-93

Kegiatan yang dilakukan:
1)    Pemberian tanda chalk (krayon khusus)
pemberian krayon khusus ini bertujuan untuk mengetahui sapi sedang birahi atau tidak.tanda chalk pada bagian pangkal ekor sapi kurang lebih sepanjang 10 cm jika tanda pada pangkal ekor ini hilang berati sapi harus di cek apakah sapi ini sedang birahi atau sapi tidak birahi(NoHeat/NH ).warna chalk hijau di pinggir satu berati sapi dalam status Open,Fresh,Aborted,Breed. Namun setelah berjalan tanda chalk pada sisi / punggung sapi tidak diberlakukan karena kurang efektif dan apabila mau mengecek status pada satu sapi kita Cuma memberitahukan nomor / nama sapi yang dicurigai kepada operator computer, dengan begitu maka sudah jelas statusnya maka tinggal dilakukan pengecekan. Dan juga terdapat perbedaan tentang perlakuan inseminasi buatan yang dilakukan pada sapi heifer lepas sapih ( berada di kandang Head Lock 1 ) yaitu sekarang dilakukan pengecekan semuanya dengn memnggiring semua sapi heifer pada breeding real.

2)    Gangguan/kelainan pada reproduksi sapi
·        Metritis                               :infeksi di rahim/uterus dicek pertama pada DIM:26
·        Sering kawin                      :Sistik ovari
·        Kawin tidak bunting           :Kematian embrio dini umur 7 hari invundibulum tersumbat
·        Tidak pernah birahi            :Ovari hipo fungsi/tidak normal
·        Berahi tenang                    :Sapi diam tidak terditeksi Bull/orang

3)  PKB (Pengecekan KeBuntingan) dan sapi berahi
PKB dilakukan pada umur kebuntingan 40hr,90hr,dan 270hr.setelah PKB terakhir sapi bisa di DRY atau kering kandang pada umur kebuntingan 270-275hari selama 60 hari.pengecekan ini harus dilakukan dengan teliti agar tidak ada kesalahan sapi yang sudah bunting.

Pengecekan sapi birahi dilihat dari tanda chok yang hilang setelah itu di rogoh pada kloakanya kalau vulva mengeluarkan cairan kental berwarna putih bening berarti sapi tersebut birahi dan siap untuk di IB.

4) Jenis-jenis straw ( sperma/ semen)
·    Lokal : Starlight,toyjet,Dermont,Longlife dan Creeton di gunakan untuk sapi-sapi yg sudah laktasi atau di IB ulang dan tidak diambil anaknya biasanya di IB dengan strow sapi pedaging.
·    Impor: Douglas,Planet,Jenni,bowser,Merlin Xa,Micah, Zamrot, Ermer di gunakan tergantung data sapi yang akan di IB.
·    Sexymen biasa di gunakan untuk sapi dara yang sudah birahi dan biasanya anaknya yang keluar 90% betina & 10% jantan.biasanya hasil anaknya di pelihara lagi baik jantan atau betina. Dan strow ini banya digunakan untuk IB sapi dara atau untuk pertama kali di lakukan inseminasi buatan.
Cara untuk menyiapkan strow disebut dengan Thawing dengan waktu 40 detik, thawing yang dilakukan adalah thawing musim dingin yaitu dengan mengusahakan suhu semen setelah di panaskan dengan suhu tubuh.
Langkah-langkah thawing:
·         Siapkan strow letakan pada air hangat selama 40 detik
·         Siapkan plastik sheet lalu masukan kedalam baju dan gun
·         Angkat strow dengan pinset dan lap dengan tisu potong ujungnya,
·         Masukan ke dalam plastic sheet
·         Masukan gun dan kunci cara ini strow bisa bertahan selama 15 menit.

4.10      Kelahiran

Akhir dari proses kehamilan adalah kelahiran. Kelahiran adalan proses fisiologik dimana uterus yang bunting mengeluarkan anak dan plasenta dari saluran kelahiran.
Tanda-tanda menjelang kelahiran adalah :
a.    Terjadi relaksasi pada bagian pelvis yaitu pada ligamentum sacro spinasum dan otot-otot disekitar pelvis dan tungging.
b.    Otot terlihat kendor khususnya disekitar pangkal ekor.
c.    Pangkal ekor diangkat keatas.             
d.    Sisi perut mengempis dan secara keseluruhan perut kelihatan mengecil atau perut akan tenggelam/jatuh.
e.    Ambing mengembang dan mengeras.
f.     Dari puting susu kadang-kadang keluar cairan.
g.    Ternak terlihat gelisah.
h.    Terjadi pembengkakan (edema) pada vulva, dapat mencapai 2 sampai 4 kalinya.
i.      Lender cervix yang berfungsi menyumbat servix pada saat kebuntingan akan mencair.
j.      Reaksi dinding abdominal.
k.    Ternak berusaha mengasingkan diri.

Proses diatas menjadi tiga tahap yaitu :
·         Tahap pertama
Pertama-tama uterus akan berkontraksi dan secara bertahap akan mendorong kantong air terhadap sisi uterin menyebabkan cervix berdilatasi. Tahap pertama ini pada sapi antara 2 sampai 6 jam. Tahap pertama dapat dilihat pada Gambar.


·         Tahap kedua
Terjadi kelahiran yang sebenarnya yaitu vetus keluar dari uterus melalui cervix, vagina dan vulva. Pada saat ini kantong air akan pecah secara refleks dan mengawali kontraksi otot-otot abdominal. Dengan adanya dua macam kontraksi yaitu kontraksi uterus dan kontraksi abdominal maka fetus akan terdorong melalui saluran kelahiran. Tahap kedua dapat pilihat pada Gambar.

·         Tahap ketiga
Tahap ketiga adalah mengeluarkan plasenta, mengikuti fetus keluar. Plasenta merupakan tempat fetus berada di uterus dan harus dikeluarkan bersamaan dengan keluarnya fetus, apabila plasenta tidak dikeluarkan, maka akan terjadi retensi plasenta yang dapat mengakibatkan busuk pada uterus induk tersebut.
Setiap pedet yang dilahirkan,  maka induknya akan diberi tanda (  chalk ) pada punggungnya yang berguna untuk member informasi tentang kelahiran tersebut apakah lahir jenis kelamin jantan, betina, besar, kecil normal atau dibantu. Untuk keterangan tanda chalk dapat dilihat pada gambar


Keterangan gambar dapat dilihat pada tabel.
Penandaan
Keterangan
Tidak ada tanda (no mark)
Pedet betina kecil
Tanda hijau 1
Pedet betina medium
Tanda hijau 2
Pedet betina besar
Tanda hijau 3
Pedet jantan kecil
Tanda hijau 4
Pedet jantan medium
Tanda hijau 5
Pedet jantan besar
Tanda merah 1
Ditarik(dibantu) dengan tangan
Tanda merah 2
Ditarik(dibantu) dengan calf puller
Tanda merah 3
Pedet mati saat di lahirkan
Tanda merah 4
Lahir kembar
Tanda merah 5
Lahir kembar mati
Tanda merah 6
Abortus

 

4.11   Manajement Pemeliharaan

4.11.1     Calf Maternity

Calf Maternity adalah divisi yang mencakup pedet baru lahir hingga sapi siap lepas sapih. Penanganan calf Maternity terdapat tiga manajemen yaitu manajemen pemeliharaan, manajemen pemberian pakan dan manajemen kesehatan pedet.

4.11.1.1     Pemeliharaan Pedet
Dalam penanganan pedet baik yang baru lahir maupun untuk perkembangan pedet selanjutnya, perlu memperhatikan beberapa hal, yaitu :
1)    Perlakuan terhadap pedet yang baru lahir :
Ø  Pedet  yang baru saja dilahirkan harus segera mendapatkan perawatan secara cepat, tepat, dan tanggap dari operator.
Ø  Tali pusar pedet yang baru saja dilahirkan, segera dicelup menggunakan iodine povidone/alkohol.
Ø  Pedet segera diberi susu dari ibunya sebanyak 2,5 liter dan diberikan lagi sekitar 6-8 jam berikutnya.
Ø  Dalam rentan waktu 4-6 jam, pedet dipindahkan ke kandang perawatan intensive pedet (calf intensive care pans).
Ø  Setelah umur pedet memasuki 6-12 jam, pedet diperkenalkan minum susu dengan menggunakan teat bar.
Ø  Memasuki usia 12-56 jam, pedet setidaknya harus diberi susu kolostrum minimal 5 liter, sebaiknya 6 liter jika kolostrum mencukupi.
Ø  Pada usia 56-72 jam, jika pedet menghisap susu menggunakan teat bar sudah bagus, maka dia bisa dipindahkan ke kandang samping kandang Maternity.
Ø  Pada usia 72 jam-60 hari, jika pada waktu itu pedet masih harus didorong (dibantu) menyusu ke teat bar, maka pedet tersebut harus dipisahkan dan dicat di white board untuk diperhatikan lebih lanjut.
2)    Pemberian kolostrum dan susu tambahan pada pedet :
Ø  Umur 0-1jam pedet diberi 3 liter kolostrum dengan kualitas yang sangat baik dengan menggunakan stomach tube, kolostrum hanya diambil dari sapi laktasi ke-2 dan ke-3. Pedet rentan terhadap infeksi saluran pencernaan oleh karena itu diberi interflox oral, sebagai antibiotik untuk mencegah infeksi saluran pencernaan.
Ø  Umur 5-7 jam pedet diberi 3 liter kolostrum.
Ø  Umur 18 jam-2 hari diberikan lagi tambahan kolostrum sebanyak 3 liter menggunakan teatbar setiap harinya.
Ø  Umur 2-42 hari diberi campuran 50% susu bubuk 50% susu induk, susu bubuk sebanyak 0,75 kg dalam 6 liter air menggunakan calfeeder.
Pedet yang baru lahir segera diberi tanda RV - ID sebagai nomor catatan recording data pedet tersebut. Pengambilan sampel untuk test penyakit (BVD) yaitu dengan memotong sedikit bagian pada telinga pedet. Nomor eartag diberikan 10-15 hari pasca melahirkan.  Pada ear tag, dicantumkan nama dan nomor sapi bagi betina.  Bagi pejantan hanya dicantumkan nomor sapi, hal tersebut dikarenakan pejantan tidak dibesarkan melainkan akan dijual.  Pejantan yang dinilai unggul akan diberi nomor ear tag serta nama dan sebagai bibit pejantan.  RV-ID, eartage dan tang eartage dapat dilihat pada Gambar
Pada umur 48 jam sampai kurang dari 20 hari, pedet diberi  375 gr susu pengganti (milk replacer) yang dicampur dengan antibiotik (demoxan) dan ditambah dengan air panas 3 liter dengan suhu pemberian 36°C-38°C selama dua kali sehari.  Suhu tersebut disesuaikan dengan aliran darah, pemberian susu yang terlalu dingin menyebabkan diarre pada pedet.  Umur <20-42 750="" diberi="" gr="" hari="" i="" pedet="">milk replacer
yang dicampur dengan tiga liter air panas dengan suhu pemberian susu kurang lebih 38C  selama satu hari sekali. Namun pemberian susu secara manual kurang efektif, jadi dibuatkan pemberian milk replacer yang menggunakan system mekanik / pemberian  milk replacer pada pedet secara individu. Dan data sudah sama sesuai dengan kebutuhan pedet tersebut dan padet tidak akan bisa minum melebihi kapas

Gambar 19. pemberian kolostrum dengan teat bar



Gambar 20. dan mesin Milk replacer/calfeeder

4.11.1.2         Manajemen Pemberian Pakan Pedet
Pada umur tiga hari, pedet dikenalkan dengan konsentrat dengan pemberian yang sedikit pada minggu pertama.  Konsentrat yang tersedia selalu diganti tiap harinya.  Sisa pakan konsentrat selalu ditimbang untuk mengetahui konsumsi pakan pedet.  Pedet diberi konsentrat secara terus-menerus selama tiga bulan.  Saat umur tiga minggu, pedet dikenalkan dengan pakan TMR (Total Mixed Ration) tujuanya untuk adaptasi pakan. 

Pedet yang telah berumur  kurang lebih 42 hari akan disapih dengan syarat mengkonsumsi pakan 1,5 kg konsentrat/ hari dengan tinjauan konsumsi pakan dua hari sebelumnya (minimal tiga hari berturut-turut konsumsi pakan 1,5 kg/ hari). Pakan yang terkonsumsi sebanyak 1,5 kg/ hari merupakan 1,8 kg dry matter intake (bahan kering yang termakan).  Apabila pedet dirasa masih kecil, penyapihan dapat diundur sehingga pedet mendapatkan susu untuk beberapa minggu guna pertumbuhannya.  Penimbangan pedet dilakukan sebulan sekali setelah dilahirkan.


4.11.1.3           Dehorning
Sebelum dilakukan penyapihan, pedet diwajibkan telah melakukan dehorning atau potong tanduk, hal ini dilakukan untuk keamanan peternak dan keselamatan sapi saat dewasa atau kawin alam.  Pedet yang telah disapih dapat digembalakan  dengan tujuan membantu pertumbuhan pedet.  Selain itu, pedet lepas sapih terkadang mendapatkan susu tambahan yang didapat darisisa hasil pemerahan susu kolostrum dan susu mastitis. Alat dehorning yang digunakan di PT UPBS adalah alat dehorner dengan di pananskan di kompor, alat dehorner dengan listrisk, dan gunting besi.

Setiap pedet yang ditemukan sakit harus segera ditangani dan ditempatkan pada kandang hospital atau diisolasi. Ciri-ciri pedet yang harus mendapat perawatan atau pengobatan yaitu lemas, nafsu makan menurun, kulit kering, tidak mengkilat, mulut kering, kaki dan telinga saat dipegang terasa dingin dan mata sayu.
Penyakit yang sering terjadi pada pedet yaitu :
Ø  Diare
Diare adalah jenis penyakit akut dan menular pada pedet. Umumnya pedet yang mengalami diare disebabkan oleh pengelolaan manajemen. Diare umumnya terjadi pada 6 minggu pertama dengan gejala kelemahan dan dehidrasi yang akhirnya diikuti oleh kematian. Pedet yang menunjukkan gejala diare dilakukan pengobatan dengan pemberian vetoxy yaitu berfungsi sebagai antibiotik.

Ø  Bloat
Bloat adalah akumulasi gas yang berlebihan didalam rumen. Gas tersebut bisa berbentuk gas bebas atau gas berbuih yang bercampur dengan bahan pakan. Tingkat mortalitas bloat pada pedet sangat tinggi. Pedet yang menderita bloat menunjukkan distensi abdomen, rumen menunjukkan hipermortilitas, hipersalivasi dan tampak bernafas melalui mulut, ambruk kemudian mati. Bloat akibat gas bebas dapat diterapi menggunakan stomach tube, untuk membuang gas, bila tidak berhasil dilakukan trokarisasi.

Ø  Pnemonia
Pnemonia adalah suatu peradangan pada paru-paru, kondisi ini mengakibatkan adanya gangguan fungsi sistem pernafasan. Menurut welsh etal, hampir semua kejadian pnemonia berawal dari mekanisme pertahanan paru-paru yang pada pedet baru lahir sangat rentan. Gejala klinis pnemonia yaitu respirasi cepat dan dangkal, sesak napas, batuk dan keluar discharge pada hidung.
Terapi pada pedet yang mengalami pnemonia adalah pedet ditempatkan di kandang yang bersih, hangat dan berventilasi baik, terapi sangat efektif dilakukan jika telah mengetahui agen penyebab pnemonia. Pengobatan dengan antibiotik bersprektrum luas.

4.11.2   sapi dara (Heifer)

Sapi dara merupakan sapi betina hasil seleksi sejak lepas sapih sampai dengan siap dikawinkan pada umur 15-18 bulan (Deptan, 2012).  Sapi dara FH (Fries Holand) apabila memiliki bobot badan 350 kg atau 320 kg untuk Jersey Cross saat berumur 13,5 bulan.  Selain bobot badannya, perkembangan tubuh dan kesehatannya juga harus baik. Apabila sudah mencapai bobot badan tersebut sapi tersebut dapat diberi kalung transponder tujuannya untuk mengetahui tingkat aktifitas sapi sehingga dapat dilakukan inseminasi atau natur service oleh bull.   Apabila telah dilakukan inseminasi atau natur service serta dalam keadaan bunting, maka kalung transponderakan dilepas dan dipasang kembali setelah beranak.

Sapi heifer yang diinseminasi hanya menggunakan sexed semen dan hanya satu kali inseminasi.  Pada hari ke-40 setelah inseminasi, sapi heifer dilakukan PKB yaitu pemeriksaan kebuntingan  dengan metode palpasi rektal.  Apabila sapi tersebut tidak bunting, maka diberikan kesempatan kawin dengan cara natural service oleh bull pada saat birahi selanjutnya.  Sapi heifer yang positif bunting selanjutnya akan dipindahkan ke kandang kering khusus sapi heifer

4.11.3   Sapi dry

Masa kering sapi perah mulai dilaksanakan kira-kira delapan minggu sebelum ternak tersebut melahirkan. Pada kondisi ini ternak perlu mendapatkan perhatian yang ekstra agar ternak tetap sehat sehingga  untuk produksi yang akan datang menjadi lebih baik. Tujuan di laksanakannya masa kering pada sapi ternak yang bunting ini adalah untuk mengembalikan kondisi tubuh atau memberi istirahat sapi dan mengisi kembali kebutuhan vitamin serta mineral dan menjamin pertumbuhan foetus di dalam kandang. Menurut Siregar dalam Adika Putra (2009), masa kering sapi perah yang terlalu pendek menyebabkan produksi susu turun. Masa kering sapi perah secara normal adalah 80 hari dan pakan terus dijaga mutunya, terutama 2-3 bulan terakhir sebelum masa kering kandang.
Di PT UPBS pengeringan sapi bunting dilakukan dengan pemberian antibiotic (bovaclox dan orbeseal) yang disuntikkan pada intramammary dengan dosis 5,4 ml/1 syr per puting. Pemberian antibiotik dilakukan setelah pemerahan terlebih dahulu agar puting dapat terbuka dan tidak luka saat penyuntikan.
Sapi yang akan dikeringkan (dry) di puasakan selama 2-3 hari kemudian dimasukan ke dalam kandang sapi dry. Kemudian 3 minggu menjelang melahirkan, sapi di pindahkan ke kandang transisi satu untuk persiapan melahirkan (partus).
Masa kering yang terlalu lama menunjukkan gangguan reproduksi sehingga sulit untuk dijadikan bunting kembali, sedangkan masa kering yang terlampau pendek dapat menyebabkan terjadinya longevity (lama hidup berproduksi) yang pendek.  Menurut Lush dalam Sudono. et al (2003) bahwa sapi yang mempunyai longevity yang panjang akan menghasilkan susu yang lebih banyak per unit pakan yang dimakan, dengan demikian akan lebih efisien dalam biaya produksi susu. 

Sapi yang termasuk kedalam laktasi tinggi pada saat akan dikeringkan akan dilakukan pemuasaan selama tiga hingga empat hari, jika tidak akan langsung dimasukan kedalam kandang kering bunting.  Pada umur tiga minggu menjelang kelahiran, sapi akan dipindahkan kekandang transisi dua dengan melihat umur kebuntingan dan pembebasan ambing dan diberi pakan TMR 30 kg.  Satu minggu menjelang kelahiran, sapi akan dipindahkan kedalam kandang transisi satu.  Untuk sapi laktasi pertama ketika baru melahirkan maka transpondernya di pasang.  Pada saat memasuki 1-2 hari menjelang kelahiran, sapi dipindahkan ke sawdust pans (kandang melahirkan), kandang tersebut harus selalu dibersihkan setiap hari dengan alur penggantian Oxonia Activ (PA)-Limestone-sawdust baru, yang bertujuan untuk meminimalisir timbulnya bakteri dan kuman. 
           
Segera setelah melahirkan  pedet , sapi  diberi infuse 1 botol (500 ml) calciject  bawah kulit (subkutan), menggunakan jarum bersih dan steril. Sapi diberi  20 liter air hangat  ditambahkan dengan MPG mix dan 35 kg TMR.  Hal ini bertujuan agar pada saat naluri keibuan sapi uncul untuk menjilati anaknya maka sekalian juga sapi memakan pakan TMR.  Jika pada saat melahirkan sapi tersebut dan perlu ditolong kemudian tangan operator masuk kedalam vagina sapi atau menggunakan Calf puller (alat penarik pedet,pembantu melahirkan menggunakan tambang), maka secara otomatis sapi harus di inject pen strep 20 ml.   Satu jam setelah sapi melahirkan sapi diperah susu kolostrumnya terlebih dahulu kemudian diberikan ke pedet.

4.11.4   Fresh cow

Sapi yang baru melahirkan atau fresh cow merupakan pemeliharaan sapi yang intensif sebelum dipindahkan ke kandang laktasi.  Selama dikandanng ini, sapi akan diperiksa cudding (pengunyahan), rumen turn over (gerakan rumen) dan suhu rektal. Standar nilai cudding ialah 68-72 kali/menit, rumen turn over minimal 2,5/menit dan suhu rektal yang normal (38°-39°C). 
           
Sapi kandang yang baru pertama kali melahirkan ditempatkan di kandang freshcow selama satu kalli pemerahan colostrum.  Apabila sapi tersebut sakit, maka lama tinggal sapi tersebut maksimal tujuh hari atau hingga sapi tersebut sembuh di kandang fresh cow.  Di kandanng fresh cow, sapi perah yang baru pertama kali melahirkan tersebut akan langsung dipindahkan ke kandang laktasi untuk adaptasi dengan pemerahan.  Sapi perah yang sudah lebih dari satu kali melahirkan akan ditempatkan minimal 21 hari tentunya saat kondisinya sudah pulih dan memenuhi syarat baik cudding, rumen turn over maupun suhu rektal selama tiga hari berturut-turut.  Tujuannya untuk mengembalikan kesehatan sapi, pengobatan sapi terutama akibat metritis dan meminimalkan kemungkinan ternak tersebut sakit di kandang laktasi terutama akibat left Displaced Abomasum (LDA), apabila sapi terkena LDA maka sapi tersebut di pindah ke kandang hospital.

4.11.5   Sapi laktasi

Sapi laktasi merupakan sapi yang telah beranak dan menghasilkan susu.  Susu yang dihasilkan akan diproduksi sebagai susu konsumsi untuk manusia.  Untuk menghasilkan susu yang layak konsumsi,  PT UPBS melakukan tahap pemerahan diantaranya pemerahan dan pencatatan produksi susu, penanganan pra perah, penanganan pasca perah, penyimpanan susu, pemerahan pada sapi mastitis serta pencatatan pemerahan
Perkawinan dan pencatatan reproduksi dimulai pada sapi yang menunjukan tanda-tanda birahi, yang kemudian langsung di IB di bagian breeding reel dengan beberapa periode yaitu periode kebuntingan, periode laktasi, kering kandang, dan periode melahirkan. Periode kebuntingan dimulai dari status sapi fresh yaitu dimana kondisi sapi yang belum pernah di IB setelah melahirkan, kemudian dilanjutkan pada status sapi breed yaitu sapi yang telah di IB selama 40 hari, setelah 40 hari di IB terjadi kebuntingan maka statusnya berubah menjadi Preegnant (bunting), sebaliknya 40 hari setelah IB tidak terjadi kebuntingan statusnya open (kosong).
Soetarno (2000), menyatakan apabila sapi beranak pertama umur dua sampai tiga tahun dengan jarak beranak 12 bulan, lama laktasi 10 bulan, dewasa produksi atau produksi tertinggi dicapai pada laktasi keempat atau berumur empat sampai lima tahun setelah produksi tinggi dicapai, biasanya produksinya menurun secara berangsur setelah 12 tahun keatas sapi dikeluarkan karena gangguan kesehatan dan reproduksi, kadang sapi dapat menghasilkan susu sampai umur 15 tahun atau lebih.
Sapi perah dewasa dilakukan exercise (gerak jalan) di sekeliling kandang, pemotongan kuku, kebersihan badan, dan perlu diperhatikan perkembangan reproduksi seperti masa birahi, masa perkawinan, dan beranak.



4.11.6 Pemeliharaan Pejantan

Pemeliharaan pejantan sama dengan pemeliharaan sapi laktasi hanya saja pejantan tidak memproduksi susu.  Sapi jantan yang berada di P.T. UPBS berjumlah 15 ekor dengan 3 ekor sapi pejantan muda yang dibesarkan di P.T. UPBS. Pakan untuk pejantan disamakan dengan sapi laktasi.
Sapi pejantan yang dilahirkan di P.T. UPBS dan dibesarkan untuk menjadi bibit pejantan dilihat dari  bentuk struktur kaki yang lurus dan catatan recording induknya.  Sapi pejantan yang tidak dijadikan pembibitan  akan dijual.      

4.11.7   Manajemen kesehatan sapi

Penyakit yang biasa menyerang di P.T. Ultra Peternakan Bandung Selatan (P.T. UPBS) adalah pincang, mastitis dan metritis.  Pada saat tertentu, terjadi pula LDA, pnemonia serta prolapsus.  Pada pedet lebih rentan terhadap diare.

Manajemen yang dilakukan di P.T. UPBS ialah vaksinasi cacing selama enam bulan sekali.  Setiap setahun sekali dilakukan test burcellosis oleh pihak karantina untuk menghindari penyebab penyakit abortus dengan sampel darah (serum) dan FASES (antigen).

Sapi yang mengalami produksi susu menurun akan dipisahkan setelah pemerahan di sortgate untuk dicek kesehatannya.  Cek kesehatan di shortgate meliputi pemeriksaan suhu rektal, rumen turn over, tes mastitis terkadang dilakukan palpasi organ reproduksi. 

Fungsi dari hospital adalah untuk menangani sapi yang sakit atau memerlukan perlakuan yang khusus. Pada bagian hospital selain menangani sapi yang terdapat di kandang hospital juga menanngani sapi yang terdapat di kandang Dump, pincang juga menangani sapi yang mastitis dan kolostrum.





4.11.7.1       Mastitis
Mastitis merupakan penyakit peradangan kelenjar susu yang disebabkan adana kandungan bakteri yang merugikan pada susu.  Bakteri ini didapatkan dari masuknya kotoran dari luar kedalam puting saat sapi melakukan rebahan, masuknya bakteri melalui luka di daerah ambing dan puting serta tidak tuntasnya pemerahan susu sehingga susu yang tertinggal dapat menjadi sarana berkembang biaknya bakteri.
           
Sapi terserang mastitis memiliki ciri-ciri pembengkakan ambing, ambing terasa panas, air susunya menggumpal dan nafsu makan kurang.  Pada kasus yang ada di P.T. UPBS, sapi terkena mastitis hanya diketahui saat tes mastitis artinya pada saat mastitis telah mencapai keadaan klinis.  Keadaan klinis dikarenakan saat tes mastitis terdapat gumpalan susu. Sapi yang infeksi E. Coli, bagian putingnya akan mengeluarkan cairan bening dan terkadang tanpa gumpalan.  Kemudian karena mastitis makin banyak dan menyerang sapi laktasi yang mempunyai produksi tinggi maka  dilakukan tes mastitis sebelum melakukan pemerahan yaitu dengan menggunakan metode CMT ( California Mastitis Test ). CMT ( California Mastitis Test ) adalah suatu uji mastitis dengan menggunakn sampel air susu ( stripping ) yang dimasukan dalam cawan denan penambahan bahan kimia ( cairan CMT ) sebanyak 2 ml . Untuk mengetahui kualitas susu tersebut, Dapat diketahui dengan mengamati reaksi air susu tersebut apakah menggumpal ataukah tidak. Apabila menggumpal dan berubah warna maka dapat dipastikan bahwa sapi tersebut terkena mastitis. Apabila sudah kental sekali maka putting pada sapi tersebut terkena mastitis yang klinis ( parah ) , apabila tidak terlalu kental itu tandanya masih subklinis ( ringan )

Penanganan sapi yang terkena mastitis ialah dengan memisahkannya ke kandang mastitis.  Pada setiap pagi dan sore hari dilakukan pemerahan susu tujuannya untuk mempertahankan produksi susu.  Pemerahan sore hari dilakukan pula pengobatan intramamary menggunakan lactaclox atau terrexine dan beberapa antibiotik dan anti nyeri seperti yang diberikan setiap 24 jam sekali dan disuntikkan secara intra muscular .Jika sapi sudah diberikan 4 kali antibiotik melalui puting dan tidak ada perkembangan maka memintapetujuk selanjutnya kepada manajemen untuk melanjutkan penanganan (treatment)sapi tersebut, apakah akan di jual, potong, finish treatment, culture treatment, dan rantai. Apabila sapi tersebut di rantai, maksud dari rantai tersebut adalah diberikannya rantai pada kaki  sapi yang bertujuan untuk memberi tanda jika sapi tersebut terkena mastitis, apabila terdapat rantai yang berwarna kuning maka puting yang terkena mastitis adalah puting bagian depan, jika rantai berwarna kuning merah maka puting yang terkena mstitis adalah bagian belakan dan jika terdapat rantai yang berwarna biru maka puting yang terkena mastitis dapat di perah dan susuna dapat di konsumsi.   Apabila terserang E. Coli maka ditangani dengan marbocyl 10 % dan penstrep yang disuntikan secara intra muscular.  Apabila sapi tersebut terkena mastitis sebanyak empat kali dalam satu laktasi dan memiliki SCC yang tinggi, sapi tersebut dapat di culling. 
4.11.7.2     Metritis                 
Metritis merupakan penyakit peradangan metrium atau uterus yanng umumnya terjadi akibat terlambatnya pengeluaran plasenta( Retensi Plasenta ), sehingga terjadi pembusukan plasenta didalam organ reproduksi betina.  Selain itu, masuknya tangan saat proses kelahiran juga dapat menyebabkan metritis.  Ciri-ciri sapi yang mengalami metritis ialah mengeluarkan cairan dari vulva dengan warna merah keruh bahkan berwarna putih, jika parah akan mennyebabkan bau busuk terutama daerah sekitar vulva.
Penanganan metitis adalah dengan cara memersihkan organ dalam dari sapi tersebut dengan cara di spull dengan antibiotic.


4.11.7.3               Prolapsus
Prolapsus merupakan kejadian dimana organ reproduksi dalam betina keluar. Hal ini disebabkan oleh kekuatan sapi yang merejang kuat saat melahirkan, ukuran uterus yang besar dan rahim yang tidak kuat.  Penanganannya ialah melakukan operasi dengan memasukan organ reproduksi tersebut dan menjahitnya agar tetap pada posisinya, diharapkan 4-5 hari akan kembali seperti semula.
4.11.7.4     Left Displacement Abomasum (LDA)
Left Displacement Abomasum (LDA) adalah penyakit gangguan pencernaan pada ruminansia yang disebabkan oleh tergesernnya abomasum dari tempat aslinya (Subronto et al ., 2003). Pergeseran abomasum pada sebgaian besar (lebih kurang 90%) mengarah kekiri dan terletak di sebelah kiri rumen. LDA biasanya terjadi karena pemberian konsetrat  yang berlebihan tanpa diimbangi dengan pemberian hijauan yang cukup. Selain itu, LDA  juga dapat terjadi karena kosongnya rongga rahim secara tiba-tiba pasca kelahiran. Sapi yang diduga mengalami LDA akan berbunyi ping di bagian sebelah kirinya atau sering disebut “pink sound” setelah bagian fresh cow  menyatakan sapi terkena LDA, sapi langsung di pindah ke hospital setelah itu dokter hewan langsung mengoperasi sapi. Di PT UPBS penaganan penyakit ini dilakukan operasi di bagain belakang rusuk agar gas dapat keluar dan abomasum dikembalikan ke posisi awal pada saat operasi.



  

4.11.7.5   Potong kuku (foot trimming)
Pemotongan kuku adalah penenganan kesehatan untuk mengatasi penyakit kuku. Pemotongan kuku dilakukan dengan rutin terutama bagi sapi-sapi yang sudah produksi atau laktasi. Pemotongan kuku dilakukan pada saat sapi akan kering kandang dan secara rutin setiap 6 bulan sekali. Pemotongan kuku juga wajib di lakukan saat sapi akan dikering kandangkan.
Penyakit-penyakit yang sering terjadi pada kuku sapi adalah




4.11.7.6   Foot root
Foot root adalah penyakit kuku yang disebabkan oleh bakteri  Fusiformis necrophorus. Penyebarannya melalui luka serta kotoran yang tersangkut dicelah kuku.

4.11.7.7     White line
Whiteline adalah penyakit kuku yang menyerang pada kuku sapi bagian pinggir, biasanya terdapat garis putih  dan terjadi infeksi pada kuku.  Penanganan utuk penyakit kuku ini yaitu dengan cara di potong dan di bersihkan pada bagian yang terkena penyakit whiteline.

4.11.7.8   User
User adalah penyakit yang menyerang kuku bagian dalam, penyakit ini merupakan infeksi kuku yang terjadi dan bisa mengakibatkan kebusukan pada kuku sapi. Penangan untuk penyakit ini yaitu di lakukan pemotongan pada kuku sapi yang terserang sampai bersih dan hilang sumber penyakitnya.

4.11.7.9     Bruising
Adalah penyakit pelunakan kuku sapi. Penanggulangan penyakit ini yaitu di lakukan pencelupan kaki sapi secara rutin dengan larutan zink sulfat. Pencelupan kaki sapi di lakukan setelah sapi di perah pada ruang pemerahan .larutan yang di gunakan tersebut di tampung pada kolam kecil (foot bath).



 
4.11.7.10  Vaksinasi
Vaksinasi merupakan tindakan efektif untuk pencegahan penyakit pada sapi di PT.Ultra Peternakan Bandung Selatan. Vaksinasi meningkatkan daya tahan hewan terhadap penyakit tertentu, dengan cara merangsang hewan menghasilkan  anti body dan atau meningkatkan respon imun sel-antara (cell-mediated immune, CMI). Antibodi adalah molekul protein sirkuler yang menolong tubuh  memerangi penyakit yang masuk ke tubuh. Sebaliknya, CMI menunjukkan mekanisme protektif yang dimulai pada level seluler.
Tujuan vaksinasi adalah memberikan kekebalan (antibody) pada ternak sehingga dapat melawan antigen atau mikroorganisme penyebab penyakit. Vaksin di PT.Ultra Peternakan Bandung Selatan dilakukan mulai dari pedet hingga sapi laktasi. Vaksin yang diberikan pada pedet berupa vaksin Bravoxin untuk mencegah bakteri Clostriridium sp pada sapi.
Ø  Vaksinasi Clostridium
Program vaksinasi clostridium sangat penting karena spora clostridium tersebar pada tanah, adanya spora dalam tubuh tidak menyebabkan resistensi dan kematian sering terjadi sebelum gejala klinis muncul karena tidak cukupnya respon imunitas, vaksinasi akan melawan bakteri yang teraktifasi toksin. Program vaksin di PT.UPBS dilakukan umur 3 dan 6 minggu,dilakukan setiap 6 bulan sekali.
Ø  Vaksinasi Brucella
Vaksinasi brucella penting dilakukan pada usaha peternakan sapi perah, karena dapat menimbulkan problem bagi kesehatan masyarakat maupun persoalan ekonomi peternak, menyebabkan abortus, dan penularan penyakit yang sangat cepat. Program vaksinasi brucella di PT.UPBS dilakukan saat sapi dara atau saat sapi sebelum di IB dan diulang lagi setelah 3 minggu

4.12      Manajemen  Pemerahan

Susu merupakan salah satu produk yang dihasilkan dari hewan yang di konsumsi oleh manusia. Pada dekade terakhir produksi susu di dunia mengalami sebuah revolusi,  dan revolusi tersebut masih berkembang.  Perubahan struktur telah menyebabkan berkurangnya jumlah  peternakan sapi perah, sementara dalam hal ukuran peternak dan teknologi yang berkembang terus.  Teknologi yang tinggi sudah menjadi tidak asing lagi  bagi para peternak  seperti para peternak di P.T. Ultra Peternakan Bandung Selatan. 

Pemerahan menggunakan mesin perah yang dilakukan di milking parlour dengan kapasitas 48 ekor. Pemerahan dilakukan sebanyak 3-4 kali selama 24 jam. Tujuan pemerahan menggunakan mesin adalah untuk mengurangi kandungan bakteri didalam susu, memudahkan pencatatan produksi susu per ekor, dan efisiensi waktu pemerahan.   
4.12.1   Persiapan Sebelum Proses Pemerahan
a.    Persiapan Peralatan dan Bahan
Peralatan yang digunakan untuk melakukan proses pemerahan yaitu
·         Teat dipeer                                                                  4 buah
·         Tissue atau towel                                                        sck
·         Cluster                                                                         48 buah
·         Tangki susu                                                                 3 buah
Bahan yang digunakan pada proses pembuatan larutan dipping dengan bahan iodine povidone yaitu
·         Iodine povidone                                                           10 % per ml
·         Air                                                                               
Sedangkan bahan yang digunakan pada proses pembuatan larutan dipping dengan bahan neo antisep yaitu
·         Neo Antisep                                                                1 % per ml
·         Air       
 
(A)teat Dipeer dan Iodine Povidon (B).Tissue
Desinfektan Iodine Povidone di PT.UPBS digunakan setiap hari Senin hingga Kamis sedangkan desinfektan dengan bahan Neo Antisep digunakan pada hari Jumat hingga Minggu. Iodine Povidone dan Neo Antisep merupakan bahan desinfektan yang digunakan di PT.UPBS,fungsi keduanya sama namun kedua bahan tersebut tidak dicampur dalam penggunaannya dilihat dari segi ekonomi dan ketersediaan barangnya. Neo antisep dan Iodine povidone digunakan dengan konsentrasi yang berbeda.
PT. Ultra Peternakan Bandung Selatan merupakan peternakan sapi perah yang telah menggunakan peralatan dan metode penanganan susu yang modern. Cleaning in place adalah salah satu  metode yang digunakan oleh PT. Ultra Peternakan Bandung Selatan dalam hal penanganan sanitasi mesin perah. Penggunaan metode cleaning in place dilakukan untuk membersihkan pipa saluran susu dengan desinfektan (larutan alkaline dan asam).
Di PT.Ultra Peternakan Bandung Selatan karena kegiatan pemerahan dilakukan selama 24 jam maka proses pencucian peralatan pemerahan (Cleaning In Pleace) dilaksanakan sebanyak 2 kali pada jam 11.00 WIB dan 23.00 WIB.
Cleaning in place merupakan suatu rangkaian proses yang meliputi sirkulasi larutan pencuci dan desinfektsi dalam suatu jalur yang tidak memerlukan pembongkaran. Sehingga metode sanitasi mesin perah yang digunakan pada PT. Ultra Peternakan Bandung Selatan cukup baik, karena pembersihan tanpa dilakukan pembongkaran sehingga lebih efisien waktu.
Cleaning in place  dilakukan setelah semua sapi selesai diperah dan akan melakukan pemerahan selanjutnya. Setelah selesai pemerahan dan pembersihan cluster bagian luar, dilakukan pemasangan cluster pada tempatnya. Pastikan semua cluster tertutup rapat dan saluran lain dalam keadaan tertutup. Cleaning in place  yang dilakukan di milking area PT. Ultra Peternakan Bandung Selatan berdurasi ± 60 menit. Terdapat lima tahapan dalam pembersihan cluster, saluran susu, promaster dan resiper. Adapun alur dari tahapan CIP sebagai berikut :

Pembilasan akhir dengan air dingin
Pembilasan dengan air dingin
Pembilasan dengan air dingin dan asam 250 ml
Pembilasan akhir dengan air dingin
Pembilasan akhir dengan air dingin
Pembilasan dengan air hangat dengan suhu 30- 40 °C
Pencucian dengan air panas ±60 ˚C dan Alkaline 240 ml
 









Tahapan yang dilakukan pada proses CIP (Cleaning In Pleace) yaitu
Ø  Pembilasan (Rinse)semua jalur susu dan peralatan pemerahan dengan air pada suhu 500 C.
Ø  Sirkulasi dengan air panas bersuhu 800 C serta penambahan Alkalin pada konsentrasi 0.5 %.
Ø  Pembilasan (Rinse)  dengan air dingin.
Ø  Sirkulasi dengan air dingin serta penambahan Acid  pada konsentrasi 0.5 %.
Ø  Pembilasan (Rinse)  dengan air dingin.

Persiapan sapi sebelum diperah
Ø  Periksa Pintu Kandang dan Pintu yang akan dilalui oleh sapi.
Ø  Giring semua sapi  sesuai groupnya dengan tenang dan hati-hati menuju Milking Parlour (ruang pemerahan).
Ø  Tutup pintu bagian depan, dan press pintu untuk mengatur posisi kepala dan pundak sapi.
Ø  Lakukan pemeriksaan dengan cepat pada ambing dan puting untuk melihat kondisinya.
Ø  Lakukan Dipping (pencelupan) dengan larutan Iodeine povidone pada konsentrasi 10 % per ml air atau Neo antisep  pada konsentrasi 1 % per ml air.
Ø  Stripping (pemerahan awal) sebanyak 3-4 kali pada setiap putting. Stripping dilakukan untuk mengetahui apakah ada gumpalan.
Ø  Lap atau bersihkan putting dengan menggunakan tisu.
Ø  Masukkan Cluster pada setiap masing-masing puting dengan tepat dan benar.
Ø  Tujuan dilakukan Dipping (pencelupan) yaitu untuk melaksanakan Cleaning (pembersihan) dan sanitasi puting susu sapi (teat), agar puting bersih sehingga mengurangi pencemaran  kontaminasi bakteri, sekaligus merupakan penyembuhan luka dan penutupan puting dari kemungkinan bakteri masuk kedalamnya.
Ø  Sebelum melakukan proses pemerahan yang harus dilakukan adalah melakukan pemerahan awal atau Stripping, untuk mengetahui apakah ternak mengidap penyakit mastitis. Pemerahan awal adalah mengeluarkan 3 – 4 pancaran susu dari masing-masing putting dengan tujuan sebagai berikut:
·         Mengeluarkan air susu yang kotor. Mikroba berkumpul pada susu yang pertama kali diperah.
·         Mengetahui adanya perubahan pada susu seperti adanya gumpalan atau susu encer serta suhu susu yang tinggi
Ø  Merangsang pengeluaran susu.

4.12.2   Proses Pemerahan
Di Milking Parlour PT.UPBS terdapat 48 buah mesin cluster yang dibagi menjadi 2 pens pemerahan. Proses pemerahan dilakukan ketika semua peralatan telah dipersiapkan dalam keadaan bersih dan steril. Di PT.Ultra Peternakan Bandung Selatan menggunakan teknologi canggih dengan mesin perah Vacum Pump yang dilengkapi dengan Milk Meter digunakan sebagai timbangan otomatis untuk mengukur hasil pemerahan susu dalam satuan kg (kilogram). Hasil dari proses pemerahan ditampilkan pada layar MPC (Monitor Probable Count).  Layar MPC(Monitor Probable Count) juga menampilkan nomor eartag sapi yang sedang diperah dan grup sapi yang sedang diperah.
Karyawan harus selalu menggunakan seragam kerja (Wearpag)  atau pakaian pemerahan yang bersih dan sebaiknya menggunakan topi. Perlu diperhatikan pula kuku jari tangan agar selalu dipotong pendek untuk mencegah luka pada putting selama proses pemerahan. Selama proses pemerahan karyawan tidak diperkenankan merokok karena susu mempunyai sifat yang mudah menyerap bau-bau  di sekitarnya.
Sebelum memasangkan mesin cluster keadaan putting sapi harus benar-benar diperhatikan. Di PT.Ultra Peternakan Bandung Selatan digunakan beberapa tanda peringatan pada sapi untuk putting sapi yang tidak bisa diperah karena masalah kesehatan seperti putting terkena mastitis, putting luka atau cacat.
 

Pemerahan yang dilakukan berdasarkan Group sapi laktasi yang dibentuk.  Group yang telah dibentuk sebanyak  tiga belas grup. Grup sapi yang produksi susunya tinggi ( high):  grup 9. Grup sapi yang produksinya sedang (medium): grup 15, grup 16 dan grup 9. Grup sapi produksi susunya rendah (low): grup 10, grup 6 dan grup 4. Grup 2 merupakan sapi yang baru melahirkan atau menghasilkan susu kolostrum. Grup 3 merupakan sapi yang terkena penyakit mastitis. Grup 21 adalah sapi-sapi pincang. Namun, susunan grup dapat berganti - ganti sesuai dengan kebutuhannya
Cara penanganan air susu di PT.Ultra Peternakan Bandung Selatan setelah pemerahan adalah sebagai berikut :
Ø  Air susu hasil pemerahan yang telah diproses melalui pipa-pipa melewati Mesin Milk Resifer sebagai penampungan sementara. Kemudian susu dipompa menuju tangki penyimpanan susu yang ada di PT.Ultra Peternakan Bandung Selatan yang berjumlah sebanyak 4 buah(3 kapasitas 5 ton dan 1 kapasitas 19 ton).
Ø  Sebelum menuju Mesin Milk Resifer susu disaring (Filter)  agar susu bebas dari pencemaran yang bersifat fisik.
Ø  Kemudian susu menuju mesin PHE(Plat Heat Exchenger) atau mesin yang digunakan untuk mengubah suhu susu menjadi suhu 40 C. Air susu perlu didinginkan secepat mungkin sesudah pemerahan dan penyaringan sekurang-kurangnya pada suhu 40C selama 2 atau 3 jam/segera. Hal ini disebabkan karena susu merupakan bahan yang mudah terkontaminasi oleh mikroba dari lingkungan, dan juga susu mudah menyerap bau-bauan yang berasal dari lingkungan sekitar. Oleh karena itu segera di bawa ke pendingin atau cooling unit. Pendinginan susu bertujuan untuk menahan mikroba perusak susu agar tidak berkembang, sehingga susu tidak mengalami kerusakan dalam waktu yang relative singkat.
                                                                         Gambar 37. Reciver dan Plate Heat Exchange (PHE)                       
4.12.3   Penanganan Pasca Proses Pemerahan
4.12.3.1       Pengangkutan Susu
Truk tangki pengangkut susu mempunyai kapasitas 11,9 ton dan 9,6 ton. Didalam tangki, suhu susu dapat mencapai 4o C – 6o C. Susu biasanya dikirim ke pabrik pengolahan PT. Ultra Jaya sebanyak tiga kali sehari yaitu pagi hari, siang hari dan sore hari. Pembersihan dengan liquid alkaline dan acid dilakukan pada saat truk tangki susu tiba di PT. Ultra Peternakan Bandung Selatan. Setelah dilakukan pembilasan, truk tangki susu dilakukan pengisian susu. Sebelum dikirim PT. Ultra Peternakan Bandung Selatan selalu melakukan penyegelan pada saluran keluar susu pada truk tangki, hal ini dilakukan untuk menghindari kecurangan saat berada diperjalanan. Apabila terjadi masalah yang dapat menghambat pengiriman susu atau produksi susu dalam sehari yang berlebih maka susu akan disimpan terlebih dahulu di cooling unit.

Gambar 38. Truck pengangkut susu

4.13     Manajemen Pakan

4.13.1   Mixer Wagon
Mixer wagon adalah alat transportasi pakan yang diguanakan untuk proses feeding. Mixer yang digunakan adalah merk Triolet dengan traktor Jhon Deere untuk penggeraknya berjumlah 2 unit. Selain itu juga menggunakan mixer dengan ukuran yang lebih kecil  merk Delaval digunakan untuk pembuatan susu pedet. Mixer dihubungkan dengan traktor untuk menggerakan gardang mixer. Bagian mixer dilengkapi dengan box data yang menerima data yang ditransfer melalui wifi atau flashdisk dari program digistar. Setelah data diterima layar pada box akan menampilkan bahan yang akan dicampur dilengkapi dengan urutan dan jumlah bahan. Selain itu layar juga akan memberikan keterangan apabila bahan yang dimasukan oleh loading terlalu banyak atau kurang dari ketentuan.
Setelah 2 atau 3 bahan masuk ke dalam mixer, gardang mixer diputar dengan tuas penggerak yang ada di traktor dengan kecepatan 16-17 r/m. Setelah semua bahan dimasukan, pakan diangkut ke kandang. Untuk proses pencampuran, dilakukan minimal 16 menit agar bahan pakan homogen. Setelah itu pintu keluar pakan dibuka dengan mengarahkan tuas kendali yang ada di traktor. Maka pakan akan keluar dari pintu dan pakan siap dikonsumsi oleh ternak.
 
Pada bagian ini bertugas untuk mencampur bahan-bahan pakan yang sudah masuk ke dalam bak mixer dan komposisinya sudah terprogram dan sudah dikirim, disini juga bertugas untuk mengangkut dan memberi pakan ke kandang-kandang sapi. Pencampuran dan pemberian pakan sudah ditentukan urutan – urutannya :
1.    Medium 01 (untuk sapi fresh (DIM 1-20), sapi grup mastitis, sapi grup pincang, hospital).
2.    High cow (sapi yang produksi susunya tinggi, produksi >29 liter).
3.    Medium cow (sapi yang hasil susunya standar, produksi 25-29 liter).
4.    Transisi (sapi bunting tua, 2 minggu sebelum melahirkan).
5.    Low cow (sapi yang produksinya rendah, produksi <25 liter="" span="">.
6.    Dara A (untuk pedet bobot 100 kg, ADG 0,5 kg).
7.    Dara B (untuk pedet bobot 270 kg, ADG 0,9 kg).
8.    Dry ( sapi bunting di kandang transisi sebelum melahirkan).
9.    Heifer (untuk dara bobot 450 kg ADG 1,3 kg).

Pada bagian mixer ini juga bertugas dalam pembuatan :
1.    High konsentrat.
2.    Low konsentrat.
3.    Membuat konsentrat pedet.
4.    Mencampur susu untuk pedet.
5.    Membuat coustic wheat (biji gandum yang dicampur soda api).
Untuk pengangkutan pakan pada mixer berkapasitas maximal 8-9 ton sekali pencampuran.
4.13.2       Vitamin dan Mineral
Merupakan bagian yang menangani kandungan vitamin dan mineral yang harus diberikan dalam komposisi pakan. Bagian ini bertugas untuk menyiapkan vitamin dan mineral yang akan digunakan untuk pembuatan pakan. Jumlah dan jenis vitamin sudah ditentukan sesuai dengan formulasi yang ada di program digi star. Mineral dan vitamin ditentukan berdasarkan populasi dan jenis sapi (dara, pedet, laktasi dll). Jadi vitamin dan mineral yang digunakan berbeda-beda setiap kali proses pencampuran. Selain menyiapkan vitamin dan mineral untuk proses feeding bagian ini juga menyiapkan mineral dan vitamin yang digunakan dalam proses pembuatan low dan high konsentrat. Berikut beberapa bahan mineral di UPBS:


Gambar 42. M-Tox


Gambar 45. Lacto Plus
 Gambar 46. Alltech
 Gambar 47.Rumensin

 Gambar 48. Zinpro
 Gambar 49. Kapur Mill
 Gambar 50.Magnesium
             
                                                                       



4.13.3   Bahan pakan
4.13.3.1  Hijauan
Hijauan dalah semua baha pakan yang berasal dari tanama ataupun tumbuhan berupa daun-daun, terkadang berupa batang, ranting dan bunga. Hijauan yang digunakan di PT.Ultra Petrnakan Bandung Selatan berupa hijaun segar  menggunakan rumput gajah dan hijaun yang telah dikeringkan (Hay) berupa Wheat Straw (jerami gandum), lampung hay (rumput gajah kering).
Hijaun segar Di PT.Ultra Peternakan Bandung Selatan berasal dari kebun sendiri yang dipanen setiap hari untuk mencukupi kebutuhan pakan ternak nya, dan sebelum diberikan atau decampur dengan bahan pakan lannya hijauan terlebih dahulu di chopper untuk memperkecil ukuran hijauan sehingga memudahkan untuk pencampuran hngga tercapai homogenitas dan untuk mempermudah ternak untuk memakan pakan (TMR).
 
4.13.3.2   Konsentrat
Konsentrat adalah campuran bahan pakan yang konsentrasinya gizinya tinggi tetapi kandungan serat kasar relative rendah dan mudah dicerna (Siregar,2003). Fungsi pakan konsentrat atau pakan penguat adalah meningkatkan dan memperkaya nilai gizi pada bahan pakan lain yang nilai gizinya rendah,sehingga sapi yang sedang tumbuh atau dalam periode penggemukan harus diberikan pakan penguat yang cukup (Sugeng,2002). Mutu serta jumlah pakan dan pemberiannya sangat mempengaruhi kemampuan produksi sapi perah.
Konsentrat yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak di PT.Ultra Peternakan Bandung Selatan terdiri dari beberapa campuran bahan pakan dan konsentrat di PT.Ultra Peternakan Bandung Selatan ini terbagi menjadi dua macam konsentrat yakni konsentrat high,konsentrat low dan konsentrat pedet. Konsentrat pedet dibuat untuk diberikan kepada pedet secara langsung dengan bahan yang berbeda dengan konsentrat high dan low, sedangkan konsentrat high dan low diberikan kepada sapi dara hingga sapi dewasa.


Konsentrat pedet
Pipil
450 kg
Rumput laut
15 kg
SBM(Soya Bean Meal)
155 kg
Roll wheat
70 kg
Alfafa
30 kg
Kapur mill
11 kg
m.tox
19 kg
Rumensin
0,8 kg
Dimoxan
3 kg
DDGS
145 kg
Levucel
0,1 kg


Tabel 6: formula High Concentrate di PT.UPBS

High Konsentrat
Rumput laut
65 kg
Ground wheat
1305 kg
DDGS
7325 kg
Mix wheat
3950 kg
Copra
1720 kg
SBM
895 kg
Biscuit
3075 kg
M.tox
36 kg
Levucel
0,6 kg
Highfive
10 kg
Selplex
2 kg
Cupri
6 kg


















Low konsentrat
Coklat
4040 kg
Rumput laut
50 kg
DDGS
6195 kg
Mix wheat
2980 kg
Copra
4490 kg
SBM
160 kg
M.tox
46 kg
K. mill
200 kg
Highfive
10 kg
Selplex
2 kg
Urea
200 kg
Cupri
6 kg















1.      Caustic Wheat
Caustic whet merupakan gandum yang dimatangkan menggunakan caustic soda dan disimpan terlebih dahulu selama dua hari sebelum digunakan. Caustic wheat ini merupakan salah satu bahan yang digunakan untuk pembuatan konsentrat.
2.    Silase
Silase merupakan hijau yang telah mengalami fermentasi. Di PT.Ultra Peternakan Bandung Selatan silase dibuat menggunakan bahan jabon (tumbuhan jagung) dan canetop (pucuk tebu). Pembuatan silase ini sebelumnya telah di chopper terlebih dahulu untuk memperkecil ukuran dan untuk mempermudanh proses fermentasi, kemudian silase disimpan pada versa bag dan bangker. Versabagger dapat menampung silase canetop sebanyak 250 ton dan silase jabon sebanyak 350 ton serta bangker dapat menampung 5000 ton silase jabon. Hijaun yang telah di chopper akan disimpan hingga satu bulan untuk menjadi silase yang siap untuk digunakan.

Bungker  silase dibuat dari bahan tembok beton dan lantainya adalah semen dan berlantai ubin. Setiap bahan pakan seperti konsentrat yang masuk dialasi terpal, pakan dalam bentuk kerdus dan karung dialasi kayu. Setiap satu sekat berkapasitas 7500 ton, 4500 ton, 3000 ton. Bahan pakan yang disimpan di dalam gudang juga termasuk hijauan biasanya langsung digunakan setelah dichopper atau dimasukkan kedalam bag silage  dan bunker. Di luar gudang terdapat bak khusus molases seluas 30 m3 dan bak sisa pakan ukuran 2 m x 3 m. Target sisa dari keseluruh pakan di PT UPBS adalah maksimal 5%.
Bag silage atau bunker diletakkan di lapangan silase. Lapangan silase adalah lapangan terbuka berukuran 100 m x 100 m yang dibuat berbentuk persegi dari bahan semen atau beton. Bahan pakan yang akan masuk kedalam gudang ditimbang dibagian depan kantor gudang dan diuji kelayakannya oleh operator bagian laboratorium.
4.13.4   Penyimpanan Bahan Pakan
Penyimpanan bahan pakan merupakan aspek yang sangat penting untuk diperhatikan. PT. Ultra Peternakan Bandung Selatan melakukan proses penerimaan bahan baku dalam jumlah besar dan waktu penyimpanan yang cukup lama. Pemakaian bahan baku dilakukan bertahap tidak sekali pakai. Penyimpanan bahan pakan yang digunakan di PT. Ultra peternakan Bandung Selatan adalah system curah.
4.13.5   Proses pembuatan dan Pemberian
4.13.5.1   TMR (Total Mix Ratio)
TMR terdiri dari beberapa campuran pakan. TMR dibuat sesuai dengan kebutuhan dan kondisi ternaknya (Stastus). TMR yang terdapat di PT. Peternakan Bandung Selatan terdiri dari 9 jenis TMR yakni, TMR sapi dara, TMR sapi heifer (Dara bunting), TMR sapi laktasi low, TMR sapi laktasi high, TMR sapi laktasi medium, TMR sapi dry, TMR sapi fresh cow.
Proses pembuatan TMR dibantu menggunakan alat berat yakni loader untuk memasukkan ke dalam alat pencampur pakan (Mixer). Loader akan menyesuaikan degan data pakan yang kirim dari komputer melalui jaringan radio frekuensi ke layar yang terdapat di loder dan mixer, sehingga pencampuran yang dilakukan sesuai dengan kebutuhan pakan ternak dan kondisi ternak.
   
Pemberian pakan TMR dilakukan sehari sekali yakni pada pagi hari dan pemberian pakan TMR pada setiap harinya diberikan sesuai dengan jumlah populasi sapi yang berada di kandang sehingga jumlah pemberian pakan berubah setiap harinya.
4.13.5.2     Milk Replacer
Milk replacer terdiri dari beberapa campuran bahan susu seperti. Milk replacer tidak dibuat setiap hari melainkan di buat ketika persediaan susu hampir habis. Pembuatan milk replacer ini dengan mencampurkan beberapa bahan susu dan antibiotik ke dalam mesin pencampur khusus susu(Mixer), pencampuran dilakukan hingga homogen dan kemudian milk replacer dipacking menggunakan. Pemberian milk replacer disesuaikan dengan kebutuhan dan jumlah pedet yang ada.

4.14       Penanganan Limbah

Penanganan limbah di PT. UPBS terdapat 2 penampungan limbah(lagoon). Penggolahan limbah dilakukan dengan baik. Proses pengolahan limbah dilakukan dalam beberapa tahap, pertama air bekas untuk menyiram kandang masuk dalam lagoon mini kemudian air bekas untuk menyiram kandang di pisahkan cairan dan kotorannya di separator, air akan langsung masuk ke dalam lagoon besar sedangkan kotoran akan langsung menjadi pupuk kompos. Kemudian air di lagoon besar akan masuk ke dalam tanki penyimpanan air lagoon yang akan digunakan untuk menyiram kandang. Begitu proses pengolahan limbah akan secara teratur berputar sehingga tidak mencemari lingkungan. Air lagoon juga biasa digunakan untuk menyiram lahan rumput.
 

4.15      Biosecurity

Biosecurity PT UPBS Pangalengan yaitu untuk kendaraan umum sebelum memasuki area perusahaan harus melewati genangan desinfektan yang dibuat khusus untuk kendaraan, untuk manusia sebelum memasuki area peternakan di lakukan pencelupan kaki pada kolam yang berisi genangan desinfektan. Desinfektan yang digunakan adalah oxony aktif, selain itu biosecurity yang diterapkan adalah adanya pagar pembatas untuk mencegah hewan liar masuk, mengobati ternak yang sakit, mengubur bangkai termak yang sakit.
Menurut Permentan (2014), biosecurity pada pembibitan sapi perah harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
  1. Lokasi usaha tidak mudah dimasuki binatang liar dan bebas dari hewan peliharaan lainnya yang dapat menularkan penyakit,
  2. Melakukan desinfeksi kandang dan peralatan dengan menyemprotkan desinfektan,
  3. Melakukan penyemprotan insektisida pembasmi serangga, lalat, dan hama lainnya di sekitar kandang ternak,
  4. Untuk mencegah terjadinya penularan penyakit dari satu kelompok ternak ke kelompok ternak lainnya, pelayanan dilakukan mulai dari ternak yang sehat ke ternak yang sakit,
  5. Menjaga agar tidak setiap orang dapat bebas keluar masuk kandang ternak yang memungkinkan terjadinya penularan penyakit,
  6. Membakar atau mengubur bangkai ternak yang mati karena penyakit menular,
  7. Menyediakan fasilitas desinfeksi untuk staf/karyawan dan kendaraan tamu di pintu masuk perusahaan,
  8. Segera mengeluarkan ternak yang mati dari kandang untuk dikubur atau dimusnahkan,
  9. Mengeluarkan ternak yang sakit dari kandang untuk segera diobati atau dipotong.
Biosecurity di PT. UPBS Pangalengan belum sesuai dengan pendapat Permentan (2014), karena biosecurity pada karyawan tidak terlalu di perhatikan sehingga banyak karyawan keluar masuk area peternakan tanpa melakukan biosecurity. Biosecurity kendaraan dan karyawan dapat di lihat pada gambar.
 

4.16 Manajemen Recording Di PT.Ultra Peternakan Bandung Selatan


Recording adalah suatu rangkaian kegiatan pencatatan kejadian-kejadian dan informasi-informasi penting  tentang individu atau sekelompok individu ternak dan keluaran dari recording ini adalah kartu recording. Di Indonesia recording ini sudah dilakukan oleh perusahaan peternakan dalam skala besar dengan orientasi bisnis dan keuntungan. Namun peternak skala kecil/peternak rakyat belum melakukan recording tersebut. Ada 2 kemungkinan peternak rakyat ini belum/tidak melakukan recording yaitu tidak tau atau tidak mau. Jika peternak tersebut dengan alasan tidak tau itu berarti penyuluhan di daerah tersebut masih sangat kurang. Sebenarnya untuk penyuluhan tentang recording tersebut tidak hanya bisa dilakukan dengan tatap muka tetapi bisa juga lewat media cetak ataupun media elektronik. Tapi jika dengan alasan tidak mau karena gak ada biaya/tidak ada tenaga/enggan berarti kelompok peternak tersebut tidak beroreintasi ke arah bisnis/keuntungan.( Marno Indriawan,2010)
Padahal manfaat dari recording tersebut sangat menguntungkan bagi peternak antara lain sebagai berikut 
  • Memudahkan peternak mengingat kejadian-kejadian penting tentang ternaknya tanpa mengenal batas waktu;
  • Informasi yang diperoleh dari recording dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan dalam manajemen pemeliharaan sapi perah ;
  • Recording merupakan dasar evaluasi manajemen sapi perah.
Dan manfaat Recording dalam manajemen kesehatan, kita bisa mengetahui dengan tepat riwayat kesehatan dan penanganannya. Yang dimaksud recording di PT.Ultra Peternakan Bandung Selatan yaitu kegiatan pencatatan dari semua data dan informasi yang ada di peternakan PT.Ultra Peternakan Bandung Selatan. Recording sangat diperlukan karena dalam sebuah perusahaan peternakan dengan skala besar seperti PT.Ultra Peternakan Bandung Selatan  recording data memiliki beberapa fungsi diantaranya :
1.    Untuk mencatat segala informasi yang ada.
2.    Untuk mempermudah dalam menganalisa masalah.
3.    Untuk memudahkan dalam membuat keputusan dan program-program selanjutnya.
Managemen recording data yang dilakukan di PT.Ultra Peternakan Bandung Selatan dilakukan oleh divisi MIS Data (Management Information System). System recording yang ada di PT.Ultra Peternakan Bandung Selatan yaitu
1.    System manual recording
Yaitu pencatatan kejadian di lapangan dengan berbasis manual. Di PT.Ultra Peternakan Bandung Selatan ketika berada di lapangan semua data (treatment,inseminasi buatan,penimbangan,vaksin,dll) dicatat manual pada form yang telah disediakan untuk kemudian diinput pada ALPRO(Algoritma Pemograman).
2.    Herd managemen system
Ada 4 sistem yang pernah digunakan di PT.Ultra Peternakan Bandung Selatan diantarnya :
·         Alpro Herd Management dari Swedia.
·         Dairy Com Herd Management dari Amerika.
·         Heard Pro
·         Easy Dairy.
Hingga saat ini di PT.Ultra Peternakan Bandung Selatan menggunakan system recording data yang berbasis Alpro Herd Management. Alpro sendiri yaitu software yang digunakan dalam mengumpulkan dan menginput data-data di peternakan PT.Ultra Peternakan Bandung Selatan. Alpro terhubung pula dengan hardware seperti Black Box(operation system). Melalui jaringan radio frekuensi Alpro terhubung dengan MPC (Monitor probable count) yang berada di Milking Parlour, Breeding Rail,pintu Sortgate,serta Layar monitor yang berada di mesin Mixer pakan
Isi dari Alpro diantaranya :
1.    Milking Record
Terdiri dari nomor eartag pedet ataupun sapi,nama sapi,rincian urutan laktasi sapi,waktu pemerahan,lama pemerahan,posisi sapi,produksi susu sapi baik per hari maupun selama satu minggu,  dan lama nya masa laktasi sapi.
2.    Breeding data
Terdiri dari breeding status per individu sapi,data kelahiran per masa laktasi,data Inseminasi Buatan dan Breeding Parameter.
3.    Data Treatment Yang Diberikan atau Health
Terdiri dari data treatment yang pernah diberikan pada pedet maupun sapi,history kesehatan, informasi masa dump milk hal ini berhubungan dengan susu yang dapat dikonsumsi oleh manusia ataupun tidak dapat dikonsumsi karena susu mengandung antibiotic.
4.    Shortgate
Merupakan pintu yang digunakan untuk memisahkan sapi karena sapi akan mendaptkan treatment seperti sinkronisasi,cek kesehatan,potong kuku ataupun periksa kebuntingan. Setiap hari data dari lapangan diinput pada Alpro seperti data dari sapi fresh cow,data dari pengiriman susu,data dari foot trimming,data dari breeding rail,data dari calves,data dari vaskin ,data dari penimbangan, data dari PKB dll.

4.17   Administrasi

Administrasi pada P.T..UPBS merupakan bagian yang penting yaitu bertugas untuk mengontrol pembelian barang atau penjualan hasil produksi. Pada bagian ini terbagi menjadi tiga kantor terpisah.

4.17.1   Kantor pusat (kantor utama)
Pada kantor ini bertugas untuk pengontrolan uang yang masuk atau keluar dan tempat yang mengurusi perekrutan tenaga kerja atau mitra (HRD) yang ingin bergabung di dalam usaha peternakan sapi perah. Pada bagian ini juga bertugas sebagi pengontgrol kinerja pegawai yang menjadi karyawan di P.T..UPBS.

4.17.2   Kantor gudang
Pada kantor ini bertugas untuk mengontrol barang yang di butuhkan, pembelian peralatan, pembelian bahan pakan,penjualan pakan sisa, pembelian material banggunan dll. Dalam kantor ini tidak hanya bagian penjualan atau pembelian melainkan juga mengatur dalam pembuatan pakan ( TMR), pengontrolan ketersediaan bahan pakan dan penimbangan susu segar hasil produksi P.T.UPBS.
Dalam kantor ini juga terdapat laboraturium yang berfungsi sebagai tempat penecekan penyakit sapi, pengecekan kadar air bahan pakan, pembuatan elektrolit,dan penegecekan partikel pakan sapi.

4.17.3   Kantor kandang
Kantor kandang yaitu kantor yang terletak di dalam lokasi kandang yang di dalamnya mengatur berbagi masalah yang ada di dalam kandang. Tugas di kantor ini yaitu: pencatatan hasil pemerahan, penyedia obat-obatan dan vaksin, pencatatan riwayat sapi, dan mengotrol penjualan pedet atau sapi afkhir. Selain itu bagian kantor ini juga bertugas dalam pengontrolan dan pengecekan ketersediaan obat , vaksin dan peralatan kesehatan.

BAB V

PENUTUP


KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di PT.Ultra Peternakan Bandung Selatan selama pelaksanaan Magang dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.    PT.Ultra Peternakan Bandung Selatan merupakan perusahaan peternakan yang bergerak pada bidang pembudidayaan sapi perah yang bertujuan untuk meningkatkan produksi susu di PT.Ultra Jaya Milk Industry,Tbk.
2.    Managemen pemeliharaan di PT.Ultra Peternakan Bandung Selatan menggunakan operalatan dan teknologi modern dimulai dari pengolahan pakan hingga pada proses pemerahan.
3.    Penerapan Standart Operational Procedure (SOP) dalam pelaksanaan pemeliharaan sapi perah diterapkan oleh karyawan yang bekerja di PT.Ultra Peternakan Bandung Selatan.
4.    System perkandangan yang digunakan di PT.Ultra Peternakan Bandung Selatan yaitu dengan system freestall yang dilengkapi dengan tempat pakan serta dry cleaning.
5.    System perkawinan yang dilakukan di PT.Ultra Peternakan Bandung Selatan menggunakan straw import dari Australia, straw local yang diambil langsung dari Balai Inseminasi Buatan Lembang (BIB Lembang). Manajemen breeding sudah dilakukan dengan cukup baik.
6.    Penanganan kelahiran di PT.Ultra Peternakan Bandung Selatan  kebanyakan dilakukan secara normal. Jadi induk dibiarkan melahirkan secara alami. Apabila terdapat kesulitan dalam melahirkan akan dibantu oleh petugas yang menangani kelahiran.
7.     Program vaksinasi di PT.Ultra Peternakan Bandung Selatan dilakukan langsung oleh petugas perusahaan atau petugas veteriner dari perusahaan.

Saran


Saran yang dapat saya sampaikan untuk PT. Ultra Peternakan Bandung Selatan adalah sebagai berikut :
a.    Perlu ditumbuhkan lagi kesadaran  para karyawan akan keselamatan dan kesehatan kerja.
b.    Perlu diadakan pintu masuk yang searah untuk meningkatkan biosecurity perusahaan.
c.    Perlu menyediakan sabun untuk cuci tangan pada bagian kantin dalam rangka meningkatkan higienitas karyawan dalam suatu perusahaan.
d.    Perlu peningkatan ketelitian dalam melaksanakan Cek kesahatan sapi karena masih terjadi beberapa sapi sakit yang tidak terdeteksi dari awal.
e.    Perlu perbaikan kembali dalam pengelolaan limbah sapi baik yang cair maupun yang padat, karena masih banyak efek yang merugikan jika pengelolaannya tidak tepat.
f.     Pengontrolan manajemen perkawinan di PT.Ultra Peternakan Bandung Selatan  hendaknya lebih diintensifkan karena masih banyak terdapat keterlambatan deteksi birahi sehingga kegagalan perkawinan dapat diminimalkan.
g.    Pengadaan masker kepada setiap karyawan terutama operator milking




DAFTAR PUSTAKA


Prihadi, S. 1996. Tatalaksana dan Produksi Ternak Perah. Universitas Wangsamanggala.

Putra, Adika. 2009. Potensi Penerapan Produksi Bersih pada Usaha Peternakan Sapi Perah [Tesis]. Magister Ilmu Lingkungan. Universitas Diponegoro. Semarang.
Anonimus. 2002. Beternak Sapi Perah. Kanisius. Yogyakarta
Siregar S. B. 1992. Sapi perah : Jenis, Teknik Pemeliharaan dan Analisa Usaha. Penebar Swadaya . Jakarta .

Sudono, A., R. F. Rosdiana, dan B. S. Setiawan. 2003. Beternak Sapi Perah Secara Intensif

Williamson, G dan W.J.A. Payne., 1993. Pengantar Peternakan Di Daerah Tropis. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Siregar, S.B., 2003. Teknik Pemeliharan sapi. Penebar Swadaya. Jakarta.

Santosa, Undang. 2008. Mengelola Peternakan Sapi Secara Profesional. Penebar Swadaya. Jakarta.

Sudono, A., R.F. Rosdiana, dan B. S. Setiawan., 2003. Beternak Sapi Perah Secara Intensif. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Syarief, M. Z dan C. D. A Sumoprastowo. 1990. Ternak Perah. C. V Yasaguna. Jakarta.

Blakely, J and D.H. Bade. 1998. Ilmu Peternakan, edisi ke- 4 (Diterjemahkan oleh: Bambang Srigandono). Gadjah Mada University Press. Yogjakarta.
Syarief, M. Z. dan R.M. Sumoprastowo. 1991. Ternak Perah. C.V. Yasaguna, Jakarta.
Sihombing, D.T.H., 2000. Teknik Pengelolaan Limbah Kegiatan/Usaha Peternakan. Pusat Penelitian Lingkungan Hidup. Lembaga Penelitian.Institut Pertanian Bogor.

Prihadi, S. 1996. Tatalaksana dan Produksi Ternak Perah. Universitas Wangsamanggala.
Yogyakarta

 
Design by Fajri Alhadi | Published by Template Dyto Share.us | Download Film Terbaru
Sisi Remaja Ebook Teknisi Komputer